Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Makan Bersama
Alena membuang napas kasar.
"Pernikahan ini hanya formalitas bagi kita dan keluarga kita. Aku berhak memutuskan apa yang ku inginkan, kamu tidak bisa menekanku dibawah perintahmu." tutur Alena dengan tenang dan tegas.
Ahen melihat ke arah mata Alena yang berkaca-kaca dan menyiratkan luka besar.
"Aku juga tidak akan menuntut dan melarangmu apapun." lanjutnya.
Setelah itu Alena melangkah pergi meninggalkan Ahen. Ahen menoleh pada Bi Mia.
"Jangan sampai keluargaku tau hal ini."
"Iya, Tuan."
Di kamar Alena...
Alena duduk memeluk lututnya, ia menangis tanpa suara, hatinya terasa sakit, ia hanya merasakan ketidaknyamanan dalam hubungan ini. Satu-satunya harapannya adalah menanti 1 tahun untuk menyudahi drama pernikahan tanpa cinta ini.
Disisi lain di kamar Ahen, ia duduk di balkon kamarnya sambil diam termenung, ia mencoba mencerna semua yang terjadi, pelan-pelan dari awal semua ini terjadi.
"Salma, apa yang harus ku lakukan?"
Ahen menitikkan air mata sembari menghela napas lelah.
"Kenapa keberuntungan cinta tidak pernah memihak padaku?"
"Aku tidak bisa terus seperti ini." lirihnya
****
Keesokan paginya, Ahen dan Alena sarapan bersama di satu meja yang sama, mereka tidak mengeluarkan suara apapun, hanya suara sendok yang beradu dengan piring mengiringi kesunyian pagi ini.
Ahen selesai lebih dulu, ia mengulurkan tangan pada Alena. Alena menoleh sembari mengernyitkan dahi.
"Apa?" tanya Alena.
"Suamimu akan berangkat kerja. Lakukan yang Salma lakukan dulu." jawab Ahen.
Napas Alena menggebu.
"Lakukan apa yang Salma lakukan dulu?" tanya Alena.
"Ya. Mencium tanganku." jawab Ahen.
Alena berdiri dan mengambil tas nya.
"Maaf, ya. Aku bukan Salma." ucap Alena yang kemudian melangkah meninggalkan Ahen.
Ahen menarik uluran tangannya dan menatap punggung Alena yang kian menjauh dan menghilang di balik tembok.
Alena baru saja masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamannya, saat menyalakan mobil, HP Alena berdering, ia melihat mertunya yang menghubunginya.
"Assalamu'alaikum, Ma."
"Wa'alaikumsalam, anak Mama. Nanti malem sibuk, nggak?"
"Enggak, Ma."
"Yaudah kalau gitu, nanti malem kita makan malem di luar yuk."
"Aku sih mau, Ma. Mas Ahen gimana?"
"Gampang, sesibuk-sibuknya dia pasti bakal mau diajak, habis ini Mama telpon dia."
"Oh, oke Ma."
"Ya udah gitu aja ya, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, Ma."
Alena mengakhiri panggilan dan memasukkan kembali HP-nya ke dalam tas, lalu ia menutup kaca pintu mobil dan berangkat.
Malam harinya...
Alena berkacak pinggang sambil memandangi pantulan dirinya di cermin.
"Oke, cantik." pujinya sendiri.
Setelah bercermin, ia mengambil tas yang sudah disiapkan dan keluar dari kamar, terlihat Ahen sudah menunggu di ruang tamu, Ahen terlihat mengenakan pakaian santai namun pakaian itu tetap terlihat elegan di tubuhnya. Tanpa ada janji di awal, warna pakaian mereka senada, sama-sama hitam dan sedikit warna putih di beberapa titik.
"Bi, kami mau keluar dulu, nanti kalau terlalu larut malam, Bi Mia tidur duluan saja." ujar Ahen.
"Iya, Tuan. Hati-hati Nyonya, Tuan."
Bi Mia tersenyum dan mengangguk. Mereka berdua keluar dari rumah, Ahen membukakan pintu bagian penumpang depan untuk Alena.
"Aku di belakang aja." tolak Alena.
"Nanti pulangnya saja. Kita akan berangkat bersama orang tuaku."
"Ya udah nanti aja pas jemput Papa Mama, dari sini aku di belakang." Alena tetap menolak dan Ahen memilih mengalah.
Setelah mereka berdua masuk, Ahen melihat Alena dari kaca di atasnya, terlihat Alena hanya memasang wajah datar sedari tadi.
Sekitar 30 menit, mereka sampai di rumah orang tua Ahen.
"Assalamu'alaikum, Ma." ucap Alena.
"Wa'alaikumsalam, eh anak Mama udah dateng. Ayo masuk dulu, ya."
Alena dan Ahen mencium punggung tangan Ibu Ahen.
"Duh, cantik banget sih." puji Ibu Ahen sambil menoel dagu Alena.
"Mama bisa aja." Alena tersipu malu.
Mereka berdua diajak ke ruang tengah tepatnya ruang keluarga, senyum Alena memudar saat melihat Ali dan istrinya juga ada disana.
Ibu Ahen melihat perubahan raut wajah Alena.
"Mama lupa kasih tau, nanti Ali sama istrinya juga ikut kita. Tadinya bawa motor sendiri, eh mogok, masih di bengkel." Ibu Alena menjelaskan.
"Ahen, nggak apa-apa kan adik kamu ikut di mobil kamu?" tanya Ayah Ahen.
"Iya boleh."
Alena tersenyum kecut.
Setelah itu mereka semua berangkat menaiki mobil Ahen.
"Mas." panggil Ali.
"Hm?"
"Kalau Mas Ahen capek, bisa gantian nyetirnya."
"Tidak usah, aku saja."
Ibu Ahen tersenyum melihat kedua anaknya akur.
Sesampainya di lokasi, Alena memandangi tempat yang di datanginya ini.
"Kenapa, nak?" tanya Ibu Ahen.
Alena hanya menggeleng.
Mereka pergi makan malam di sebuah restoran yang menyajikan bakar dengan kualitas tinggi dan pelayanan yang super. Mereka masuk ke dalam restoran sambil menggandeng pasangannya masing-masing.
Alena mendadak canggung saat melihat mertuanya dan adik iparnya bergandengan tangan. Tanpa aba-aba, Ahen langsung meraih tangan Alena dan menggandengnya.
"Pernah kesini?" tanya Ahen pelan.
"Jangan kepo." jawab Alena.
Mertua dan Adik iparnya lebih dulu duduk, mereka memandangi Alena dan Ahen yang bergandengan tangan namun saling membuang muka.
"Kelihatan banget kalau lagi malu dan salah tingkah." tutur Ayah Ahen, Ibu Ahen dan Lili tertawa kecil sedangkan Ali hanya tersenyum kecil.
Setelah duduk, Alena menarik tangannya dari Ahen dan mengatur napasnya.
"Cieee." goda Lili pada Alena, Alena hanya bisa menunduk malu. Ini adalah pertama kalinya Alena di gandeng oleh laki-laki di depan umum.
Pelayan datang sambil membawa buku menu. Setelah memesan, ia pun pergi ke belakang untuk menyampaikan pesanan.
"Gimana? Bagus nggak tempatnya?" tanya Ibu Ahen.
"Bagus, Ma." jawab Alena sembari tersenyum.
"Baguslah kalau kamu suka. Dulu, saat Ali dan Lili baru menikah, Ali membawa kami makan disini juga sambil merayakan pernikahan mereka."
Senyum Alena tetap terukir namun senyum itu terlihat dipaksa.
Tidak berselang lama, terlihat dua pelayan datang sambil membawa cake wedding dan di letakkan di meja mereka.
"Ini kue apa, Ma? Tadi kan kita nggak pesen kue?" tanya Alena.
"Mama melakukan ini buat Ali dan Lili saat itu, dan ini kami lakukan juga buat kamu sama Ahen." jawab Ayah Ahen.
Hati Alena merasa seperti teriris.
"Mama harusnya nggak perlu serepot itu, dulu Salma tidak diperlakukan hal yang sama."
Senyum Ibu Ahen berubah.
"Ahen!"
Ahen terdiam dan hanya membuang napas kasar, Alena tersenyum kecut.
"Bahkan di saat seperti ini kau masih menyebut nama itu. Cih, keputusanku memang benar untuk berpisah dengannya 1 tahun lagi." bathin Alena.
Tak sengaja Alena beradu tatap dengan Ali, Ali langsung membuang muka dengan menoleh pada Lili.
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅
prosotan pake kumis geli dong🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️