Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Aegle dan anak kecil itu melanjutkan perjalanan menyusuri hutan ke arah barat, sesekali berhenti untuk beristirahat. Kelelahan membuat Aegle dan anak kecil itu duduk di bawah pohon yang rindang.
Anak kecil itu selalu membuat Aegle terheran-heran dengan sikapnya yang aneh. Dia membawakan air dengan penuh semangat, meletakkannya di atas daun, dan menyerahkannya kepada Aegle dengan senyuman lebar. Namun, kadang-kadang, ia bersikap seperti anak kecil yang kelaparan, meremas rok Aegle sambil merengek meminta makanan.
Aegle merasa bingung. Meski anak itu bisa mendapatkan air untuknya, ia tetap bergantung pada Aegle untuk mendapatkan makanan.
Aegle hanya pasrah dengan hal itu, terutama ketika mereka tiba di tepi sungai. Aegle berniat menangkap ikan untuk dipanggang, namun melihat anak kecil itu menunduk, meremas bagian kecil rok Aegle dengan wajah ketakutan.
“Ada apa?” tanya Aegle, bingung.
Saat ia melihat bekas rantai di pergelangan tangan dan kaki anak itu, hatinya terenyuh. Anak kecil ini memiliki trauma yang mendalam saat melihat air atau kolam.
Dengan penuh rasa sedih, Aegle membatalkan niatnya untuk menangkap ikan dan memutuskan mencari makanan lain di hutan, seperti buah-buahan.
Mereka mengumpulkan banyak buah dan mulai menyantapnya. Anak kecil itu sangat lahap, membuat Aegle tertawa melihat tingkahnya yang menggemaskan.
Saat malam tiba, mereka tidur di bawah langit yang dipenuhi bintang dan bulan. Aegle menatap langit dengan tatapan kosong, kemudian melihat anak kecil itu tertidur lelap. Ia terbayang betapa menderitanya anak itu, yang bahkan bisa dibandingkan dengan kehidupannya sendiri.
“Apakah kamu pernah mengalami banyak hal buruk?” gumam Aegle, menarik napas panjang.
Tiba-tiba, ia mendengar suara gemerisik daun yang membuatnya teringat saat dikejar babi hutan. Dengan waspada, ia bangun dan memalingkan pandangannya mencari sumber suara itu. Rasa khawatir menyelimutinya, terutama ketika suara mengeram membuat hutan bergetar.
Aegle terkejut melihat beruang besar dengan bulu hitam lebat dan mata merah menyala muncul dari kejauhan, tampak marah dan menggeram, gigi taringnya terlihat tajam.
Dengan cepat Aegle menarik tangan anak kecil itu dan bersiap untuk berlari. Anak kecil itu terbangun dan panik saat mereka berlari cepat, belum jauh berlari tiba-tiba anak kecil itu terjatuh ke dalam lubang perangkap.
Aegle berbalik, melihat anak kecil itu terjebak. “Perangkap?” gumamnya.
Beruang semakin mendekat, dan Aegle mulai panik. “Apa yang harus aku lakukan?” pikirnya.
Beruang itu bisa saja mencabik anak kecil itu jika tidak segera diselamatkan.
Dengan cepat, Aegle mengambil beberapa batu dan melemparkannya ke arah beruang.
“Dasar beruang jelek! Coba kejar aku!” serunya sambil berlari menjauh, berharap bisa mengalihkan perhatian beruang dari anak kecil.
Beruang itu tergerak, berlari mengejar Aegle. Aegle berlari hingga tersudut di atas tebing, sementara di bawahnya terdapat jurang yang dalam. Kakinya gemetar, dan ia merasa putus asa.
“Kenapa aku selalu berakhir di tempat tinggi?” batinnya.
Ketika beruang mendekat dan mengaiskan tangannya, Aegle melompat mundur. Tanpa terduga, ia terjatuh, tubuhnya meluncur ke jurang.
“Apakah ini akhir dari kehidupanku?” gumam Aegle.
Namun, tiba-tiba, seorang pria berambut hitam pekat muncul. Tubuhnya kekar, wajahnya tegas, dan matanya bersinar seperti emas di bawah sinar bulan.
Dengan kultivasi yang tinggi pria itu mampu berjalan diatas udara, ia menangkap Aegle sebelum jatuh ke jurang.
Pria itu menahan Aegle di pelukannya. Mereka mendarat jauh dari beruang, tetapi beruang itu bukan makhluk biasa. Ia mengepakkan sayap dan terbang, mengikuti mereka.
“Ternyata Ursus,” gumam pria itu. Setelah mereka sampai di tanah, pria itu bersiap menghadapi beruang tersebut.
Perkelahian pun terjadi. Pria itu dengan cepat melumpuhkan beruang besar itu.
Sebelum mengalahkan beruang, ia berkata, “Kau bukan tandinganku, kau makhluk mitologi yang diperdaya oleh kekuatan hitam.”
Dengan gerakan tangannya, aura hitam pekat muncul, membakar beruang dengan api hitam. Beruang itu mengeram kesakitan sebelum ditarik ke dalam tanah oleh akar hitam dan menghilang.
Aegle yang melihat semua itu terkejut. “Nyth!” gumamnya tanpa sadar.
Pria itu berjalan ke arahnya dan menjawab, “Ternyata kau tahu siapa aku, kakak.”
Namun, sebelum Aegle bisa memahami situasinya, pria itu tiba-tiba terjatuh, tubuhnya mengecil hingga kembali menjadi sosok anak kecil yang telah menemaninya selama ini.
“Anak ini…” Aegle tertegun, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Bagaimana bisa anak seimut ini berubah menjadi pria dewasa yang gagah?
Aegle yang masih syok dengan semua kejadian ini, membuat anak itu menjadi sedih saat menatap wajah Aegle yang penuh tanda tanya.
“Kakak apakah kau tidak menyukai aku yang tadi?” Tanya anak itu.
Aegle hanya diam membisu dan menatapnya kebingungan.
“Kalau kau tak menyukaiku yang tadi, apakah kau menyukai ku yang seperti ini? Tanya Anak kecil itu kepada Aegle.
Aegle menatap anak kecil itu, rambutnya seputih salju, begitu pun dengan kulitnya badannya sangat kecil dan rapuh, bulu matanya lentik dan putih. Dia bak dewa kecil yang sangat menggemaskan.
Aegle tersenyum, dan berkata “tidak aku suka jika kau menjadi dirimu sendiri.” Sembari mencubit pipi anak kecil itu.
“Jadi, apakah namamu Nyth?” Tanya Aegle.
Anak kecil itu tersenyum menyambut pertanyaan Aegle. Aegle pun tidak tahu mengapa ia bisa menyebut nama itu tadi. Namun, ia merasa memiliki ikatan dengan anak itu.
Setelah kejadian itu, mereka mencari tempat yang aman untuk beristirahat. Kemudian melanjutkan perjalanan seperti tujuan awal mereka.