Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggil Aku Sayang!
"Kalian sudah pernah bertemu?" Seorang wanita paruh baya di depanya bertanya penuh curiga.
"Iya bu, kita pernah bertemu secara tidak sengaja" Jawab Noah "Sedang apa kau disini? Ah! Maaf boleh aku tahu siapa namamu?" Noah mengulurkan tangannya, berusaha menjabat tangan Erina.
"Namanya Erina! Istriku"
Arga yang tiba-tiba datang, langsung mengulurkan tangannya menjabat tangan Noah, dan dengan santainya melingkarkan lengannya di bahu Erina.
Heh! Apa-apaan ini! Bukannya kita sepakat kalau kau tidak akan pernah menyentuhku!
Noah hanya bisa terperangah, memandangi telapak tangannya yang tak berhasil menjabat tangan Erina.
"Sayang perkenalkan dia Noah, dan ini Bibi Anita"
Apa! Apa aku tidak salah dengar? Dia baru saja memanggil ku dengan sebutan sayang?
"Salam kenal" Erina tersenyum canggung, entah kenapa dia tiba-tiba kehilangan kemampuan beraktingnya yang luar biasa itu.
Noah yang melihat pemandangan di depannya memperlihatkan raut tidak senang. Dia sama sekali tidak menyangka jika Erina adalah wanita yang di maksud Arga dalam perjanjian kontrak nikah kemarin.
"Kenapa tidak bilang kalau mau menjenguk kakek?" Arga mempererat dekapan bahunya "Kita kan bisa pergi bersama" ucapnya sambil membelai rambut gelombang milik Erina.
Halah! Kemarin saat selesai pesta saja kau langsung menghilang, dasar pengecut!.
"Bibi yang mengajak Erina kemari, kakek benar-benar tidak sabar melihat wajah cucu mantunya" sahut Bibi Sofia.
"Apakah keadaannya sudah lebih baik?" kini giliran Bibi Anita yang bertanya.
"Tentu saja! sejak kedatangan Erina, kakek sudah menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Sepertinya kakek benar-benar sangat menyukainya"
"Syukurlah kalau begitu"
Bibi Sofia dan Bibi Anita terlibat dalam obrolan yang cukup seru. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, Erina tidak terlalu memperdulikan. Karena saat ini, entah bagaimana dia merasa jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Karena sejak tadi Arga belum melepaskan rengkuhan lengannya di bahu Erina.
Noah menatap tajam ke arah Arga, entah kenapa dia merasa seperti tidak terima saat Arga memperkenalkan Erina sebagai istrinya.
"Kita perlu bicara!" Noah menyeret tangan Arga menjauh tanpa menunggu persetujuan terlebih dahulu.
Sialan, kenapa aku sampai keduluan! Padahal selama di Korea aku selalu memikirkan wanita itu! Kenapa sekarang malah Arga yang memilikinya!
Setelah dirasa cukup jauh, mereka berdua menghentikan langkahnya, dan terjadilah perdebatan sengit diantara mereka.
"Ada apa?" Arga bertanya santai, sambil memastikan Erina dan dua Bibi yang lainnya sudah masuk kedalam ruangan.
"Kapan kau menikahinya?"
Noah menatap tajam mata Arga, dadanya terlihat naik turun menahan amarah.
"Kenapa memangnya?" Bukannya menjawab, Arga malah melemparkan pertanyaan pada Noah.
"Apa salah Erina? Sampai kau mau jadikan dia korban pernikahan kontrakmu yang tak masuk akal itu!?" Kini nada bica Noah sedikit meninggi.
"Panjang ceritanya, lain kali akan kuceritakan semuanya. Sekarang kita kembali ke dalam sebelum yang lain curiga" Arga pergi begitu saja, melangkahkan kakinya meninggalkan Noah yang masih kesal.
Ah! Sialan!
Menjelang siang, Erina pulang bersama Arga. Suaminya itu terbiasa membawa kendaraannya sendiri tanpa bantuan seorang supir. Mobil mereka meluncur pergi meninggalkan dua mobil yang lainnya dibelakang.
"Sejak kapan kau mengenal Noah?"
Suara Arga memecah keheningan di dalam mobil, matanya masih fokus menatap jalanan yang lenggang. Erina yang tadinya melihat ke arah kaca jendela menoleh ke arah Arga.
"Kami tidak sengaja bertemu di jalan Tuan" jawab Erina.
"Jangan terlalu dekat dengannya, aku tidak suka!"
"Kenapa?"
"Sudah jangan kebanyakan tanya, turuti saja semua perintahku!"
Cih, ingin rasanya kucakar-cakar mulutmu itu wahai Tuan Muda! Seenaknya saja menyuruh tanpa alasan. Dasar orang aneh!
"Iya, baiklah Tuan"
Mereka berdua kembali membisu setelah percakapan singkat barusan. Erina benar-benar frustasi, kenapa dia harus menjalani hidup seperti ini.
Setibanya mereka di rumah, Arga segera menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sedangkan Erina diam mematung di bawah, bingung akan mengerjakan apa.
"Hei, apa yang kau lakukan disana?" Arga berteriak dari atas tangga, membuat Erina terlonjak kaget "Kemari, cepat!!"
Tanpa pikir panjang Erina langsung berlari menyusul langkah suaminya masuk kedalam kamar. Dia duduk di atas sofa sambil menunggu Arga yang sedang mengganti bajunya di ruangan ganti.
Usai mengganti baju dan membersihkan diri, Arga duduk di sebelah Erina. Punggungnya dia rebahkan pada sandaran sofa sedang kedua kakinya disilangkan di atas meja.
"Mulai sekarang jangan bicara padaku menggunakan bahasa formal"
"Baik Tuan"
"Jangan memanggilku Tuan, panggil aku sayang!"
Apa? apa aku tidak salah dengar!
Erina menatap Arga penuh tanda tanya.
"Jangan berfikir yang tidak-tidak, anggap saja kita sedang berakting. Berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang romantis, jangan sampai yang lainnya tahu kalau kita sedang berpura-pura"
Apa dia pikir dia sedang main sinetron?
"Kenapa diam saja?"
"Baik Tuan"
Arga mendengus kesal, menatap Erina tajam.
"Eh, maksud saya Sayang"
Arga masih menatap tajam, kali ini bahkan dia mendekatkan wajahnya ke wajah Erina sampai hembusan nafasnya benar-benar terasa.
Erina tercekat tangannya mencengkram pinggiran sofa. Dia berusaha memundurkan tubuhnya agar wajahnya tidak terlalu dekat dengan pria di depannya itu. Nihil, karena badanya sudah mentok di pinggiran sofa.
Wajah Erina seketika bersemu merah, jantungnya bedegup hebat seperti hendak keluar dari tempatnya.
Eh! Eh! Apa ini? Dia sedang apa?
"Apa yang anda lakukan tuan?"
Erina menahan tubuh Arga dengan kedua tangannya.
Aduh, kenapa dadaku berdebar-debar seperti ini. Apa karena dia sangat tampan? Eh! Bisa-bisanya aku masih sempat berfikir begitu.
Tidak Erina! Kamu tidak boleh tergoda! Jangan bodoh laki-laki ini yang sudah menyeretmu ke lubang neraka. Ingat itu Erin! Ingat itu!
Arga yang melihat wajah Erina tersenyum senang. Berhasil sudah rencananya untuk mengerjai istri nya itu.
"Kenapa wajahmu merah sekali?" tanyanya sambil tersenyum menggoda.
Erina hanya bisa menutupi mukanya dengan kedua tangannya.
Malu! Malu! Aku benar-benar malu. Ingin rasanya aku menghilang dari muka bumi ini.
"Berlatihlah lagi, keluargaku bukan termasuk keluarga yang kaku. Di luar kita punya jabatan masing-masing tapi dirumah kita tetap keluarga" Jelas Arga.
"Bicaralah seperti kau bicara dengan keluargamu, dan jangan lupa panggil aku apa?"
"Sa-sayang" jawab Erina malu-malu.
"Anak pintar" Arga tersenyum sambil mengusap-usap kepala Erina, membuat rambut wanita itu sedikit berantakan.
Dia ternyata wanita yang lucu, kenapa aku jadi gemas begini!
"Ayo turun bersamaku, kau belum makan siang kan?" Arga mengulurkan tangannya hendak menggandeng tangan Erina.
"Apa kita juga harus bergandengan tangan?" Erina bertanya ragu-ragu.
"Tentu saja, akan lebih meyakinkan kalau kita turun bersama dengan bergandengan tangan" Arga langsung meraih tangan Erina menggandengnya Erat dan membawanya turun untuk makan siang.
Ternyata pria ini tidak seangkuh seperti yang terlihat, dia ternyata pria yang sangat baik.
Erina menuruni anak tangga sambil senyum-senyum sendiri, Arga yang melirik sekilas ikut tersenyum samar.
.
.
(BERSAMBUNG)
egoisnya kebangetan si arga nih...