Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8.
“Pungki sedang puasa.” Ucap Ndaru sambil mencomot pisang goreng memilih yang sudah hangat..
“Puasa?” tanya Ningrum dengan nada dan ekspresi wajah heran sebab selama dia mengenal Pungki, Pungki puasa jika di bulan ramadan saja, itu pun sering bolong dengan alasan tidak makan saur.
“Iya mau laku batin dalam rangka menolong Andien.” Ucap Syahrul lagi lalu menggigit pisang goreng yang tampak sangat lezat.. sebab yang digoreng adalah pisang raja yang benar benar sudah matang pohon.. sesuai keinginan Andien.
“Iya tapi Mas Syahrul curang, menyuruh aku puasa dia sendiri hari ini tidak puasa.” Gumam Pungki sambil membuang muka kini dia melihat ke set meja Pak Kades dan para polisi yang tampak masih berbincang bincang dengan serius.
“Hari ini aku memang sedang tidak puasa Pung. Tapi kamu sudah tahu kan aku setiap hari senin dan kamis juga rutin puasa.” Ucap Syahrul sambil menatap Pungki yang tampak tidak ingin melihat dirinya dan meja yang tersaji kopi dan piring berisi pisang goreng yang masih banyak.
“Dan aku sudah laku batin prihatin sejak janin.” Ucap Syahrul kemudian..
“Laku batin sejak janin gimana Mas?” tanya Ningrum penasaran pada pemuda yang kini telah mencuri hatinya itu.
“Ga usah lebay Mas, tidak mau kalah dengan yang sedang viral ya. sudah haji sejak bayi.” ucap Pungki kini menatap Syahrul.
“Bukan lebay Pung.. tapi kenyataan memang begitu.. saat Ibuku mengandung aku, bapak ku kena PHK.. Waktu itu kerja di ibu kota.. terus pulang kampung mencoba membuka usaha rental mobil dengan uang tabungan dan pesangon. Ee mobilnya malah dibawa lari orang. Ngurus kehilangan sampai capek dan sampai hutang hutang. Ibuku waktu itu bisa makan saja sudah untung tidak mikir asupan gizi buat aku yang ada di perutnya..” ucap Syahrul dengan nada serius dia memang belum pernah cerita hal itu pada Pungki..
“Oooo makanya terus Mas Syahrul disayang kakek jin ya..” ucap Pungki sambil menatap Syahrul..
“Ya tidak tahu Pung.. Cuma Ibuku bilang gitu, waktu hamil aku dia sangat prihatin dulu.” Ucap Syahrul dan Ningrum sangat memperhatikan setiap cerita Syahrul.
Di saat mereka masih berbincang bincang hand phone milik Ningrum berdering.. Ningrum pun segera melihat layar hand phone yang ada di tangannya..
“Mamanya Andien.” Gumam Ningrum lalu dia segera menggeser tombol hijau. Pungki yang mendengar pun berdebar debar jantungnya dan secara gerak reflek Pungki merapikan rambut kepalanya.
“Selamat pagi Tante.” Sapa Ningrum dengan santun..
“Ini sudah mau sampai Ning. Pasar desa sudah lewat ini sudah di depan puskesmas.” Suara Mamanya Andien di balik hand phone milik Ningrum.
“Baik Tan, kami tunggu ini Mas Syahrul, Pungki dan bapak bapak polisi juga masih di sini. Saya akan keluar saya tunggu Tante di pintu gerbang.” Ucap Ningrum.
“Baik Ning, terima kasih.” Suara Mama nya Andien dan selanjutnya panggilan suara pun berakhir.
“Ayo Mas kita ke pintu gerbang menyambut Mamanya Andien. Kamu kalau lemes nunggu di sini saja Pung.” Ucap Ningrum sambil bangkit berdiri ..
“Siapa yang lemes.” Gumam Pungki lalu dia pun juga bangkit berdiri.
“Pak, Mamanya Andien sudah sampai di puskesmas.” Ucap Ningrum sambil berjalan memberi informasi pada Bapaknya. Pak Kades tampak menganggukkan kepalanya. Beliau memang menunggu orang tua Andien.
Sesaat kemudian Ningrum, Syahrul dan Pungki sudah berdiri di depan pintu gerbang menunggu mobil yang membawa Mamanya Andien. Jantung Pungki semakin berdebar kencang setiap mobil yang lewat dia lihat plat nomor polisinya mengamati plat kode wilayah nya..
Saat matanya menatap plat kode wilayah kota asal Andien..
“Itu mereka.” Ucap Pungki sambil merapikan kemeja bajunya.. Syahrul pun menoleh menatap Pungki dengan tatapan penuh arti. Akan tetapi sesaat tampak wajah Pungki yang pucat semakin pucat pasi dan tampak sangat khawatir
“Ning nanti kalau cerita tentang kerajaan jin dan ada yang tanya bagaimana kita bisa tahu itu , kamu nanti tidak usah cerita ke orang tua Andien tentang jailangkung itu apalagi kalau kamu cerita aku yang mengajak main jailangkung ya.. Aku tahu nya Fatima bisa main jailangkung kan dari kamu juga.” Ucap Pungki dengan serius sambil menatap Ningrum yang pandangan mata nya pada mobil yang sudah menyalakan sign lampu akan minggir ke rumah Ningrum..
“Iya iya..” ucap Ningrum paham.
Tidak lama kemudian mobil itu pun berhenti di dekat tiga anak muda yang berdiri menunggu itu..
Jantung Pungki semakin berdebar kencang saat melihat wajah ganteng dan tampan berkaca mata hitam, yang duduk di samping Pak Sopir..
“Siapa dia?” gumam Pungki di dalam hati dan ada rasa cemburu di hatinya, secara dia tahu Andien sebagai anak tunggal tidak punya saudara.
Sesaat pintu kaca jendela di belakang kemudi terbuka, tampak wajah cantik Mamanya Andien yang juga tampak sembab seperti wajah Ningrum..
“Mobil parkir di mana Ning?” tanya Mamanya Andien.
“Tant, mobil langsung masuk ke halaman saja, parkir di dalam.” Jawab Ningrum dengan suara agak keras. Syahrul dan Pungki pun membantu membukakan pintu gerbang meskipun di situ ada juga pegawai Pak Kades yang siap membukakan pintu gerbang. Mobil pun berjalan masuk pelan pelan dan ketiga anak muda itu berjalan mengikutinya.
Sesaat mobil pun berhenti.. Mamanya Andien pun segera turun dari mobil.. Ningrum cepat cepat mendekati..
“Tante maafkan Ningrum hiks.. hiks....” ucap Ningrum dan selanjutnya dua perempuan beda usia itu pun saling berpelukan dan sama sama menangis.. Syahrul dan Pungki berdiri di belakang Ningrum, Syahrul terlihat menepuk nepuk pelan pundak Ningrum sebagai kode jangan larut dalam kesedihan dan penyesalan. Sedangkan Pungki hanya diam saja dan menunggu akan berjabat tangan dengan calon mertua impiannya, Meski pun jantungnya berdebar debar dan telapak tangannya semakin dingin.
Tidak lama kemudian Rico pun turun dari mobil.. tubuh gagah tinggi besar karena dia memang atlet basket di kampusnya, berjalan mendekati Pungki dan Syahrul.. hati Pungki pun semakin ciut.. tubuh Pungki juga gagah tetapi tetap kalah kekar dengan Rico sang atlet kampus. Pungki ikut latihan otot hanya secara temporer saja..
“Bagaimana ceritanya Andien bisa hilang?” tanya Rico sambil menatap tajam ke arah wajah Pungki.
“Eeee ehhh itu nanti bisa dilihat di CCTV saja.” Ucap Pungki tampak ragu ragu dan gugup.. takut salah salah dalam memberi informasi.
“Ayo Ning diajak masuk dulu kita bisa ceritakan dengan tenang di dalam.” Ucap Syahrul kemudian yang masih menepuk nepuk pundak Ningrum lalu menatap wajah Rico. Terdengar Mamanya Andien dan Ningrum masih terisak isak menangis tetapi mereka berdua mulai mengurai pelukannya..
Tampak Pak Kades dan Pak Babin kini juga melangkah dari dalam pendopo, mendekat ke arah tamu. Pak Sopir pun tampak turun dari mobil dan membuka bagasi mobil untuk mengambil barang.
Sesaat terdengar bunyi dering hand phone dari dalam tas tangan milik Mamanya Andien...
mohon maaf lahir batin