NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sang Naga Semesta

Reinkarnasi Sang Naga Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Kultivasi Modern
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

"Ada sebuah kisah kuno dari gulungan tua... tentang seekor naga yang tak mati meski semesta memutuskan ajalnya."

Konon, di balik tirai bintang-bintang dan bisikan langit, pernah ada satu makhluk yang tak bisa dikendalikan oleh waktu, tak bisa diukur oleh kekuatan apa pun—Sang Naga Semesta.
Ia bukan sekadar legenda. Ia adalah wujud kehendak alam, penjaga awal dan akhir, dan saksi jatuh bangunnya peradaban langit.

Namun gulungan tua itu juga mencatat akhir tragis:
Dikhianati oleh para Dewa Langit, dibakar oleh api surgawi, dan ditenggelamkan ke dalam kehampaan waktu.

Lalu, ribuan tahun berlalu. Dunia berubah. Nama sang naga dilupakan. Kisahnya dianggap dongeng.
Hingga pada suatu malam tanpa bintang, seorang anak manusia lahir—membawa jejak kekuatan purba yang tak bisa dijelaskan.

Ia bukan pahlawan. Ia bukan penjelajah.
Ia hanyalah reinkarnasi dari sesuatu yang semesta sendiri pun telah lupakan… dan takutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Ryu masih duduk di kursinya, matanya tidak berkedip seolah mencoba memastikan bahwa apa yang ia lihat tadi bukanlah mimpi. Elsha berdiri di sebelahnya, kedua tangannya masih gemetar meski senyum tipis sesekali muncul di bibirnya.

“Tidak mungkin…” Ryu menggeleng pelan. “Anak kita… Stellaris… di umur tiga tahun?”

Elsha mengusap wajahnya, matanya berbinar sekaligus dipenuhi rasa khawatir. “Aku bahkan… belum selesai mengajarinya cara mengikat tali sepatu dengan benar…” gumamnya lirih, seakan tidak percaya.

Asterion yang sedari tadi duduk manis di sofa kini sedang memegang yogurt dingin, menyeruputnya perlahan. Hah… sudah kuduga akan berakhir begini. Terkadang terlalu jujur itu tidak baik. Tapi, demi mengalihkan isu… ya terpaksa lah.

Ia melirik kedua orang tuanya yang masih shock setengah mati. Elsha jelas sedang mencoba menerima kenyataan, sementara Ryu tampak seperti sedang menghitung ulang semua logika dunia ini.

Ryu akhirnya menoleh dengan tatapan penuh tanya. “Jadi…” Ia menarik napas. “…kau yang meledakkan apartemen kita?”

SRRRT! Asterion yang sedang menyeruput yogurt tersedak, hampir memuntahkannya. “Eh… iya… ayah.” Senyumnya canggung, tangannya menggaruk pipi. “Saat aku membangkitkan Star Soul… aku nggak nyangka kalau efeknya bakal sebesar itu.”

Elsha mendengus keras. “Dan kau juga membuat dirimu sendiri terluka! Kau tahu tidak, Ibu panik setengah mati waktu itu!”

Asterion menunduk, memasang ekspresi paling polos yang ia punya. “Maaf, Ibu…”

Ryu menghela napas, mencoba menenangkan diri. “Bagaimana… anak yang bahkan belum genap lima tahun bisa membangkitkan Star Soul? Kau mengalahkan semua jenius dan pahlawan terdahulu… Kalau tubuhmu tidak mampu bertahan, kau—”

“Jangan lanjutkan!” Elsha langsung menghentikan Ryu, lalu mendekat dan BRUK! mengguncang tubuh Asterion dengan kedua tangannya. “Kau ini kenapa buru-buru sekali menjadi Stellaris, hah!? Kalau kau kenapa-napa… bagaimana nasib Ibu tanpa kamu?”

Kepala Asterion terayun-ayun bak boneka kain. “Egh… Ibu… hentikan… pusing…!”

Setelah beberapa saat Elsha akhirnya melepasnya, meski wajahnya masih penuh kekhawatiran. Ryu menatap Asterion lekat-lekat. “Jelaskan.”

Asterion menghela napas, lalu mulai bercerita. “Aku memahami konsep Star Soul dari sebuah buku di taman kanak-kanak. Aku penasaran, jadi aku coba mempraktekkannya… ternyata berhasil. Meski… energiku terbatas.”

Dalam hati, ia menambahkan, yah… meskipun masih ada beberapa hal yang sengaja kusimpan untuk diriku sendiri.

Ryu memijat pelipisnya. “Dengar, Asterion. Kalau dunia tahu kau sudah menjadi Stellaris di usia ini… akan terjadi kekacauan besar. Semua orang akan mengincarmu. Jadi…” Ia menatap dalam-dalam, suaranya menjadi tegas. “…kau harus menyembunyikannya. Setidaknya sampai umur sepuluh tahun. Mengerti?”

Asterion mengangguk cepat. “Paham, Ayah.”

Elsha lalu berdiri, bertepuk tangan sekali. “Baiklah, karena hari ini kita mendapatkan… entah kabar baik atau kabar yang bikin jantung copot… Ibu akan masak banyak makanan enak.”

“Kalau begitu aku akan pergi ke rumah sakit sebentar untuk memeriksa luka, lalu ke markas militer pusat untuk membuat laporan soal korban dan kerusakan akibat Nebula,” kata Ryu sambil mengambil jaketnya.

Asterion tersenyum getir, matanya menatap keluar jendela. Sialan kau, Nebula. Semua rahasia ku hampir terbongkar, Awas saja kalau kita ketemu lagi.

Taman Kanak-Kanak – Siang yang Ramai

Suara riang anak-anak memenuhi udara, bercampur aroma manis es krim dan angin hangat yang berhembus di antara ayunan dan perosotan. Asterion duduk di atas ayunan, satu tangan memegang tali ayunan, satu tangan lain sibuk dengan cup yogurt dingin. Sesekali ia mendorong tubuhnya perlahan, menikmati ayunan yang bergerak pelan seperti irama hati yang santai.

Tidak jauh dari situ, Nolan dan Kei sedang duduk di pasir, membangun sesuatu yang entah berbentuk kastil atau monster. Tapi mulut mereka justru sibuk membicarakan hal yang sama sejak pagi.

“Serius, Kei, pertarungan epik dengan Nebula waktu itu… gila!” Nolan menggerakkan tangannya lebar-lebar, seolah sedang menceritakan adegan klimaks film. “Ledakan di langit, petir, api… itu melebihi film action mana pun!”

Kei mengangguk bersemangat. “Iya! Ibuku sampai nangis karena dia pikir itu kiamat, hahaha!”

Mira, yang sedang mengatur susunan balok di dekat mereka, mendengus. “Kalian berdua nggak ada kerjaan ya? Orang-orang sampai ketakutan, kalian malah bahas kayak nonton film.”

Kei nyengir. “Lah, tapi kan memang keren…”

Sementara itu, Asterion masih duduk di ayunan, menatap kosong sambil menikmati yogurtnya. Hmph, bocah-bocah ini… pikirnya santai.

Namun suasana santai itu buyar ketika Han Soojin, gadis berambut sebahu dengan wajah sedikit masam, mendekat. Ia berdiri di depan Nolan dan Kei, kedua tangannya terkepal di pinggang.

“Bisa nggak sih berhenti ngomongin itu keras-keras? Berisik tahu!” suaranya tajam, menusuk udara.

Nolan mengangkat alis. “Memangnya apa hubungannya pendapat kami sama kamu, hah?”

Kei menambah, “Iya! Suka-suka kami mau bahas apa.”

“Ya ampun…” Mira langsung memutar mata, lalu mencubit kedua lengan Nolan dan Kei bersamaan. “Maaf ya, Soojin. Mereka memang berisik dan nggak ada otak.”

Soojin menatap Mira sebentar, lalu menoleh sekilas ke arah Asterion yang masih diam di ayunan. Pandangannya hanya sepersekian detik, lalu ia berbalik pergi, wajahnya jelas kesal.

Nolan dan Kei saling berpandangan. “Apa-apaan itu?” gumam Kei. “Biasanya dia diem aja kek patung, sekarang sensi banget.”

Nolan mengedikkan bahu. “Mungkin lagi datang bulan kali?”

“Hap!” Cubitan Mira mendarat lagi di lengan Nolan. “Mana mungkin anak kecil datang bulan, hah! Lagian kamu tahu dari mana begituan?”

Nolan terdiam sejenak, lalu dengan polosnya berkata, “…dari TV.”

Asterion mengalihkan pandangannya ke Soojin yang kini duduk sendirian di sudut taman, di dekat mainan balok. Bahunya sedikit gemetar, dan ia terlihat sibuk memindahkan balok tanpa arah, seperti orang yang ingin sibuk tapi tidak tahu mau apa.

Mira menghela napas. “Ini mungkin karena kakeknya, Moon Seok Hyun, masih belum sadarkan diri setelah pertarungan melawan Nebula.”

“Oh, ya?” Asterion akhirnya angkat bicara.

Mira menatapnya. “Iya. Itu viral di semua berita. Soojin pasti begini karena khawatir sama kakeknya.”

Asterion meneguk sisa yogurt, lalu berkata pelan, “Ya, seharusnya sih nggak perlu melampiaskan amarah sembarangan juga.”

Kei langsung menunjuk Asterion. “Tuh, Asterion aja mendukung kita!”

HAP! Cubitan Mira kembali mendarat ke Nolan dan Kei.

“Aww! Kenapa cuma kami yang dicubit! Cubit juga dong Asterion!” protes Kei.

"Hei aku ga bilang apa-apa kenapa kena juga, kau dari dulu emang personal Mira!" Ujar Nolan

Asterion hanya tertawa kecil, tidak berniat membela diri. Pandangannya tetap tertuju pada Soojin, yang kini terlihat menghapus matanya dengan punggung tangan.

Sejauh yang kutahu, emosi anak kecil itu memang labil… pikirnya. Hah… inilah kenapa aku ingin cepat dewasa.

Meski ia tidak beranjak dari ayunan, dalam hatinya Asterion sedikit memahami perasaan Soojin. Dunia orang dewasa yang penuh kekacauan kadang terlalu berat untuk pundak kecil—bahkan pundak seorang gadis yang mencoba terlihat kuat.

1
Candra Fadillah
hahahahahaha, naga semesta yang perkasa di cubit oleh seorang wanita
Unknown
keren kak, semangat teruss
RDXA: siap terimakasih atas dukungannya /Determined/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!