NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Pengantin Pengganti / Pengantin Pengganti Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.

Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.

Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.

Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.

Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21. MANIS DAN GETIR

Siang di kediaman Elias tampak tenang. Sinar matahari menembus kaca besar ruang tamu, menciptakan pantulan keemasan di lantai marmer. Udara minggu itu terasa ringan, tak ada kesibukan kantor, tak ada panggilan rapat mendadak dari direktur mana pun. Hanya keheningan yang sesekali pecah oleh suara lembut halaman buku yang dibalik, atau suara Ruby yang bersenandung pelan di dapur.

Sejak tinggal di rumah Elias, Ruby semakin terbiasa dengan ritme kehidupan di sana. Ia tak lagi berjalan canggung di koridor yang dulu terasa terlalu megah baginya; kini ia sudah hafal setiap lekuk ruangan, tahu mana rak yang menyimpan teh favoritnya, tahu letak toples kecil tempat Raven biasa menyimpan cokelat hitam karena pria itu ternyata tinggal di rumah ini juga.

Dan yang terpenting, Ruby sudah berhenti memanggil Elias dengan canggung dan kaku. Sekarang, cukup santai yang kadang diiringi tatapan kesal, kadang dengan nada menggoda yang entah sejak kapan membuat pria itu mulai menahan senyum setiap kali mendengarnya.

Minggu itu, Ruby mengenakan sweater oversized berwarna lembut dan celana pendek santai. Rambutnya diikat setengah, beberapa helai berjatuhan di bahu, membuatnya tampak seperti gadis biasa di rumah yang hangat, bukan seseorang yang dulunya hidup dalam ketakutan. Ia sedang duduk di karpet ruang tengah, menyalakan televisi dan memegang semangkuk salad besar berisi selada, tomat ceri, dan irisan wortel.

"Tidak bosan, ya, makan rumput tiap hari?" suara Elias terdengar dari balik koridor. Pria itu berjalan santai, mengenakan kaus hitam dan celana kain ringan. Rambutnya sedikit berantakan, seperti baru saja bangun dari tidur siang.

Ruby menoleh dan menatapnya dengan bibir mengerucut, "Ini bukan rumput. Ini healthy lifestyle, Elias."

Elias mendengus, lalu menatap mangkuknya dan tersenyum geli. "Healthy lifestyle? Kau tahu tidak, kamu sudah makan wortel hampir tiap hari selama seminggu ini. Cobalah makan daging atau juga. Tapi kau justru memilih memakan wortel setiap hari seperti kelinci."

"Dan apa salahnya wortel? Bagus untuk mata," Ruby menjawab cepat, menyuapkan irisan wortel ke mulutnya dengan gaya menantang.

Elias menyandarkan tubuh di dinding, melipat tangan di dada. "Bagus untuk mata? Kau yakin kau bukan kelinci yang bereinkarnasi?"

Ruby mengerjap, lalu memicingkan mata. "Aku manusia, bukan kelinci!"

"Tapi kebiasaanmu persis seperti kelinci kecil. Lihatlah semua makanan hijau dan orange itu. Jelas kalau kau adalah kelinci, Bunny."

Ruby hampir tersedak. "Elias?!" serunya dengan nada tinggi, wajah memerah. "Jangan panggil aku begitu!"

Namun Elias justru terkekeh, menikmati bagaimana gadis itu mendengus kesal. "Kenapa? Manis, kan? Bunny."

"Berhenti!" Ruby bangkit, meletakkan mangkuk saladnya di meja dengan suara 'duk' yang cukup keras. "Aku serius, Elias."

"Baiklah, Bunny.

"Elias?!"

"Ya, Bunny."

"Elias?!"

"Iya apa, Bunny~"

Pertengkaran kecil itu seperti permainan lidah dua anak kecil yang sama keras kepala. Ruby menatapnya tajam, Elias menatapnya santai dengan senyum miring khasnya.

Pintu ruang tamu terbuka tiba-tiba.

"Kalau kalian berdua terus begini, aku sungguh butuh popcorn," komentar Raven sambil berdiri di ambang pintu dengan map hitam di tangan. Ia menatap kedua orang itu bergantian, satu menatap kesal, satu lagi menahan tawa. "Aku cuma ingin menyerahkan laporan mingguan, tapi sepertinya aku datang di waktu yang salah."

Ruby spontan berbalik dan menunjuk Elias dengan ekspresi seperti anak kecil yang mengadu. "Raven?! Elias menyebalkan! Dia terus memanggilku Bunny!"

Raven mengangkat alis, menatap Elias dengan tatapan geli. "Bunny?"

Elias mengangkat bahu, masih tersenyum malas. "Dia memang suka makan sayuran, terutama wortel. Aku hanya memberikan panggilan yang cocok."

Ruby melipat tangan di dada. "Itu bukan alasan untuk mengejekku."

"Siapa bilang aku mengejek? Aku mengagumi," jawab Elias dengan nada menggoda.

"Tentu saja tidak terdengar seperti mengagumi!"

"Kalau begitu, anggap saja panggilan sayang~"

"Kau benar-benar menyebalkan," gerutu Ruby yang menatap Elias seolah ingin menakuti pria itu tapi sepertinya tidak berhasil sama sekali, karena Elias justru tersenyum lebih lebar.

Raven tak kuasa menahan tawa. Ia meletakkan map di meja, lalu duduk di sofa panjang sambil menggeleng.

"Kalian berdua ini ... rasanya lebih cocok menjadi dua bocah. Aku sungguh heran bagaimana rumah sebesar ini tidak meledak karena pertengkaran manis kalian setiap hari," komentar Raven.

Ruby menatap Raven dengan ekspresi yang nyaris memohon. "Raven, tolong, beri tahu dia berhenti memanggilku Bunny."

Raven pura-pura berpikir serius. "Hmm ... tapi jujur saja, panggilan itu cocok untukmu, Ruby."

"Raven!" Ruby menatapnya dengan wajah terkejut dan mulut terbuka lebar.

Raven terkekeh keras kali ini. "Baik, baik, aku menyerah. Tapi serius, melihat kalian bertengkar seperti ini bikin suasana rumah ini terasa hidup, tahu?"

Elias melirik sekilas ke arah Ruby yang masih memelototinya. "Lihat? Bahkan Raven setuju.'

Ruby memutar bola matanya, duduk kembali di karpet sambil meraih mangkuk salad. "Kalian berdua memang menyebalkan."

Elias berjalan mendekat dan duduk di sofa seberang, menyandarkan tubuhnya. Matanya tetap menatap Ruby, kali ini lebih lembut, meski bibirnya masih menyimpan senyum kecil. Ia terlihat nyaman, seperti pria yang baru saja menemukan sesuatu yang tak pernah ia sadari ia butuhkan: kehangatan rumah.

Raven membuka map dan menatap beberapa dokumen, tapi sesekali matanya melirik dua orang itu. Ia bisa melihat cara Elias menatap Ruby, tidak seperti cara seorang bos menatap bawahannya, tapi seperti seseorang yang tanpa sadar sedang jatuh terlalu dalam.

Waktu berlalu dengan ringan, hingga jam di dinding menunjukkan pukul dua siang. Raven masih di sofa, sesekali menulis catatan kecil di tabletnya. Ruby sedang membereskan mangkuk salad ke dapur, sementara Elias kembali dengan laptop di tangan.

"Raven," Elias memanggil tanpa menoleh. "Kau sudah periksa ulang sistem keamanan di server utama?"

"Sudah. Semua stabil," jawab Raven. "Tapi aku masih belum menemukan siapa yang mengincar si 'Chiper'. Hacker satu itu juga tidak mau memberitahu kalau dia dalam masalah, selalu saja melakukan sendiri. Padahal kita sudah bekerja bersama cukup lama."

Elias menatap layar laptopnya, matanya memicing. "Ya. Siapa pun dia, dia ahli. Tapi aku memang ingin bertemu dengannya secara langsung."

Kalimat itu membuat Ruby yang baru kembali dari dapur hampir berhenti melangkah. Tangannya yang memegang handuk tiba-tiba sedikit menegang. Tapi tak ada yang memerhatikan perubahan kecil di wajahnya.

Gadis itu tersenyum kecil, duduk di kursi dekat jendela, berpura-pura sibuk menggulung ujung handuk di tangannya.

"Raven," Elias melanjutkan, "kalau sampai kita temukan dia, aku ingin memukul kepalanya karena suka sekali membuatku jantungan dengan tingkahnya yang random, bahkan memberi peringatan mendadak."

Ruby menunduk. Tatapannya jatuh ke lantai. Ada ketegangan halus yang terselip di wajahnya, tapi ia cepat menutupinya dengan pura-pura menguap kecil.

"Bos tidak berperasaan," gumam Ruby pelan.

Elias menatap gadis itu sekilas. "Kau bilang apa, Bunny?"

Ruby menatapnya tajam. "Tidak ada."

Raven tertawa lagi, membuat suasana mencair. "Sudah, sudah. Aku menyerah. Kalian berdua ini seperti dua kutub magnet yang tidak bisa jauh tapi juga tidak bisa berhenti beradu."

Namun tawa itu hanya bertahan sebentar.

Sebuah suara tiba-tiba terdengar; nyaring, tajam, dan asing.

'PIIIIP - PIIIIP - PIIIIP!'

Suara itu memecah keheningan seperti sirene kecil, terus berbunyi tanpa henti. Ruby yang tadinya santai langsung berdiri kaku. Wajahnya berubah pucat, matanya menatap ke arah lorong kamar dengan ekspresi panik.

"Suara apa itu?" tanya Elias spontan, berdiri.

Ruby tidak menjawab. Ia langsung berlari ke arah koridor.

"Ruby?!" seru Elias, tapi gadis itu tidak menoleh.

Raven menatap Elias dengan wajah bingung, kemudian ikut berdiri. "Dari kamarnya?"

Tanpa berpikir panjang, mereka berdua mengikuti Ruby. Suara alarm itu semakin keras, seperti berasal dari balik pintu kamarnya. Ruby masuk ke dalam dan brak! dan intu tertutup rapat dari dalam. Kunci diputar. Suara alarm berhenti sesaat, berganti dengan suara ketikan cepat dari keyboard.

Elias mendekat, mengetuk pintu. "Ruby! Ada apa di dalam? Kenapa dikunci?"

Tidak ada jawaban, hanya bunyi 'klik-klik-klik' dari jari yang menekan tuts dengan kecepatan luar biasa.

Raven mendengarkan dari dekat, menatap Elias. "Kedengarannya seperti-"

"-keyboard," potong Elias dengan dahi berkerut. Ia menatap pintu kamar dengan tatapan tajam. "Apa yang sedang dia lakukan?"

Mereka saling berpandangan. Suara ketikan terus terdengar, ritmis tapi cepat, seperti seseorang sedang berpacu dengan waktu. Kadang terdengar gumaman pelan dari Ruby, tapi tak cukup jelas untuk dimengerti.

"Ruby!" panggil Elias lagi, suaranya lebih keras kali ini. "Apa yang terjadi di dalam sana?"

Masih tak ada jawaban.

Raven menurunkan suaranya, berbisik, "Elias, bukankah suara dia menggunakan keyboard bukan seperti orang biasa? Terlalu lihai."

Elias menatap pintu kamar dengan ekspresi serius. Apa yang dikatakan oleh Raven benar. Suara dari keyboard itu menunjukkan bagaimana sang pengguna sangat lihai.

Suasana berubah tegang.

Beberapa detik kemudian, bunyi ketikan berhenti. Hening. Lalu suara napas berat terdengar samar dari dalam. Setelah itu, suara kecil dari Ruby, pelan, nyaris seperti bergumam, tapi cukup untuk membuat Elias merasakan sesuatu yang aneh di dada.

"Berani sekali kalian mencoba masuk ke teritoriku"

Kata-kata itu membuat Raven menoleh cepat ke Elias. Mereka berdua terdiam.

Ruby terdengar menekan sesuatu lagi di keyboard, kemudian bunyi 'beep' pendek terdengar, lalu sunyi total.

Elias mengetuk lagi. "Ruby, buka pintunya."

Butuh beberapa detik sebelum terdengar bunyi kunci diputar. Pintu terbuka perlahan. Ruby berdiri di sana, wajahnya sedikit pucat, keringat menetes di pelipis, tapi senyumnya dipaksakan.

"Aku ... aku minta maaf, tadi cuma alarm kecil dari game. Tidak ada apa-apa," kata Ruby.

Elias memerhatikan matanya. Ada sesuatu yang berbeda, tajam, tapi cepat ia sembunyikan dengan tawa canggung. "Alarm game?" ulang Elias.

Ruby mengangguk cepat. "Iya. Aku ... aku pasang alarm pengingat men-download game, mungkin aku tekan tombol salah."

Raven menatapnya lama, lalu menoleh ke Elias. "Kedengarannya aneh."

Ruby memotong cepat, "Kalian terlalu serius. Aku cuma lupa mematikan pengingat otomatis, itu saja." Ia tertawa kecil, berusaha mencairkan suasana, lalu berjalan melewati mereka menuju dapur. "Aku bikin teh ya, biar suasananya tidak tegang begini."

Elias dan Raven saling berpandangan.

"Dia berbohong," ucap Raven pelan, membaca orang adalah keahlian Raven.

Elias tak menjawab, tapi rahangnya mengeras.

Dari kejauhan, terdengar suara Ruby bernyanyi kecil sambil menyalakan air panas di dapur, tapi senandungnya sedikit gemetar, seperti seseorang yang sedang menutupi sesuatu besar.

Dan di balik pintu kamarnya yang belum sepenuhnya tertutup rapat, layar laptopnya masih menyala, menampilkan deretan kode yang berkedip dengan tulisan kecil di sudut layar:

'Intrusion blocked. IP traced: Unknown Source.'

Elias menatap sekilas layar itu, lalu kembali menatap ke arah dapur, tempat Ruby berpura-pura sibuk.

Pandangan matanya dalam, bukan lagi hanya ketertarikan, tapi juga rasa ingin tahu yang menajam seperti insting pemburu.

Untuk pertama kalinya, Elias mulai merasakan bahwa gadis kecil bernama Ruby Adams mungkin bukan sekadar gadis polos yang suka wortel dan salad. Ada sesuatu yang jauh lebih kompleks bersembunyi di balik mata jernih itu.

Dan bagi Ruby, minggu siang yang damai itu berubah menjadi awal dari permainan baru yang berbahaya, permainan di mana rahasia lamanya sebagai Chiper mungkin tak akan bisa disembunyikan lagi untuk waktu yang lama.

1
Deyuni12
hahaha
antara kasian n seneng liat ekspresi Rubi.
kasian karena d bohongin kondisi Elias,seneng karena akhirnya Elias tau siapa Rubi sebenarnya.
😄
Mineaa
wuaaaahhh.... Ruby......hayo lho ketauan....
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
Archiemorarty: Hadiah nggak tuh /Facepalm/
total 1 replies
Miss Typo
sudah ku dugong, Ruby hanya di bohongin karna mau membongkar, kalau dia dah ketahuan seorang Chiper, dari bolak balik Revan dan Elies tlpn ke dua kontak Ruby, sebagai Ruby dan Chiper 😁.
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Miss Typo: eh setelah aku buka ig, ternyata udah follow 😁
total 5 replies
Ma Em
Akhirnya Elias dan Raven tau bahwa Ruby adalah Chiper yg selalu membantu Elias .
Pawon Ana
aku jadi ingat novel pertamamu Thor (Lily dan Rion) tapi yang paling menguras emosi tentang novel Rosetta ( chapter2 akhir tentang pembalasan Rion) 😍
Archiemorarty: Ahh, itu novel yang paling susah buat aku move on, buat tentang si Rose full nangis dari awal sampe akhir /Cry/
total 1 replies
Miss Typo
akhirnya Elias tau kalau Ruby tuh Chiper orang yg selama ini membantunya
PengGeng EN SifHa
PECAH GENTONG juga akhirnya...ELIAS mengetahui siapa CHIPER...POINT PENTING yang q tunggu dr awal cerita.
Archiemorarty: Ehmm...gimana ya /Chuckle/
total 3 replies
Pawon Ana
wes selanjutnya kutunggu 😍💪
Archiemorarty: Update selanjutnya udah ready di jam 6 nanti ya kak 🥰
total 1 replies
Pawon Ana
narasi terakhir,apa mungkin Elias sudah curiga tentang Rubiana si chiper
Archiemorarty: Nah...bisa jadi itu /Slight/
total 1 replies
Deyuni12
huaaa
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Miss Typo
gmn ekspresi Elias dgn Raven dan apa yg akan mereka lakukan setelah tau Chiper itu ternyata Ruby
Miss Typo: waaah jadi penasaran 😁
total 4 replies
Deyuni12
haaa
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
Jelita S
dasar si adonan anak sendiri mau dihancurkan
Archiemorarty: Adonan itu siapa lagi? Edward? bisanya jadi adonan /Facepalm/
total 1 replies
Ir
kediaman Spencer kak Archie sayang dan Elias Spencer, move on dulu dari bapak Rion, dirimu mau di jadiin manusia geprek sama Rosetta
Archiemorarty: astaghfirullah ya Allah maapkan othor gagal move on ini dari bapak Rion, mana kalau ngetik pas ngantuk /Sob/
total 1 replies
Ir
seorang anak ga boleh durhaka sama orang tua, kaga bisa!! apalagi modelan ortu nya kaya Edward ini, rasanya pengen aku maki² bila perlu aku seret aku tenggelamkan ke laut Selatan biar di caplok sama nyi blorong sekalian
Archiemorarty: Bener, sampai iblis aja sungkem sama kelakuan manusia sekarang ini/Smug/
total 3 replies
Miss Typo
semoga Ruby,Elias,Raven gak akan ada yg terluka.
makin penasaran dgn lanjutannya
Archiemorarty: Sabar yah menunggu update othor /Slight/
total 1 replies
Ariany Sudjana
ruby, Ayo kamu jujur sama Elias dan raven, siapa kamu sebenarnya, sehingga kalian bisa kerja dalam satu tim. kasihan Elias dan raven tidak bisa fokus, karena harus menjaga kamu juga
Deyuni12
tolong jaga Rubi y Elias,jangan biarkan dia terluka untuk yg k sekian xnya
Deyuni12: waaah
terima kasih y bapak Elias gak pake Pical tapi y 🤭🤭🤭🤣
total 2 replies
Miss Typo
makin menegangkan tapi makin seru dan makin penasaran
Deyuni12
kurang Thor,lagi dunk
Deyuni12: huaaa
siap bos 🫡😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!