Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.
Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
time magic
Arya kembali ke hutan dekat ibu kota saat sore hari.
“Ah, selamat datang kembali, Ar!” sambut Dina.
“Selamat datang kembali, Kak!” seru Gamma.
“Hmph…” Venus hanya mendengus cuek.
“Sudah selesai urusannya?” tanya mereka bersamaan, berjalan mendekati Arya.
“Sudah,” jawab Arya tenang. “Tempat eksperimen di semua kota sudah kuatasi. Dan... maukah kalian bertiga ikut sebentar?”
“Kemana?” tanya mereka lagi, nyaris bersamaan.
“Gamma dan Venus belum tahu tentang Noctarion, kan? Aku mau mengenalkan mereka ke Tuan Noctarion.”
“Sepertinya bagus juga,” pikir Arya dalam hati. “Lagian aku ingin bertanya sesuatu kepada Tuan Noctarion.”
“Oh iya, Gamma belum pernah melihatnya ya. Bagus tuh!” kata Dina.
“Noctarion? Siapa itu?” tanya Gamma dan Venus serempak.
“Rahasia. Kalian pasti terkejut saat melihatnya,” jawab Dina dengan senyum misterius.
“Baiklah,” kata Arya. “Teleportasi!”
Mereka berpindah ke hutan dekat kota Azura.
“Kenapa di hutan lagi, Kak? Siapa sebenarnya Noctarion?” tanya Gamma penasaran.
“Di hutan mana ini?” tanya Venus heran.
“Itu… lihatlah. Eh?” Arya menunjuk ke depan.
Di kejauhan, sosok besar berguling-guling sambil bersuara manja.
“Aaahhh… Aquarix-chan, aku kangen banget pengen lihat wajah cantikmu! Tapi… maafkan aku ya, aku belum bisa ketemu sama kamu…”
“Hah?!” keempatnya ternganga serentak.
“Tunggu… kenapa Tuan Noctarion bertingkah seperti itu?! Dia kan penguasa naga!” pikir Arya, melongo tak percaya.
“Hei Ar,” bisik Dina, “itu beneran Tuan Noctarion?”
“Gak tahu. Itu siapa ya?” Arya benar-benar bingung.
“N-naga hitam?!” seru Gamma kaget sampai terjatuh. “Kak, itu naga hitam? Tapi… kenapa sikapnya begitu?”
“Naga hitam?! Tapi kok menjijikkan sekali dia…” ujar Venus jijik.
“Kau gak berhak ngomong gitu, Venus!” bentak Dina.
“Apa katamu?! Kau pikir aku seperti dia?!” Venus membalas tajam.
“Sssttt, diam!” bisik Arya tegas. “Jangan ganggu dia berkhayal! Nanti kita semua mati.”
Suara Noctarion tiba-tiba berubah mengintimidasi.
“SIAPA ITU?! BERISIK SEKALI!”
“Hiiihh!” Mereka semua gemetar keringat dingin.
“KALIAN… APA KALIAN MELIHAT YANG BARUSAN?!” teriak Noctarion panik.
“Tidak! Kami baru sampai!” balas mereka serentak.
Noctarion cepat-cepat merapikan diri. “Ehem! A-apa mau kalian?”
Arya maju. “Ehem! Begini, Tuan Noctarion. Saya mau memperkenalkan rekan saya. Wanita kecil berambut emas bernama Gamma, dan wanita berdada besar berambut ungu bernama Venus.”
“Salam kenal! Nama saya Gamma.” Gamma membungkuk sopan.
“Salam kenal, saya Venus.” Venus ikut menunduk.
“Salam kenal. Saya Noctarion, The Black Dragon,” balas naga itu dengan suara dalam.
“Jadi… hanya itu saja?” tanya Noctarion.
“Sebenarnya saya juga ingin bertanya sesuatu kepada Anda.” Arya mendekat. “Apa Anda tahu sesuatu tentang sihir waktu?”
“Sihir waktu? Hm… Saya juga bisa. Lihat ini.” Noctarion mengangkat cakarnya. “Slow Time!”
Waktu seolah melambat.
“Eeehhh? Kalian kenapa? Kok gerakan kalian melambat?” kata Arya dengan suara yang ikut melambat.
“Kamu juga lambat gitu ngomongnya,” ujar Dina, pelan.
“Kak?! Kenapa kalian semua jadi lambat?” tanya Gamma panik.
“Hii serem banget! Kalian lambat semua!” Venus ketakutan.
“Apa ini? Kenapa semuanya melambat?” pikir Arya. “Jadi ini sihir waktu…”
“Tuan Noctarion, bisakah kembalikan seperti semula?” Arya mencoba bicara meski lambat.
“Cancel!” seru Noctarion.
Waktu kembali normal bersamaan dengan tawa menggelegar sang naga.
“Hahaha! Kalian lucu sekali! Hahaha!”
“Waahhh!” Mereka semua terkejut dan terpental.
“He-hebat sekali!” Arya bersinar matanya. “Tuan Noctarion, ajari saya sihir seperti itu! Saya sudah membaca di buku, tapi belum paham. Rumit sekali!”
“Hm, baiklah,” balas Noctarion.
“Hei Ar, sihir seperti itu gak masuk akal. Kenapa dipelajari?” protes Dina.
“Iya, Kak, berbahaya sekali,” tambah Gamma.
“Sihir yang menakutkan,” komentar Venus.
“Suatu saat nanti akan berguna!” jawab Arya yakin.
"Sihir waktu hanya berefek pada radius 100 meter, dan yang berada diluar radius 100 meter akan tetap normal." Ujar noctarion menjelaskan.
“Jujur saja, aku tidak berbakat mengajarkan orang lain. Tapi akan kucoba,” kata Noctarion. “Untuk yang lainnya, kalian bersantai saja dulu di hutan ini.”
“Baiklah! Mohon bimbingannya!” Arya menunduk hormat.
Dina, Gamma, dan Venus bersantai. Mereka makan bersama dan menikmati suasana, seolah piknik.
“Jadi, apa yang harus dilakukan pertama kali?” tanya Arya penuh semangat.
“Coba sini tanganmu,” ucap Noctarion.
“Tangan? Ini.” Arya mengulurkan tangannya.
“Transfer!”
Ingatan sihir waktu masuk ke kepala Arya.
“A-apa ini?! Kepalaku serasa mau meledak!”
Kepalanya dipenuhi informasi rumit.
“Tuh kan,” kata Noctarion. “Meski pakai transfer ingatan tetap sulit, apalagi kalau cuma dijelaskan.”
“Baiklah, akan kucoba! Fokus… dasar-dasarnya… dan… Slow Time!”
“Belum. Masih normal,” kata Noctarion.
Arya berlatih keras selama tiga hari penuh. Gagal. Sakit kepala. Tapi dia tidak menyerah.
“Slow Time!” teriak Arya di hari ketiga. “Berhasil kah?!”
“Woah, kamu hebat! Padahal baru tiga hari!” ujar Noctarion dalam suara lambat.
“Gamma, kenapa gerakanmu lambat?” tanya Dina lambat juga.
“Eh? Berarti Kak Arya berhasil dong?!” kata Gamma sambil mengunyah.
“Padahal baru tiga hari?!” Venus ikut kaget.
“Cancel!” Arya tersenyum puas. “Woah, berhasil! Aku berhasil!”
Arya kini menguasai sihir waktu: mempercepat, memperlambat, bahkan menghentikan waktu.
“Kamu berhasil, Ar?!” tanya Dina.
“Tentu saja!” Arya bangga.
“Kakak hebat!” puji Gamma.
“Tentu saja! Hahaha! Pujilah aku!”
“Hebat juga kamu, Nak,” kata Venus.
“Iya dong!”
“Baiklah. Sudah selesai kan urusan kalian?” tanya Noctarion.
“Terima kasih banyak, Tuan Noctarion. Apakah Anda menginginkan sesuatu sebagai bayaran?” tanya Arya.
“Bayaran ya? Oh iya! Bir! Beri aku bir! Sudah lama aku tidak minum bir!”
“Bir ya? Di penyimpananku tidak ada stok. Baiklah, saya permisi dulu untuk membelinya. Tunggu sebentar ya!”
“Baiklah. Ku tunggu.”
“Teleportasi!”
Arya berkeliling banyak kota. Ia membeli semua stok bir terbaik hanya dengan satu kantong koin emas. Jumlah birnya luar biasa banyak kira kira seukuran dua rumah.
“Nih! Sudah kubawa seluruh bir terbaik dari berbagai kota, Tuan Noctarion!” Arya mengeluarkan semuanya.
“Woah! Banyak sekali! Terima kasih, Nak!” Noctarion langsung menenggak segentong. “Uuhhh… nikmatnya!”
Dina membisikkan sesuatu. “Hei Ar, itu gak kebanyakan? Kalau dia mabuk terus hancurin kota gimana?”
“Tenang saja! Tuan Noctarion adalah naga yang baik.”
“Tapi meski baik tetap saja… mengerikan,” kata Gamma.
“Bolehkah aku minta sedikit?” tanya Venus.
“Silakan. Berkurang satu gentong pun tidak berpengaruh kalau sebanyak ini.”
“Terima kasih banyak, Tuan!” Venus langsung minum."Wahahaha! Mantap sekali!”
“Hahaha! Iya kan?!” Noctarion ikut tertawa keras.
“Hei, bukannya ini mulai di luar kendali?” tanya Dina. “Si Venus itu malah ikutan mabuk.”
“Kak Venus…” Gamma terlihat cemas.
“Hahaha! Biarlah,” kata Arya. “Hei Venus, kita mau pergi. Ayo cepat!”
“Hah?! Apa katamu?! Ini belum berakhir!” jawab Venus yang mulai sempoyongan.
“Tuan Noctarion, kami pamit dulu ya.”
“Apa?! Sudah mau pergi?!”
“Iya, kami ada urusan lain.”
“Baiklah. Terima kasih atas birnya.”
“Terima kasih juga atas ajaran Anda. Sampai jumpa!”
“Teleportasi!”
Arya memindahkan mereka ke ibu kota.
“Di mana ini? Mana birku?!” teriak Venus sambil mencari-cari.
“Di ibu kota, Kak Venus. Sadarlah,” kata Gamma.
“Reisa-chan, sini peluk!” Venus merentangkan tangan.
“Kakak bau bir!” Gamma mendorong.
“Iihh! Reisa-chan jahat malah dorong gitu!”
“Kenapa gak ditinggal aja si bodoh cabul ini?!” gerutu Dina.
“Hahaha!” Arya tertawa ,tapi wajahnya berubah serius." “Ayo, Saatnya kita bunuh sang raja.”
Mereka melangkah menuju istana…
———
"Mereka datang ya... Bersiaplah noctis-kun."
"Baik, yang mulia."
...