Cinta Hadir Setelah Pernikahan

Mendengar hal itu membuat mood Devan semakin kacau, Devan mengusap wajahnya kasar mencoba mengingat-ingat apakah dia pernah menandatangani sesuatu, dia pun merasa aneh akan hal ini.

"Aku akan ke kantor, jika kau masih ingin di sini terserah aku tidak peduli," ujar Devan kemudian melangkahkan kakinya menuju mobil.

Nesva merasa kesal karena Devan meninggalkannya, sia-sia dia datang ke sini pagi-pagi berharap bisa makan bersama Devan. Tetapi nesva tersenyum saat mengingat wajah frustasi Devan, karena Devan mulai terkecoh akan surat perjanjian itu.

'Aku akan melakukan apa pun agar bisa mendapatkan mu, dan setelah itu aku akan menjadi nyonya di mansion mewah ini!' batin Nesva tersenyum licik.

Nesva kemudian memutuskan untuk pergi dari mansion Devan, dari pada dia di sini tanpa adanya Devan, lebih baik dia menghabiskan waktunya untuk shopping.

Mendengar suara deru mobil Devan yang meninggalkan pekarangan mansion, Bella memutuskan untuk keluar menemui sang papa mertua mengingat beliau akan kembali ke Amerika hari ini.

"Papa akan pulang pagi ini?" tanya Bella saat sudah sampai di ruang keluarga di mana papa sedang duduk di sana.

"Iya nak, papa akan berangkat sekarang," jawab papa Devan.

"Bella, papa titip Devan pada mu ya. Papa harap kamu bisa bersabar menghadapi dia, dia itu tidak seburuk apa yang orang lihat. Dia memiliki hati yang baik, dia berubah seperti ini hanya karena kurang kasih sayang seorang ibu. Papa yakin suatu saat dia akan luluh akan kelembutan yang ada pada mu, dan bisa mencintai mu," nasehat papa.

"Bella akan berusaha memperjuangkan pernikahan ini, Bella akan bertahan di sisi Devan apapun yang terjadi. Tapi jika Devan menyuruh Bella untuk pergi, maka di situlah perjuangan Bella akan berakhir," ucap Bella tegas.

Bella memutuskan akan memperjuangkan hubungannya dengan Devan, karena sejatinya wanita menginginkan pernikahannya satu kali untuk seumur hidupnya.

"Dalam hubungan pasti akan ada badai sebagai cobaan, papa berharap kalian mampu bertahan satu sama lain. Terlebih pasti akan ada banyak wanita yang mendekati Devan, kamu harus mampu membuat Devan hanya terikat pada mu saja dengan begitu Devan tidak akan melirik wanita manapun," sambung papa.

"Baik, Bella akan selalu ingat pesan papa. Jaga kesehatan papa di sana, jaga pola makan dan istirahat yang cukup. Jika papa butuh teman cerita, papa bisa menghubungi ku, Bella akan menjadi pendengar yang baik untuk papa," ujar Bella.

"Tentu saja menantu, terimakasih sudah perhatian pada kesehatan papa. Kalau begitu papa pergi dulu ya nak, jaga diri mu," pamit papa Devan.

Papa berjalan menuju mobil yang akan mengantarnya ke bandara.

"Hati-hati pa, kabari Bella jika sudah sampai di sana nanti," ucap Bella sambil melambaikan tangannya mengiringi kepergian mobil papa.

Papa balas melambaikan tangannya, dan tersenyum ke arah Bella. Ada rasa senang dan iba dalam hatinya, papa senang memiliki menantu yang baik, tetapi papa iba jika melihat menantunya di perlakukan buruk oleh putranya. Papa yakin jika suatu saat Devan akan jatuh ke dalam pesona Bella, gadis yang penuh kelembutan.

*****

Di kantor, Devan sudah di hadapkan dengan tumpukkan berkas yang harus dia periksa. Moodnya hancur dan Jo menjadi sasaran kemarahannya, dia kembali mengingat surat perjanjian yang di sebutkan oleh Nesva pagi tadi, hal itu begitu mengganggu pikirannya.

"Jo, datang ke ruangan ku sekarang!" perintah Devan melalui sambungan intercom.

"Baik tuan," jawab Jo.

Tak selang berapa lama, Jo masuk ke dalam ruangan Devan.

"Permisi tuan, apa ada perintah?" tanya Jo ketika dirinya sudah di persilahkan masuk.

"Kau cari kontrak kerja dengan perusahaan ayah Nesva, cek berkas itu apakah ada yang janggal di dalamnya. Aku merasa ada yang tidak beres di sini!" perintah Devan.

"Baik tuan."

Jo kembali ke ruangannya untuk mengambil berkas itu.

"Maaf tuan, dalam isinya tidak ada yang aneh. Hanya kesepakatan dan bagi hasil ke dua belah pihak, semuanya normal-normal saja," ucap Jo setelah dirinya membaca isi dari kontrak kerja sama itu.

"pa kau yakin? Coba kau pahami ulang!" tanya Devan.

"Saya yakin tuan, isinya sama dengan kontrak kerja lainnya," jawab Jo mantap.

"Jika tidak ada, lalu apa yang di maksud wanita murahan itu?" Devan mulai berpikir.

"Di sini memang tidak ada, tapi mungkin saja anda pernah menandatangani berkas lainnya saat bertemu dengan tuan Smith. Coba anda ingat-ingat lagi," balas Jo.

"Kau benar Jo, bulan lalu aku bertemu dengan tuan Smith. Tapi aku tidak bisa mengingat apapun, aku mabuk berat pada saat itu." Devan kembali mengingat pertemuannya bulan lalu.

"Mungkin saja pada saat itu tuan," timpal Jo.

"Si*l! Dia mau memanfaatkan aku rupanya, dasar licik!" Devan geram.

"Kau selidiki apa yang terjadi pada pertemuan itu, apakah benar aku menandatangani surat perjanjian perjodohan!" perintah Devan.

"Baik tuan, saya akan mengutus orang kepercayaan kita untuk menyelidikinya."

"Bereskan secepatnya! Aku tidak ingin berhubungan dengan orang yang licik!" Tegas Devan.

"Saya mengerti tuan," sahut Jo.

Devan mengibaskan tangannya, Jo yang paham maksudnya pun segera keluar dari ruangan Devan.

Devan melanjutkan pekerjaannya memeriksa berkas-berkas yang sudah menumpuk di meja kerjanya, walaupun moodnya kacau tetapi dia harus segera menyelesaikan itu semua.

Hari sudah menunjukkan pukul 12 siang, Devan yang memang gila kerja, tidak mempedulikan jadwal makan. Yang dia ingat hanya, dirinya harus segera menyelesaikan pekerjaannya.

Tiba-tiba terdengar keributan dari luar, dan hal itu menganggu konsentrasi Devan.

"Nona Nesva, anda tidak di izinkan masuk ke dalam."

Terdengar suara Jo yang tidak mengizinkan Nesva masuk.

"Wanita gila itu lagi!" gumam Devan malas.

"Lepas! Aku ini calon istri Devan, aku bisa saja memecat mu karena sudah berani padaku!" ancam Nesva.

Nesva langsung saja membuka pintu ruangan Devan, "sayang ayo kita makan siang, aku ada rekomendasi kafe terbaik."

"Beraninya kau masuk tanpa seizinku! Keluar dari ruangan ku sekarang juga!" usir Devan.

"Devan kenapa kau tega mengusir ku sih, aku ini calon istrimu loh," sahut Nesva manja sembari merangkul lengan Devan.

"Apa kau tidak punya sopan santun? Hah!" hardik Devan.

"Sayang jangan kasar ih, kita ini sebentar lagi menikah loh."

"Tidak akan ada pernikahan antara aku dan kau! Aku sudah memiliki istri, jadi hentikan omong kosong mu itu!" sentak Devan.

Tiba-tiba Jo masuk dengan di ikuti Bella di belakangnya, "permisi tuan, ada nona Bella."

Bella berniat mengantarkan makan siang untuk Devan, itu bermula ketika pak Sam yang mengusulkan. Dan hal ini Bella jadikan kesempatan untuk meminta izin pada Devan untuk mengikuti kuliah online, Bella merasa bosan jika harus berdiam saja di mansion tanpa melakukan apapun.

"Sayang kau datang bersama siapa?" tanya Devan pada Bella.