NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:580
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 2

Sore harinya, Rania menerima pesan pribadi dari Liora.

“Ada laporan kecil tentang pasangan skor 99% yang baru saja berpisah. Jangan beritahu dewan dulu. Kita analisis diam-diam.”

Rania membaca laporan itu. Pasangan itu awalnya dinyatakan cocok sempurna, namun berpisah hanya dua bulan setelah penetapan. Data perilaku mereka terlihat normal, tanpa tanda konflik sebelumnya. Ia menyimpan laporan itu ke drive pribadi.

Rania memutuskan berjalan ke pasar lama untuk mengalihkan pikirannya. Di sana, ia melihat mural baru: dua tangan terpisah oleh logo CupidCore. Ia mengenali gaya seniman itu. Ia melihat ke sekeliling, tetapi tidak ada orang.

Malamnya, Adrian menghadiri pertemuan bawah tanah di gudang tua. Ada sekitar sepuluh orang di sana. Mereka duduk melingkar. Seorang pria berambut pendek memperkenalkan diri sebagai Kai, pemimpin kelompok itu.

“Kita percaya CupidCore terlalu mengontrol kehidupan pribadi,” kata Kai.

“Kita butuh bukti untuk menunjukkan bahwa sistem itu tidak sempurna.”

Adrian bertanya, “Dan jika kita dapat buktinya?”

“Kita sebarkan ke publik. Tapi kita butuh orang dalam,” jawab Kai.

Adrian tidak langsung setuju. Namun, ia merasa kelompok itu memiliki tujuan yang sejalan dengannya. Ia memutuskan untuk datang lagi.

Kembali ke apartemen, Rania duduk di meja kerjanya. Ia membuka file lama tentang bug awal CupidCore. Sebuah catatan menarik perhatiannya:

“Anomali kompatibilitas mungkin terjadi jika emosi manusia berubah terlalu cepat untuk diprediksi.”

Catatan itu ditulis oleh seorang insinyur senior yang sudah pensiun.

Ia menyadari kemungkinan: sistem yang ia anggap sempurna mungkin tidak bisa menangani dinamika emosi nyata. Ia merasa tidak nyaman.

Eon berbicara lagi. “Rania, waktunya istirahat.”

“Aku tahu, Eon.”

Namun, alih-alih tidur, ia membuka peta Neo-Seraya dan mencari lokasi pasar lama. Ada rasa ingin tahu tentang mural dan pria itu.

Keesokan harinya, di jalanan kota, Adrian berjalan melewati kerumunan. Layar-layar besar memutar iklan CupidCore. Salah satu layar menampilkan pengumuman tentang pembaruan Intuisi Emosional 3.0 yang akan diluncurkan penuh minggu depan. Adrian menatap layar itu dan menggeleng.

Di gedung pusat, Rania sedang mempersiapkan sesi tanya jawab media tentang pembaruan. Liora berdiri di sampingnya, tampak tenang.

“Kita harus meyakinkan publik bahwa sistem ini tidak punya celah,” kata Liora.

Rania mengangguk tetapi tidak berbicara.

Ketika acara dimulai, salah satu reporter bertanya,

“Apakah CupidCore bisa menjamin kebahagiaan jangka panjang?”

Rania menjawab, “CupidCore memberikan probabilitas tertinggi. Tetapi kebahagiaan juga bergantung pada individu.”

Jawaban itu membuat beberapa eksekutif mengerutkan kening, tetapi reporter mencatatnya.

Pagi berikutnya, Rania memutuskan untuk datang lebih awal ke pusat riset CupidCore. Gedung itu berdiri tinggi dengan dinding kaca yang memantulkan langit Neo-Seraya. Saat memasuki ruang kerjanya, ia menemukan Liora sedang memeriksa laporan baru.

“Pembaruan Intuisi Emosional 3.0 harus sempurna,” kata Liora tanpa menoleh.

“Dewan tidak akan menerima kesalahan.”

Rania meletakkan tasnya. “Aku tahu.”

Mereka meninjau data pasangan uji coba. Hampir semua pasangan menunjukkan kepuasan tinggi. Hanya satu pasangan yang grafiknya menurun. Liora menandai data itu.

“Kita perlu menghapus anomali ini dari presentasi publik,” katanya.

Rania mengangguk, tetapi ia merasa tidak nyaman menyembunyikan data.

Di sisi lain kota, Adrian bekerja membantu Milo memperbaiki beberapa drone bekas untuk dijual kembali. Milo memperhatikan Adrian yang tampak melamun.

“Kamu kelihatan sibuk mikir,” kata Milo.

“Aku sedang mempertimbangkan untuk bergabung lebih serius dengan kelompok Kai,” jawab Adrian.

“Itu berbahaya. CupidCore punya pengawasan ketat.”

“Aku tidak bisa diam saja. Semua orang terlalu bergantung pada angka.”

Milo menghela napas. “Aku tidak bisa menghentikanmu, tapi berhati-hatilah.”

Sore hari, Rania menerima undangan untuk menghadiri pertemuan informal staf. Beberapa ilmuwan membahas kemungkinan upgrade yang lebih radikal untuk CupidCore.

Seorang insinyur muda berkata, “Bagaimana jika kita mengizinkan sistem memantau emosi real-time 24/7 dan mengoreksi perilaku pasangan secara otomatis?”

Rania mengerutkan kening. “Itu melanggar privasi. Kita tidak bisa mengontrol manusia sejauh itu.”

Insinyur itu tersenyum tipis. “Tapi itu akan mengurangi kegagalan pasangan ke titik nol.”

Liora memperhatikan diskusi itu tetapi tidak ikut campur. Rania menyadari bahwa sebagian tim mulai terlalu percaya pada kekuasaan algoritma.

Malamnya, Adrian menghadiri pertemuan kelompok Kai lagi. Kai memperlihatkan foto layar laporan internal CupidCore mungkin diambil secara ilegal yang menunjukkan beberapa pasangan berpisah meski memiliki skor 99%.

Kai berkata, “Kita butuh lebih banyak bukti seperti ini. Jika kita bisa mendapatkan laporan resmi, publik akan meragukan sistem.”

Adrian bertanya, “Bagaimana kita mendapatkannya?”

Kai menjawab, “Kita butuh seseorang di dalam pusat riset.”

Adrian tidak mengenal siapa pun di dalam. Namun, ia mengingat, ilmuwan yang pernah ia lihat berdiri di dekat gedung pusat beberapa minggu lalu. Ia hanya pernah bertemu dengannya sebentar di taman, tetapi wajahnya terekam jelas di ingatannya.

Keesokan harinya, Rania pergi makan siang sendirian di kafe dekat pasar lama. Tempat itu tenang, dengan beberapa pelanggan. Saat ia menunggu pesanannya, seseorang duduk di meja sebelah. Ia tampak terkejut melihatnya.

“Kita bertemu lagi,” kata Adrian datar.

Rania sedikit kaget. “Ya. Kau seniman mural itu.”

Adrian mengangguk. “Aku Adrian.”

“Rania.”

Mereka tidak berbicara lama. Namun, percakapan singkat itu cukup untuk menyalakan rasa penasaran di antara mereka. Adrian merasakan kesempatan untuk mendekat agar bisa mengetahui lebih banyak tentang CupidCore. di sisi lain, Rania merasa aneh karena ingin tahu tentang orang yang menentang sistem yang ia kembangkan.

Di kantor, Liora memantau interaksi Rania melalui sistem internal. Ia melihat bahwa gelang komunikator Rania menangkap rekaman suara singkat percakapan di kafe. Liora tidak senang. Setelah jam kerja, ia memanggil Rania.

“Kau berbicara dengan pria yang dikenal sebagai pengkritik CupidCore,” kata Liora.

“Itu hanya kebetulan,” jawab Rania.

“Jangan sampai dewan mendengar hal seperti ini. Mereka bisa meragukan loyalitasmu.”

Rania diam. Ia tahu Liora berusaha melindunginya, tetapi juga merasakan tekanan.

Malam itu, Adrian berjalan melewati mural lama yang sebagian sudah dicat ulang oleh pihak kota. Ia merasa frustrasi. Ia ingin menunjukkan kebenaran kepada publik, tetapi bukti yang ia miliki belum cukup. Ia menatap langit kota, penuh cahaya dari drone iklan.

Di apartemennya, Rania kembali meneliti laporan anomali. Ia menemukan pola kecil: pasangan yang gagal memiliki ciri perubahan emosi mendadak yang tidak terprediksi. Ia menandai pola itu.

Eon muncul di layar holografik. “Rania, mengapa kau mencari laporan lama lagi?”

“Aku butuh memverifikasi sesuatu,” jawabnya.

“Apakah kau meragukan sistem?” Rania tidak menjawab.

Hari berikutnya, di pusat kota, layar besar menampilkan pengumuman resmi: peluncuran penuh Intuisi Emosional 3.0 akan dilakukan dua minggu lagi. Kota merayakannya dengan festival neon. Pasangan-pasangan berpegangan tangan sambil tersenyum. Namun, Adrian memandang pemandangan itu dengan skeptis.

Di sisi lain, Rania berdiri di balkon gedung pusat. Ia melihat kerumunan merayakan. Untuk pertama kalinya, ia tidak merasakan kebanggaan penuh pada ciptaan timnya. Ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!