NovelToon NovelToon
Hati Seluas Samudra

Hati Seluas Samudra

Status: tamat
Genre:Tamat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:32.6k
Nilai: 5
Nama Author: MentariSenja

cerita yang mengisahkan tentang suami yang harus bersandiwara dan berakting demi menjalankan sebuah misi. sehingga menimbulkan kesalahpahaman, antara dirinya dan sang istri.
lalu apa yang terjadi dengan mereka?mampukah mereka mempertahankan rumah tangganya ditengah belenggu masalalunya yang datang tanpa diundang, dan tanpa bisa dihindarinya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

penasaran???
mari kita ikuti kisahnya yuk...cekidot

Tolong baca per bab ya guys,
jangan lompat bab
karena dukungan kalian sangat berarti buat author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MentariSenja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8

Dilema

*

Selamat membaca⬇️

***

Pria bertubuh tegap itu berjalan dengan lesu meninggalkan rumahnya, setelah mendapatkan telepon. Raut mukanya terlihat datar. Tak ada keceriaan terbersit di wajah tampannya. Rasa lelah mulai menggerogoti jiwa dan raganya. Namun semua harus dijalani demi sebuah tugas agar cepat teratasi.

Kalau boleh memilih dia ingin mundur. Tapi dia tidak mau bersikap seperti pecundang. Maka resiko apapun harus di hadapi.

Dia mengendarai mobilnya dengan santai. Seolah tak peduli pesan dari seseorang yang menelponnya tadi agar dirinya cepat datang ke rumah sakit.

Begitu dia memarkirkan mobilnya seorang anak buahnya, (lebih tepatnya anak buah Ringgo), sudah muncul di hadapannya.

"Maaf Pak Barra, sebaiknya anda cepat datang ke ruangan bu Anita, dari tadi beliau mengomel terus, dan menanyakan anda." Leo memberitahu.

Pria yang tak lain adalah Barra Prayoga itu, hanya mengangguk tanpa menjawab. Lalu bergegas menuju ke ruangan di mana Anita dirawat.

Baru saja menampakkan dirinya, Anita sudah menyambutnya dengan rengekan.

"Kak Barra, Nita pengin pulang, Nita gak betah di sini," rengek Anita dengan manja.

'Sabar sabar Barra, sedikit lagi semuanya bakalan selesai. Jadi tahan dikit lagi oke' batin Barra

Barra memasang senyum palsunya menghampiri Anita.

"Sabar dong Nit, dengerin apa kata dokter aja. Kalo nanti boleh pulang ya udah pulang," ujar Barra.

Tak lama dokter dan suster datang untuk memeriksa Anita.

"Selamat pagi Pa, Bu" sapa dokter dengan nametag Andika

"Pagi dokter," jawab Barra

"Baiklah mari diperiksa dulu, kalo keadaan ibu stabil maka boleh pulang," ucap dokter Andika.

Dokter tersebut segera memeriksa Anita dengan seksama, kemudian suster mengganti perban yang menutupi luka di lengan dan lutut Anita dengan yang baru.

Setelah semua beres dokter tersebut mengijinkan Anita untuk pulang.

"Berhubung kondisi ibu sudah baik-baik saja, maka hari ini juga ibu boleh pulang. silahkan nanti diurus administrasinya." Dokter berkata dengan santun lalu menoleh ke arah Barra dengan tersenyum

"Tolong dijaga istrinya ya Pak. Jangan sampe terjadi sesuatu dengan janin yang dikandungnya" ucap dokter tersebut

"Haaah, hamil? Tapi saya bukan suaminya Dok. Dan bukan saya yang menghamilinya. Saya ini hanya temannya itu saja." Barra berkata tegas dengan sorot mata tajam ke arah Anita. Sementara Anita hanya bisa menunduk takut.

"Oh, maafkan saya Pak. Saya kira anda adalah suami ibu Anita. Kalau begitu saya permisi dulu." Selesai berkata dokter Andika meninggalkan ruangan tersebut.

Masih dengan tatapan tajamnya Barra mendekat pada Anita.

"Oh, jadi ini alasan kamu menyuruhku menginap beberapa hari yang lalu di apartemen? Dengan begitu kamu punya alibi, dan menuduh seolah aku yang menghamili kamu? Iya!" Barra tersenyum sinis

"Maafkan Nita Kak."

"Kamu bahkan memberi obat kuat di kopi itu kan? Ckckck, aku gak nyangka ternyata kamu selicik ini, ya?" Barra menggelengkan kepala.

"Kalau emang kamu hamil, kenapa tidak minta pertanggung jawaban dari orang yang sudah menghamili kamu?" Barra bertanya dengan penuh penekanan.

Anita tersentak mendengar perkataan Barra. Dia membeku menatap Barra dengan sendu berharap pria itu kasihan padanya.

Sementara Barra sibuk mengumpat dalam hatinya.

'Sialan, jangan jangan dia berbuat mesum di apartemen gue lagi, lebih baik gue jual aja deh apartemen itu,' batinnya dalam hati.

Barra teringat kejadian saat malam itu dia mengantar Anita pulang dari mall. Lalu tiba tiba turun hujan dengan deras dan akhirnya dia menunggu sampai hujan reda.

Flashback on

Sore itu selepas pulang kantor, Anita minta diantar ke mall. Tentu saja Barra menyanggupinya karena tidak tahan dengan rengekan wanita itu.

Pulang dari mall, Anita meminta Bara untuk mampir di apartemen. Karena kebetulan cuaca sedikit mendung

"Kak, nanti kakak mampir di apartemen ya, udah lama kakak tidak mampir loh," ucapnya sedikit manja, Barra terpaksa mengiyakan.

Tiba di apartemen hari sudah menjelang petang, senja memerah di langit barat, menandakan siang akan segera berganti malam. Mereka berdua masuk ke dalam dengan Barra membawakan barang belanjaan yang tadi dibeli di mall.

Barra mendudukkan dirinya di sofa dan menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Rasa penat yang dirasakannya, membuatnya tak sadar memejamkan matanya sejenak, namun sekelebat bayangan Risa tersenyum padanya seraya melambaikan tangan, seolah menyadarkannya.

Seketika ia membuka matanya dan mengerutkan dahinya. Mendapati Anita melambai lambaikan tangannya di depan wajahnya.

Barra terkesiap manakala melihat penampilan Anita yang hanya mengenakan hot pant dan kaos ketat tanpa lengan.

"Kak Barra kenapa, kaget ya ngelihat Nita pake baju begini? Nita emang kalo di rumah ya begini kak" ucapnya santai disertai tawa renyahnya

Barra hanya terdiam, otaknya traveling kemana mana, hingga berulang kali dia menggelengkan kepalanya agar dirinya tetap waras. Anita tertawa melihat tingkah Bara.

"Kakak mau dimasakin apa, Nita bisa masak loh," ucapnya kemudian melangkah ke dapur. Barra hanya diam tidak memberi respon apapun.

Beberapa saat kemudian Anita menghampiri Barra yang nampak serius dengan ponselnya.

"Kak sudah mateng, makan yuk," ajaknya kemudian melayani Bara selayaknya istri pada suaminya

"Gak enak masakan aku ya kak, gak seenak masakan mbak Risa ya" ucapnya dengan wajah sendu.

"Masakanmu enak kok ga kalah sama masakan Risa. cuma aku memang sudah kenyang" sahut Barra, yang hanya memakan sedikit masakan yang disajikan oleh Anita.

Barra tiba tiba merasa tidak enak pada perasaannya. Lalu dirinya beralih duduk di sofa, Anita datang membawa dua cangkir kopi.

Hujan turun mengguyur dengan derasnya disertai suara petir menggelegar, Anita histeris ketakutan, dan langsung memeluk Barra. Dari kecil Anita memang takut pada petir, dan rupanya hingga sekarang pun dia masih ketakutan.

Entah kenapa hujan lama sekali dan tak kunjung mereda. Malah makin deras, seolah langit dengan sukarela memuntahkan air menyirami bumi yang kian terasa panas. Hari sudah beranjak larut dan cuaca sangat dingin. Seolah mendukung, di mana Anita sama sekali tidak melepaskan pelukannya pada Barra.

Barra mulai merasakan berkunang kunang pada matanya, disertai hawa panas dari dalam tubuhnya. Sebagai seorang yang sudah menangani beberapa kasus, tentu Barra tidak asing dengan hal semacam ini.

"Peluk aku kak, jangan pergi!" pintanya

Barra kemudian membawa Anita ke kamar dan menidurkannya di ranjang. Namun ketika dirinya akan melangkah Anita menariknya hingga terjatuh tepat diatas tubuh Anita

"Kak, apa kakak tidak tertarik padaku? Aku tahu, aku memang tak secantik dan sepintar mbak Risa. Tapi aku sangat menyukai kakak dari dulu, aku rela jadi yang kedua asal pria itu adalah kakak," ucap Anita. Barra terhenyak, entahlah setelah minum kopi tadi, seperti ada yang lain pada dirinya, dia merasa ada gairah yang sepertinya mendesak untuk dituntaskan.

'Sadar Barra, ini tidak benar, lebih baik gue cepat pergi dari sini' batin Barra berusaha melawan rasa yang mulai membelenggunya.

"Maaf Anita, ini tidak benar, aku pria beristri dan selama ini aku hanya menganggapmu sebagai adik kecilku sama seperti dulu. Jadi jangan pernah berharap apapun dariku. Aku harus pergi sekarang." Barra menyentakkan tangan Anita yang menahannya. Lalu dengan cepat pergi meninggalkan Anita yang histeris memanggilnya. Barra tidak peduli, dirinya dengan cepat melesat meninggalkan apartemen itu.

Flashback of

"Maafkan Nita kak. Semua karena Nita mencintai kakak, apalagi kakak selalu perhatian. Maka perasaan itu menjadi tumbuh subur di hati Nita." Dengan tidak malu Nita mengungkapkan isi hatinya.

"Bagaimana mungkin seorang istri mencintai pria lain, dan berusaha menjeratnya. Sementara dirinya sedang mengandung benih suaminya?" Barra terkekeh dengan perkataan Anita yang menurutnya hanya demi ambisi wanita itu saja, beruntungnya sekarang dia sudah mengantongi barang bukti.

Anita terdiam tak mampu menjawab. Matanya tampak berkaca kaca menatap Barra.

"Sudahlah sekarang berkemaslah, aku akan segera mengurus administrasinya," ucap Barra. Dia sedikit menunduk, seolah ada sesuatu yang terjatuh, padahal dia sedang memeriksa apakah alat penyadap yang dia pasang masih ada atau tidak.

Kemudian berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Anita masih setia menatapnya. Hingga tak menyadari bulir bulir bening itu meluncur bebas tanpa bisa ia tahan. Hatinya perih mendapatkan penolakan padahal harapannya sudah membumbung tinggi, begitu yakin Barra akan mengabulkan permintaanya.

***

Seorang wanita cantik dengan tergesa gesa berjalan menyusuri trotoar jalanan, menuju salah satu gedung perkantoran. Selain menghindari panasnya terik sang surya, wanita itu juga mengejar waktu karena jam istirahat tinggal beberapa menit lagi. Sementara dirinya belum sempat menunaikan kewajibannya empat rakaat.

"Eh Ris, kamu baru datang? Buruan gih keburu habis jam istirahat, nanti ada yang nyinyirin kamu lagi," tegur Winda teman karib Rissa di kantor ketika mereka ketemu di depan mushola.

"Oh iya mbak, ya udah aku ke dalam dulu ya," pamit Rissa pada Winda.

Selesai dengan ibadahnya Rissa bergegas kembali ke ruangannya. Namun dia tidak menyadari bahwa Winda dari tadi menunggunya.

"Ris, kamu tadi darimana?" tanya Winda kepo sehingga membuat Rissa memekik kaget

"Aku habis ketemu temen mbak," jawab Rissa seraya mengelus dadanya.

"Oh ya Ris. Kata bang Arman si Barra makin akrab aja sama sahabatnya itu. Malah abang sampai ngancam Barra, kalo sampai dia menyia nyiakan kamu. Maka abang orang pertama yang akan bikin perhitungan sama dia." Winda berkata dengan geram.

"Entahlah mbak. Aku sendiri juga bingung, banyak pertimbangan yang mesti aku pikirkan saat ini. Tadi temen aku juga bilang untuk tidak terburu buru melayangkan gugatan." Rissa menghela nafas panjang.

"Yang sabar ya Ris. Mbak akan selalu doakan yang terbaik buat kalian," ucap Winda seraya merangkul bahu Rissa seolah memberi ketenangan dan kekuatan.

...----------------...

Tolong dibaca per bab ya guys, jangan sampai lompat bab.

Hargailah author yang sudah berfikir keras untuk merangkai kata agar menjadi kalimat yang enak dibaca.

Jika suka dengan cerita ini jangan lupa...

Like

Komentar

Vote

Terimakasih atas dukungannya

🙏🙏🙏😍😍😍

1
🌺Fhatt Trah🌺
iklan buat author. semangat terus ya authornya.

betewe kapan nih rilis cerita baru lagi
MentariSenja: 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚋𝚒𝚔𝚒𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚒𝚑 𝚔𝚊𝚔, 𝚝𝚙 𝚊𝚓𝚊 𝚞𝚙 𝚗𝚢𝚊, 𝚖𝚜𝚑 𝚖𝚊𝚞 𝚓𝚍 𝚙𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚍𝚞𝚕𝚞, 𝚖𝚊𝚛𝚊𝚝𝚘𝚗 𝚢𝚐 𝚋𝚕𝚖 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚌𝚊 😀
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
cara jena berhasil. akhirnya dia bisa menyadari kesalahannya
MentariSenja: 𝚒𝚢𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊 😂
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
🥰🥰🥰suami yang baik. semoga rumtang kalian selalu dalam keberkahan, langgemg sampai kakek nenek
MentariSenja: 𝚊𝚊𝚖𝚒𝚒𝚗 🤲
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
aciye ciye ciye .... ada yg lagi jatuh cinta untuk kedua kalinya nih🥰🥰
MentariSenja: 𝚕𝚐 𝚙𝚞𝚋𝚎𝚛 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊 𝚍𝚒𝚊 😂
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
kok ada margaku di sini?🤭🤭
jangan jangan ini bapakku😆
MentariSenja: 𝚒𝚢𝚊𝚔𝚊𝚑,,,𝚙𝚊𝚍𝚊𝚑𝚊𝚕 𝚜𝚢 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚊𝚑𝚞🙏🙏🙏
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
tak bahaya kah kamu menguntit istri orang. yg masih singgel kan banyak
MentariSenja: 𝚒𝚜𝚝𝚛𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚔 😂
total 1 replies
Mama Khalisah
harus ritual dulu biar lebih good lg nanti nya 🤭😆😆😆
Mama Khalisah: 🤭🤭😅😅😅😅😅
MentariSenja: 𝚑𝚊𝚑𝚊𝚑𝚊𝚑𝚊.... 𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚓𝚊 😀
total 2 replies
Mama Khalisah
3 🐠 1 🌹 buat ibuuu
Mama Khalisah: sma2 buu 😍😍
MentariSenja: 𝚝𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚕𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚋𝚞 😍😘
total 3 replies
Mama Khalisah
cmburu tnda cinta, marah tnda syg
MentariSenja: 𝚒𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛 😍
total 1 replies
Mama Khalisah
woiiiyyy laahh jujur kali
MentariSenja: 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝 𝚐𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚕𝚊𝚚 😂
total 1 replies
Mama Khalisah
aaahhh kira apaan dah 😅😅
Mama Khalisah
waaawww anak pinter
Mama Khalisah
good
Mama Khalisah
mulut nya wwooooyyyy.... ngak lama ku jahit tuu mulut
Mama Khalisah: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
MentariSenja: 𝚓𝚊𝚑𝚒𝚝 𝚊𝚓𝚊 𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚐𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚗𝚐𝚘𝚖𝚘𝚗𝚐
total 2 replies
Mama Khalisah
kejam 🥺🥺🥺🥺
MentariSenja: /Grin//Grin/
total 1 replies
Mama Khalisah
berjuang lah jika kamu mencintai nya
MentariSenja: 𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒 𝚔𝚊𝚔
total 1 replies
Mama Khalisah
rasain deh
MentariSenja: /Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mama Khalisah
lebay amat
MentariSenja: 𝚜𝚊𝚔 𝚙𝚘𝚕 𝚎
total 1 replies
Mama Khalisah
hedeh, ngk usah lebay pke nangis segala
MentariSenja: 𝚔𝚎𝚌𝚎𝚠𝚊 𝚔𝚎𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚊𝚙𝚊𝚒
total 1 replies
Mama Khalisah
keren, Barra bisa mengendalikan hawa nfsu nya
MentariSenja: 𝚃𝙾𝙿 𝙱𝙶𝚃
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!