Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterkejutan Vero
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, tetapi Carla masih berendam di bathtub apartemen yang ia sewa. Sudah satu jam lebih ia berendam, tanpa melakukan gerakan apa pun. Hanya diam dan menatap kosong pada busa sabun yang menutupi permukaan air.
Secara berkala air matanya menetes, jatuh berbaur dengan air tempatnya berendam saat ini. Sedih dan hancur kembali Carla rasakan, hampir serupa dengan keputusasaannya pada malam itu.
Entahlah, mengapa takdir teramat kejam padanya. Setelah lima tahun lamanya cukup damai menjalani hidup di Negeri Sakura, garis takdir memaksanya kembali ke Jakarta.
Sebenarnya kepulangan Carla hanya sementara, antara satu sampai dua bulan. Namun, waktu yang sesingkat itu nyatanya masih membawa kesempatan untuk bertemu dengan Esson, lelaki yang Carla cintai dari dulu hingga sekarang, dan mungkin juga sampai nanti.
"Sesakit ini, Esson. Sesakit ini ...."
Carla bergumam lirih dengan air mata yang kian berderai. Sebelumnya, jarak yang jauh dan tak pernah ada perjumpaan membuat Carla sedikit lebih tenang. Lebih mudah melupakan bayangan Esson meski harus menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Namun, pertemuan barusan telah membuka kembali luka lama. Luka yang sedari dulu tak pernah benar-benar sembuh, kini kembali menganga dan menciptakan rasa sakit yang teramat dalam.
Carla tak bisa mengendalikan pikirannya untuk tidak membayangkan pernikahan Esson dengan Tessa. Pasti kehidupan mereka sangat manis, dan pasti sikap lembut Esson sekarang hanya tertuju pada Tessa. Buktinya barusan lelaki itu sangat kasar, bahkan dengan enteng meninggalkan lebam di lengannya.
Tangis Carla kian pecah ketika mengingat itu semua. Ia marah dan menyesali kejadian lima tahun lalu, sebuah peristiwa kelam yang membuatnya kehilangan Esson dan impian-impian indahnya.
Pada saat yang sama, Esson juga masih terjaga dengan pikiran kacaunya. Dia duduk di ruang kerja di rumahnya, menatap nanar pada berkas-berkas di hadapannya.
Banyak pekerjaan yang menunggu, bahkan dia sampai meminta Tessa untuk tidur lebih dulu. Namun nyatanya, lima jam dia duduk di sana, tak ada satu pun pekerjaan yang tersentuh tangan. Esson sekadar diam sambil membayangkan keangkuhan Carla, lantas bertanya-tanya apa yang menyebabkan Carla berubah.
Mungkinkah ada lelaki lain yang menggoyahkan hati Carla, sehingga wanita itu tak sudi lagi menatap ke arahnya?
"Kak! Kamu belum tidur?"
Lamunan Esson terganggu dengan suara Vero yang entah sejak kapan sudah berdiri di depannya. Tadi Esson memang tidak mengunci pintu ruangan, makanya Vero bisa masuk tanpa permisi.
"Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu dulu? Mengganggu saja." Esson mendengkus kesal.
"Aku tidak tahu kalau kamu ada di sini, Kak. Tadi niatku mau ngambil data properti kita yang ada di Bandung, kan Kak Esson sendiri yang nyuruh aku kemarin untuk merekap data-data itu."
Usai mendengar jawaban Vero, Esson menarik napas panjang. Lantas melirik jam di pergelangan tangannya.
"Dini hari begini kamu akan bekerja?"
Vero nyengir sesaat. Kemudian menjawab, "Aku baru pulang, Kak, dan kebetulan belum ngantuk juga. Jadi aku cicil aja dikit-dikit."
"Dari mana? Ikut Rimba lagi?" selidik Esson dengan tatapannya yang intens.
Selama ini memang hanya itu yang membuat Vero pulang larut malam atau bahkan dini hari, yakni karena ada balapan dan dia ikut Rimba yang menjadi teknisi di salah satu tim.
"Kak, jangan menatapku begitu. Aku sudah menuruti arahan Kak Esson, belajar bisnis dan masuk dunia bisnis. Meski nggak sehebat Kakak, tapi selama ini aku juga nggak payah-payah banget. Aku ikut Rimba dan belajar otak-atik mesin di sana sekedar mengisi hobi, nggak mengganggu waktu kerja. Aku hanya menganggap itu hiburan dari penatnya otak karena urusan kantor yang nggak ada habisnya," kata Vero dengan panjang lebar.
Dulu dia sudah mengalah dan menuruti keputusan Esson, sekarang dia hanya berharap kakaknya itu tidak keberatan jika dirinya mencari hiburan dengan sesuatu yang ia sukai.
"Aku tidak melarangmu, tapi sebaiknya kamu juga tahu waktu, Vero. Jangan terlalu sering pulang dini hari dan mengabaikan waktu tidurmu. Kamu juga manusia, fisikmu butuh istirahat."
"Aku mengerti, Kak. Aku bisa mengukur kemampuan tubuhku. Buktinya selama ini aku juga nggak pernah sakit karena begadang, kan?" sahut Vero.
Esson tidak menjawab, sekadar menatap sekilas kemudian membuang pandangan ke arah lain. Sudah tak ada lagi alasan untuk melarang Vero, meskipun menurutnya hobi tersebut sangat membuang waktu dan tidak ada gunanya.
"Kak Esson sendiri kenapa? Ada masalah apa?" tanya Vero.
"Tidak ada."
Vero berdecak. "Punya bini, lagi hamil, tapi jam dua dini hari malah melamun di ruang kerja. Lucu banget kalau nggak ada apa-apa."
Esson masih diam.
"Ada masalah ya sama Mbak Tessa?" tebak Vero.
"Minta jatah nggak dikasih ya?" Vero tertawa, menggoda sang kakak yang makin masam.
Lantas sebelum Esson memberikan jawaban apa pun, Vero meneguk air dari botol yang ia bawa.
"Carla kembali."
"Brussh!"
Air yang belum sempat ditelan, menyembur seketika saat mendengar dua kata yang keluar dari mulut Esson.
"Mbak Carla ...," batin Vero. Detak jantungnya berpacu cepat ketika mengingat nama itu. Ludah pun mendadak sulit ditelan, demi membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.
Akankah semuanya terungkap?
Bersambung...
Carla kenapa? beres2 barang?
Penderitaan Carla sungguh sungguh menyakitkan 🥲🥲🤗🤗
Jadi untuk apa memperdalam kisah yng sdh lewat ikhlas kan aja Son , cerita mu dngn Carla sdh selesai 😠😠🤣