Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?
**
Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8—Bai Huixin
Jantungnya berdebar hebat, matanya terpejam. Harimau itu meraung mengerikan dan siap menerkam.
Namun, sebuah sinar berwarna hijau menepis mulut harimau yang menganga itu. Sehingga, saat harimau melihat dari arah datangnya cahaya itu, ia berlari menjauh.
"Kau tidak apa-apa?" sebuah suara lembut dari seorang perempuan, berasal dari kejauhan.
Kejadian itu begitu cepat, hingga Xu Yin hanya melihat perempuan yang tampak sangat cantik beberapa kaki darinya. Ia memakai hanfu biru muda, dengan potongan kain yang anggun dan menawan.
Kulitnya seputih mutiara, wajahnya mungil, hidung mancung, bibir kecil namun berisi, dan rambutnya terurai dengan poni tengah. Perempuan menawan itu telah mencapai tahap akhir Qi Tempering.
Xu Yin menatap perempuan itu dengan datar… lalu memberi hormat, "Terima kasih, Senior."
"Xu Liang mendapat tugas dari sekte, dia tidak bisa pergi ke sini jadi dia memintaku datang. Namamu Xu Yin, kan?" lontar perempuan itu.
Xu Yin membalas, "Saya meminta guru untuk membantu saya membawa kayu. Siapa sangka, beliau meminta tolong anda. Maaf jika merepotkan anda."
"Tidak masalah, sudah tugas Senior untuk menjaga junior. Lagi pula, bagaimana kamu bisa sampai di sini? Ini adalah hutan terlarang tempat roh binatang buas," jelas perempuan itu.
Xu Yin hanya menunduk, dia merasa menjadi orang yang sangat naif. Padahal, saat di bumi, dia selalu berhati-hati pada orang lain. Walaupun ia sebelumnya sudah mengantipasi dengan meminta pamannya datang, Xu Yin tetap merasa sangat bodoh.
Perempuan itu berdecak. “Namaku Bai Huixin. Kalau ada apa-apa, bilang saja padaku.”
Xu Yin sekali lagi mengepalkan tangannya untuk memberi hormat, "Terima kasih banyak, Senior Bai."
Bai Huixin menatap Xu Yin, lalu memperhatikan sekeliling. "Dan orang gila mana yang membuatmu terkurung dalam formasi ini?" tanya Bai Huixin.
"Awalnya, saat saya masuk hutan, tidak ada penghalang. Tetapi, setelah saya masuk, tiba-tiba penghalang transparan itu ada," jelas Xu Yin.
Bai Huixin mengangguk paham, dia tahu ada yang berusaha mencelakai Xu Yin. Untungnya, anak ini cerdik. Sebelum berangkat ke hutan, ia memberitahu pamannya untuk menjemput ke hutan.
Untungnya, dia segera datang. Terlambat sedikit saja, maka nyawa bocah di depannya itu akan lenyap.
"Sebaiknya, masalah ini jangan sampai bocor keluar," pintanya pada Xu Yin.
Ia hanya mengangguk. Perempuan itu menggandeng jemari Xu Yin dan mereka terbang. Lagi-lagi hal seperti ini membuatnya kagum. “Kita bisa terbang tanpa pedang?” Tanya Xu Yin dengan polos.
“Tentu bisa, untuk jarak tempuh pendek. Tapi, kalau jauhnya ratusan atau ribuan mil. Kurasa akan membutuhkan kendaraan spiritual.” Jelas Bai Huixin.
Xu Yin bertanya lagi. “Senior Bai, kayu-kayu yang saya pungut, jatuh tak bersisa.”
“Tidak masalah. Aku yang akan memarahi siapapun yang melakukan ini padamu! Atas nama Xu Liang, aku tidak terima keponakannya diperlakukan seperti ini.” Ungkap Bai Huixin dengan nada serius.
Setelah terbang beberapa ribu kaki, mereka akhirnya sampai di Sekte. “Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu melakukan ini?” Tanya Bai Huixin.
Xu Yin pun memberitahunya. Bai Huixin pergi untuk menegur Su Loulan dan Wu Ling.
Keesokan harinya, Bai Huixin pergi ke asrama Murid Luar untuk menemui Xu Yin. Para Murid Luar terkejut dengan kedatangan Bai Huixin.
“Hormat saya kepada Senior.” Ucap Xu Yin sembari menangkupkan tangan ke depan, memberi hormat pada Bai Huixin.
“Tidak perlu terlalu formal.” Balas Bai Huixin.
Xu Yin berdiri tegap dan bertanya. “Ada apa Senior mencari Junior?”
Bai Huixin menjelaskan niatnya. “Mulai hari ini, kaulah muridku. Karena Xu Liang akan bepergian lama.”
Mata Xu Yin berbinar. “Kenapa? Dimana pamanku? Sampai kapan dia bepergian?”
Bai Huixin menghela nafasnya. “Dia harus bertapa di gunung Chiyan Feng. Gunung itu berada di negeri nan jauh.”
Xu Yin mengangguk mengerti.
Bai Huixin melangkah, menyusuri jalan setapak sempit yang tertutup dedaunan gugur dan kabut tipis. Goa yang mereka tuju berada di balik air terjun kecil yang mengalir dari tebing berlumut, jauh dari pemukiman sekte dan tertutup pepohonan pinus.
Setibanya di depan air terjun itu, Bai Huixin menyentuh batu kecil di tepi tebing. Sebuah gema halus terdengar, dan air terjun pun perlahan terbelah, memperlihatkan celah menuju goa dalam yang memancarkan aura alami energi Qi.
"Ayo masuk," ucap Bai Huixin lembut.
Xu Yin melangkah masuk, dan segera merasakan hawa dingin dan tekanan memenuhi ruang goa itu. Dindingnya berlumut hijau, dan di tengahnya terdapat batu datar berbentuk abstrak, tempat untuk bermeditasi.
"Aku tidak akan memberimu teknik kultivasi yang rumit dulu," ujar Bai Huixin seraya duduk di atas batu meditasi lainnya. "Sebagai murid baru, kau harus membuka 'Gerbang Meridian' dalam tubuhmu terlebih dahulu. Tanpa itu, bahkan setetes pun kau tak bisa menyerap energi Qi. Duduklah!”
Xu Yin duduk bersila di hadapan Bai Huixin, lalu menatap serius. "Apa yang harus saya lakukan?"
Bai Huixin mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke tengah dada Xu Yin. Sinar biru lembut mengalir ke dalam tubuhnya. "Fokuslah pada Dantian-mu. Rasakan aliran halus itu, ikuti alurnya... dan saat terasa panas, biarkan ia meledak perlahan dari dalam, bukan ditahan."
Xu Yin mengerutkan kening. Dalam kesunyian, ia mengikuti arahan Bai Huixin. Di dalam tubuhnya, ia mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa, seperti sungai cahaya yang menyusuri meridian bercabang miliknya. Aliran itu terasa alami, tapi semakin lama menjadi deras dan sulit dikendalikan.
Tiba-tiba, dari dalam tubuhnya terdengar suara retakan kecil. Hal itu tidak menimbulkan rasa sakit, melainkan seperti sebuah segel yang terbuka. Saat itu juga, hawa lembut namun kuat menyebar dari tubuh Xu Yin, membuat seluruh area di dalam goa itu menyala lebih terang oleh aura.
Bai Huixin membuka mata, terkejut.
"Gerbang Meridian... terbuka dalam sekali duduk?" gumamnya pelan. Ia menatap Xu Yin yang masih bermeditasi.
"Dan... aliran Qi itu... terlalu murni."
Beberapa saat kemudian, Xu Yin membuka matanya perlahan. Pandangannya lebih tajam, dan napasnya terasa stabil.
"Aku berhasil?" tanyanya lirih.
Bai Huixin menatapnya dalam. "Bukan hanya berhasil... kau membukanya dengan sempurna. Tak ada gangguan bahkan tak ada luka. Itu... jarang sekali terjadi, bahkan bagi mereka yang dianggap berbakat."
Xu Yin mengangguk pelan. Tetapi di dalam jantungnya, ada sesuatu yang bergetar. Sebuah rasa asing, seolah bagian dari dirinya baru saja dibangunkan dari tidur panjang.
Bai Huixin berdiri. "Mulai besok, aku akan memberimu pelatihan kultivasi tahap pertama, Qi Awekening. Tapi untuk hari ini, sudah cukup. Jangan serakah terhadap kekuatan. Ketenangan dan kendali... jauh lebih penting daripada ledakan kekuatan yang sesaat."
Xu Yin menatap gurunya dan membungkuk hormat. "Terima kasih, Guru Bai."
Bai Huixin membalasnya dengan tersenyum tipis, tapi dalam hatinya, ia merasa waspada terhadap Xu Yin. “Anak ini… benar-benar mirip dengan Xu Liang.”
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.
ibunya jadi hangat.