menceritakan kisah cinta antara seorang santriwati dengan seorang Gus yang berawal dari permusuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riyaya Ntaap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
huru hara
**
" gus, diva mau pulanggggg "
" Pulang kemana? Ini rumah kamu. "
" Pulang ke rumah diva yang lama lah "
" Ntar, tunggu saya ga sibuk. "
Diva memutar bola matanya dengan malas, sedari tadi ia hanya melihat Gus zindan dengan laptop di depan nya. Melihat pantulan cahaya dari laptop itu saja sudah cukup untuk membuatnya pusing, apalagi jika harus berhadapan dengan laptop dan tugas yang begitu menumpuk di dalamnya.
Bosan, diva bangkit dari duduknya. Ia melangkah pergi, ingin melihat keadaan pondok pesantren yang sudah mulai sepi, satu persatu santri berpulangan ketika orang tua mereka datang menjemput.
Karena terlalu sibuk dengan laptopnya, Gus zindan sampai tidak menyadari bahwa sang istri telah pergi.
" Ih, itu Kayla kan? " Diva menyipitkan matanya, bahkan ia sampai berulang kali mengusap matanya untuk memastikan pandangan nya jelas.
Pupil matanya melebar dengan sempurna, ia tidak salah lihat sama sekali. Di depan sana ada Kayla dan Gus Alip. Diva jadi penasaran, hal apa yang sebenarnya di perbincangkan oleh Kayla dan Gus Alip.
Diva mengedarkan pandangannya, untuk melihat sekelilingnya yang terbilang cukup sepi. Alis nya terangkat sedikit, melihat kedua temannya sedang bersembunyi di balik pohon pisang, tampaknya sedang menguping pembicaraan antara Kayla dan Gus Alip.
Karena dirinya juga ikut penasaran, diva pun lantas berjalan pelan pelan, mendatangi kedua teman temannya. Sisi yang menyadari kehadiran diva, langsung meletakkan jari telunjuknya di depan mulut, dengan maksud meminta diva agar diam.
Diva mengangguk paham, ia tidak banyak bicara dan memasang telinga dengan tajam, ikut menguping bersama kedua temannya.
" Ana sudah bilang, ana yang bakal antar kamu pulang ke rumah orang tuamu. Tapi kenapa kamu justru menghubungi orang tua mu. "
" Loh, ya salahnya dimana Gus? "
" Ya jelas salah, Kayla. Kamu tau, ana punya niat lain mengantar kamu pulang ke rumah. Ana ingin melamar kamu. "
" Kayla masih sekolah, Gus. "
" Saya tau. Tapi ana hanya ingin mengikat kamu terlebih dahulu, setelah kamu lulus baru kita menikah. "
" Tapi Kayla ga minat, Kayla ga cinta sama Gus Alip. "
" Cinta bisa tumbuh perlahan lahan, Kayla. Saya pun pasti akan berjuang sebisa saya. "
Kayla terlihat membuang wajahnya ke arah lain, dengan diiringi sebuah tarikan nafas panjang.
" Gus Alip bisa berhenti ga? Kayla muak. Kayla ga akan pernah cinta sama Gus Alip. "
" Ana ga akan berhenti, sebelum ana bisa mendapatkan kamu. "
" Tapi kenapa? Di belakang Gus Alip ada banyak perempuan yang cinta, kagum, tertarik, dan begitu menginginkan Gus Alip. Gus Alip tinggal pilih. "
" Ana tidak perduli, yang ana mau hanya kamu. "
" Gila! " Maki kayla. Ia merasa Gus Alip sudah tidak waras, selama dua tahun lebih ia berada di pesantren ini, Gus Alip terus saja mengganggu nya.
Cinta yang Gus Alip sampaikan lebih terkesan seperti sebuah obsesi di mata Kayla. Entah karena Kayla memang tidak tau apa itu cinta, atau karna memang ia menolak cinta.
Selama ini Kayla memang tidak pernah merasakan jatuh cinta pada seorang pria. Karena Kayla yakin, semua pria akan pret pada waktunya, tidak ada pria yang cintanya 100-1000 yang ada hanyalah 100-0.
Pada faktanya, pria akan berusaha sekeras mungkin dan menunjukan cintanya secara ugal-ugalan hanya karena berlandaskan rasa penasaran saja. Bagi Kayla, cinta adalah sebuah bakteri yang hanya bisa membuat seseorang sakit karenanya.
" Kayla kenapa sih, apa coba kurangnya Gus Alip " Dila mendesis, ia kesal sendiri mendengar percakapan antara Kayla dan Gus Alip.
Andai Dila setan, ia pasti akan merasuki Kayla untuk menerima cinta Gus Alip.
" Kayla itu cuman perlu di yakinkan aja kalo dia bener bener lagi dicintai. Dia tuh keseringan baca novel yang kisahnya tuu kayak wanita yang di sia-siakan. " Balas diva berbisik bisik agar suaranya tak sampai terdengar oleh Gus Alip dan Kayla.
" Kenapa yaa, di antara ribuan wanita yang di cintai dengan tulus, aku ga termasuk dari bagiannya. " Dila menundukan kepalanya, meratapi kisah cintanya.
Dila merasa bahwa belum pernah ada satupun pria yang menyatakan cinta padanya. Ini antara memang tidak pria yang mencintainya, atau pria yang mencintainya takut untuk mengungkapkan perasaan kepadanya. Dila tak tau.
" Kalau kata sopo, yang sabar ya bos " sisi mengelus bahu Dila, untuk memberikan nya sebuah support agar tidak sedih. Mau bagaimana lagi, sisi pun tidak tau harus apa.
" Kayla, Alip, apa kalian ada yang melihat diva? "
Disaat ketiga wanita yang bersembunyi dibalik pohon pisang itu tampak saling meratapi kisah cintanya masing masing, suara berat Gus zindan, membuat mereka kembali fokus mengintip.
Entah dari mana asalnya kedatangan Gus zindan, namun yang pasti merusak suasana saja.
" Ah elah, biawak komodo satuniii. Ganggu orang lagi mencurahkan isi hati aja pun. " Sisi mendengus kesal, ia melirik diva membuat yang empu langsung melotot tajam ketika tau bahwa dirinya mendapatkan tatapan sinis dari temannya.
" Ga usah ngelirik, nanti tak congkel tu mata. " Ancam diva dengan wajah di tekuk kesal.
Sisi tertawa paksa, mereka kembali menatap lurus ke depan, mendengar percakapan ketiga orang itu.
" Kalian berdua ngapain di kebun pesantren gini berduaan, nanti bisa menimbulkan fitnah jika ada yang melihat. " Tegur Gus zindan, ia seketika melupakan niat awalnya yang ingin mencari istrinya, melihat sang adik berada di perkebunan pesantren dengan seorang wanita. Terlebih lagi wanita itu adalah sahabat karib istrinya.
Zindan sudah tau bahwa Alip memiliki perasaan lebih pada Kayla, karena Alip sudah pernah menceritakan hal ini padanya.
Pria itu menatap sang adik dan Kayla secara bergantian, tatapannya penuh dengan intimidasi.
" Iya Gus, Kayla pergi. Assalamualaikum " Kayla menjadikan kesempatan ini untuk pergi, dari pada nanti semakin pusing dengan ucapan Gus Alip.
" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh" jawab Gus Alip dan Gus zindan dengan kompak, mereka terus memperhatikan langkah kaki Kayla yang kian menjauh dari mereka.