NovelToon NovelToon
Sketsa Baby Bee

Sketsa Baby Bee

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Unik Muaaa

"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."

"We have no relationship."

Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.

>_<

Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.

Kamu tidak salah.

Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.

Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.

Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.

Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.

This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemain Naruto

"Kesini pakek apa?" Tanyanya.

Ya Tuhan ... Tidak mungkin aku mengatakan memakai sepeda motor sport kesayanganku bukan?, kalau dia ilfil gimana?.

Kenapa aku maish sempat-sempatnya berfikir.

"Bilqis" panggilnya.

"Hehehee itu ..."

"Apa?, dijemput supir?."

Kepalaku tampa dikomando langsung mengangguk begitu saja.

Tidak ada pilihan lain, otakku benar-benar lemot untuk berfikir mencari jawaban atas pertanyaannya.

"Mau pulang bareng gue?."

"Gak usah" tolakku.

"Kenapa?."

Mendengar pertanyaannya yang terdengar datar itu membuatku mengangkat kepala dan menatap padanya secara langsung.

di bawah meja, tanganku mengepal hingga memutih menahan semua gejolak.

"Tidak usah, gue gak ma ..."

"Lo sepertinya gak suka gue?."

Aku tertegun mendengarnya, sangat ... Aku sangat menyukaimu, sejak dulu maupun sekarang. Kalimat itu tidak bisa keluar dari tenggorokanku.

Tatapannya semakin tajam pedaku, tidak ada senyum segaris pun di bibirnya.

Aku menatap kelain arah, mencoba santai sembari bersandar pada sandaran kursi. Setelah cukup tenang, aku kembali menatapnya yang ternyata dia masih saja menatapku.

Aku tersenyum segaris padanya sembari memiringkan kepalaku, "kita gak begitu dekat sehingga harus pulang bareng."

Kalimat itu begitu lancar aku ucapkan.

"Oh ... Berarti lo bersikap dingin sama orang yang gak.begitu.deket."

Aku tidak menyangkal tiga kata penuh penekanannya itu, karna itu yang aku terapkan selama ini.

"Bukannya kita sudah kenal dari dulu?, ya ... Meski gak begitu dekat."

"Kenal bukan berarti dekat Gara" ucapku sembari kembali duduk dengan tegak, "kita sudah sepuluh tahun lebih tidak sedekat sebelumnya kalau lo lupa."

"Lo sampek inget berapa ta ..."

"Selalu" potongku, "gue gak akan pernah lupa sampai kapanpun Gar."

Terlihat rahangnya mengetat menatapku dengan sorot tatapan mata tajamnya.

Aku yang sudah biasa mendepat tatapan mengintimidasi dari Ayah dan para Abangku, bisa membalas tatapannya meski jantungku terus berdetak kencang sejak tadi.

"Lo tahu apa alasannya?."

"Ya gue tau" jawabku sembari tersenyum lebar, "meski saat itu gue masih berumur enam tahun, tapi gue masih ingat jelas bagaimana ... Dan memahami betul apa yang terjadi, dan apa yang diucapkan semua orang."

Termasuk apa yang kamu ucapka padaku saat itu.

Aku ingat betul, masih terekam jelas di memoriku bagaimana malam itu menjadi malam terakhir aku bertemu dan berbicara dengan dia.

Kami berdua terdiam cukup lama, aku tidak tahu dia sedang memikirkan apa, yang jelas dia hanya diam menatapku dengan kening mengerutnya.

Aku menghela nafas, tersenyum semakin lebar dan bersandar pada sandaran kursi.

"Gue hanya inget alasannya, tapi gak inget secara detail" ucapnya.

"Tidak usah diingat" aku tertawa kecil, "hal yang tidak penting."

"Apa ada kata-kata ..."

"Tidak ada" potongku, "pulang sana. Gue mau nunggu supir gue."

Ku ambil ponselku dan mulai pura-pura mengeti di layar ponselku.

"Ok gue duluan."

"Hem" responku.

Kuangkat kepalaku, dan tidak sengaja melihat stiker di motornya yang membuatku menarik kedua sudut bibirku lebar, dan menatap padanya dengan sendu.

"Gara" panggilku.

Tepat sebelum dia menyalakan motornya sehingga dia tidak mendengar panggilanku.

"Perasaanku mungkin seperti Hinata, tetapi aku tidak selemah Hinata jika berhadapan dengan orang yang di pujanya" gumamku.

Setelah dia pergi, aku baru berdiri dan berjalan kearah motorku. Menyalakan motorku dan mulai pergi juga dari sana.

Dia lupa, dia lupa apa yang dia katakan.

Tetapi aku harus ingat, jika dia ingat apa alasan kami tidak sedekat dulu, yang artinya perasaanku tetap akan menjadi cinta bertepuk sebelah tanga sampai kapanpun.

*-*

Kakedashitara te ni dekiru to itte

Izanau no wa tooi tooi ano koe

Mabushi sugita anata no te mo nigitte

Motomeru hodo aoi aoi ano sora

Aku putar lagu itu berkali-kali menatap dinding kamarku yang di penuhi oleh poster salah satu karakter yang namanya mirip dengan si Dia, Gaara.

Dulu aku bertanya pada Mummynya, kenapa memanggilnya Gara. Jawaban Mummynya sangat simple, karna menyukai anime naruto, seingga nama Gara, Sakura dan Sai karna anime itu.

"Gue bosen dengerin lagu yang sama puluhan kali."

Tiba-tiba Chaka mematikan musik yang aku putar, aku menoleh kearah pintu yang ternyata tertutup rapat, pasti Chaka lewat balkon lagi.

Melirik pun pada Chaka tidak, maku masih dengan posisiku yang mengangkat kaki ke headboard kasur sembari menatap poster di sisi kanan kasurku.

"Kenapa lagi ama dia?" Tanya Chaka.

Salah satu hal yang aku benci, insting anak kembar yang bisa membaca dan mengerti saudara kembar kami.

Aku dan Chaka seperti itu, bahkan hanya saling lirik dan tatap pun kami mengerti apa yang kembaran kami pikirkan. Daniel yang sering bersama kita saja terkadang kesulitan.

Aku merasakan pergerakan kasur di sampingku, yang ternyata Chaka merebahkan dirinya dan melakukan apa yang aku lakukan, mengangkat kedua kaki. Sebelah kaki Chaka menyenggol-nyenggol kakiku karna aku tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

Kualihkan tatapanku dari poster pada Chaka, "aku bertemu dengannya" ucapku.

"Lalu?" Tanya Chaka dengan wajah biasa saja, "apa yang terjadi?, kenapa jadi galau begini?. Terakhir kali bertemu dengan dia lo happy."

"Gue bertemu ama dia depan super market, lalu dia ...."

Aku mulai menceritakan apa yang terjadi dan apa yang kami bicarakan pada Chaka.

Tidak ada yang perlu disembunyikan di antara kami, karna saling mengerti dan memahami menjadi masalah satu-satunya jika salah satu menyimpan sesuatu atau sedang berbohong.

Setelah selesai bercerita Chaka menghela nafas dan menepuk-nepuk pincak kepalaku sembari menghadapku.

"Gue salut Hinata bisa cinta ke Naruto sebegitunya" ucap Chaka menatapku dalam, "tapi jangan sedikitpun menunjukkan cinta lo di depan semua orang, kecuali gue. Jangan sampek semua orang tahu segitu cintanya lo sama dia, cukup saat BBQ ya Bi. Jadi kembaran gue yang strong, cuek, dan selalu tenang. Cukup gue yang tahu kelemahan lo, Bunda sama Ayah gak usah karna sudah sibuk dengan cucu-cucu mereka."

Aku tersenyum lebar lalu memukul bahunya, "sok bijak lo. Gue kan yang lahir duluan seharusnya lo ya ..."

"Enggak ada hubungannya sama begituan" potong Chaka, "gue juga akan ngelakuin hal yang sama kok, jadi tenang aja."

"Oh ya?" aku menghadap sepenuhnya pada Chaka, "terus lo sekarang suka siapa?, cinta siapa?, lagi ... Em ..."

"Berisik" keluh Chaka sembari membungkam mulutku, dengan tangannya.

"Lo gak mau ju ..."

"Gue gak lagi punya perasaan apapun kesiapapun Bi."

"Sakura?, bukannya lo udah nantang si Elio?."

"Gue cuma kagum aja sama si Sakura, kalo cinta enggak kayaknya."

Aku berdecak mendengarnya, "mangkanya jangan terlalu cuek Ka, cewek takut ngedeketin lo."

"Kurang ajar."

"Wahahaaa ...."

Aku tertawa lepas, begitupun dengan Chaka yang melempariku dengan bantal sembari tertawa lepas juga.

di usia kami yang limabelas tahun, kami memang sudah SMA dan bersikap selayaknya seumuran dengan mereka, tetapi jika sudah berdua seperti sekarang, sisi kekanakan kami selalu muncul.

Aku bukan Hinata yang pemberani, percaya diri namun juga perempuan pemalu dan lemah lembut.

Ku adalah aku, dengan kelebihan dan kekuranganku yang pastinya berbeda dengan pemeran di anime Naruto, begitupun dengan dia. Dan dia bukan Gaara, dia Sagara, Sagara dengan kekurangan dan kelebihan Dia.

^-^

1
Rini Anggraini
hai thor salam kenal....saya suka baca novelnya,tp g tau jg alurnya gimana cuma ngalir ngikut aja,maaf klo boleh tau alur ceritanya kearah mana ya,soale belum nemu,ini cerita ttg cinta ato gmna ....🙏🏼🙏🏼😊
Efi Nurwardani
tidak sabar menanti mu thor
Unique: Terima Kasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!