HANA HUMAIRAH ALDRICK gadis cantik berhijab yang sangat ahli dalam bela diri dan juga sangat pintar terpaksa menjadi bodyguard seorang CEO karna permintaan dari orang yang telah membesarkannya.
ARGA MAHESYA PUTRA ADMADJA
seorang CEO diperusahaan milik ayahnya. Semenjak menjadi CEO ia selalu mendapatkan teror bahkan ada yang melakukan percobaan pembunuhan terhadapnya. Karna hal itu orangtuanya mencarikannya seorang bodyguard yang akan selalu bersamanya.
"Hahaha ... mama pasti bergurau bukan? aku dijaga oleh seorang perempuan? yang benar saja"
"Sombong sekali anda tuan, dengan sekali gerakan aku bisa mematahkan kaki anda itu" batin Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatma Yulita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Firasat Buruk
Hana kembali terbangun pada waktu subuh, tentu saja untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Hana mendapatkan waktu untuk istirahat kurang lebih hanya 2 jam disebabkan karna kejadian semalam. Setelah bangun, Hana langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi dan kemudian melaksanakan shalat subuh. Disaat Hana tengah bersiap untuk kembali bekerja, pikirannya kembali melayang pada kejadian semalam, dimana saat ia bertarung dengan para begal itu, menurutnya begitu aneh. Karna tidak mau dihantui oleh rasa penasarannya, ia menghubungi salah satu rekannya saat kuliah sekaligus teman ditempat ia belajar bela diri untuk meminta bantuannya. Hana meminta untuk bertemu dengannya disebuah kafe yang telah mereka sepakati.
Disebelah apartemen Hana, ada Arga yang juga sama terbangun pada waktu subuh untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Sesibuk atau selelah apapun, Arga akan tetap melaksanakan kewajibannya. Setelah selesai dengan semua urusannya di pagi hari, Arga segera keluar untuk pergi bekerja, ia memilih untuk sarapan diluar saja karna merasa sangat lelah untuk menyiapkan sarapan sendiri.
Ketika membuka pintu Arga langsung terkejut saat mendapati Hana sudah berada didepan pintu apartnya. Entah sejak kapan dia berada didepan pintu apart Arga yang sekarang Hana sudah berpakaian rapi dan siap untuk melaksanakan tugasnya.
"Selamat pagi tuan muda" sapa Hana dengan sedikit menundukkan badannya.
"Kau mengagetkanku saja, sejak kapan kau ada disini?" tanya Arga menatap tajam kearah Hana.
Hana memandang jam tangan miliknya.
"Sekitar 10 menit yang lalu tuan, apakah anda beristirahat dengan baik tuan?"
"Dari mana kau tau kalau aku akan keluar di jam-jam sekarang?" Arga sama sekali tak menghiraukan pertanyaan Hana ia kembali bertanya karna bingung dari mana Hana mengetahui kalau dia akan segera berangkat bekerja.
"Saya tau dari nyonya besar tuan, beliau memberitahu saya semua hal tentang anda, semua kebiasaan anda, aktifitas anda sampai jam berapa biasanya anda akan berangkat bekerja" Jelas Hana.
"Bagaimana caranya mama memberitahumu, seharian kemarin kau bersamaku di kantor dan kita juga pulang dini hari, tidak mungkinkan kau menelpon mama malam-malam?" Arga benar-benar bingung, ia sama sekali belum percaya pada Hana, dia benar-benar tidak suka jika ada orang asing mencampuri urusan pribadinya. Hana hanya menyeringai membuat Arga bertambah bingung.
"Saya tidak ingin memakan gaji buta tuan, saat di kantor anda saya memang tidak melakukan apa-apa tapi saya mendapatkan semua informasi tentang anda melalu ponsel ini" ujar Hana sambil memperlihatkan ponselnya.
"nyonya memberitahu apa saja yang harus saya lakukan dan apa saja yang harus saya hindari saat bersama anda tuan" Lanjutnya.
"Ck.mama bahkan memberitahukan privasiku pada orang asing, bagaimana mama bisa sepercaya itu padamu?" Arga berdecih kemudian menatap dingin pada Hana.
"Saya juga tidak tau tuan, yang pasti saya hanyalah bodyguard yang akan selalu memastikan agar anda tetap aman"
"Ya ya ya kau adalah bodyguard ku tapi kau tak berhak mencampuri urusan pribadiku, tugasmu hanya melindungi ku dari ancaman bahaya bukan mengurusi hidupku, ingat itu baik-baik" tegas Arga yang kemudian pergi meninggalkan Hana.
Hana mengikuti Arga dari belakang, ia tak mengerti dengan sifat Arga yang menurutnya selalu berubah-rubah. Saat Hana membukakan pintu mobil untuk Arga, ia hanya bisa mengernyitkan dahinya heran melihat Arga yang terlihat begitu kesal, apa salahnya jika ia mengetahui kehidupan mejikannya. Lagipun jika ia mengetahui tentang Arga itu akan mempermudah Hana untuk menemukan masalah sebenarnya pada Arga.
Hana melajukan mobil dengan kecepatan sedang, yang tercipta hanyalah keheningan. Hana sekarang sedang memikirkan cara agar ia bisa keluar untuk menemui rekannya. Namun untuk saat ini Hana rasa bukan waktu yang tepat untuk meminta izin pada Arga mengingat mood Arga yang buruk pagi ini.Tapi ia harus bagaimana, ia harus segera menemui rekannya itu untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
Satu hal yang mengganjal dipikiran Hana sekarang, apakah tuan muda sudah sarapan? Hana memberanikan diri untuk berbicara terlebih dahulu kepada Arga, Ia tidak ingin nyonya besar marah kepadanya karna putranya sakit saat moodnya buruk dan itu disebabkan oleh Hana.
"Tuan, apa anda sudah sarapan?" tanya Hana masih fokus pada jalanan didepannya.
"Bukan urusanmu" jawab Arga dingin
"Huffff ... memang bukan urusan saya tuan tapi saya hanya sedikit cemas dengan kondisi anda, kemarin anda juga tidak makan malam dan tadi saya rasa anda juga belum sarapan, maaf sebelumnya saya lancang mengatakan ini, tapi jika anda sakit maka nyonya besar akan bertambah khawatir terhadap anda, apakah anda ingin melihat nyonya besar sakit karna memikirkan anda. Jadi, sebaiknya kita berhenti dan membeli sarapan untuk anda terlebih dahulu" jelas Hana panjang lebar. Arga tertegun mendengar ucapan Hana barusan, Arga berfikir kenapa ia jadi seegois ini, ia tak pernah memikirkan bagaimana mamanya mencemaskan dirinya. Menurutnya Hana benar, jika ia sakit atau terkena masalah orang tuanyalah yang paling mengkhawatirkan dirinya.
"Kita berhenti di persimpangan depan, disana ada sebuah restoran kita bisa sarapan disana" Ujar Arga masih dengan nada dingin.
"Baik tuan" ucap Hana patuh sambil menyunggingkan senyumnya.
Sekarang Hana dan Arga sudah berada disebuah restoran. Arga yang sudah duduk di kursi pelanggan, menautkan alisnya, bingung kenapa Hana tidak duduk.
"Apa kau akan sarapan dengan cara berdiri sepeti itu" tanya Arga namun sekarang nada bicaranya sedingin tadi.
"Saya tidak ikut sarapan tuan" jawab Hana masih berdiri.
"Kau belum sarapan jugakan lalu kenapa tak sekalian saja?" tanya Arga.
"Saya tidak pantas sarapan bersama anda tuan, bagaimanapun saya hanyalah seorang pengawal" ucap Hana dengan merendah diri.
"Aku tidak mau bodyguard ku sakit, sangat terlihat sekali nanti kalau aku tak memberimu makan, sudahlah cepat duduk, aku tak punya waktu lagi, aku ada meeting" dengan berat hati Hana duduk di kursi bersebrangan dengan kursi Arga. Lalu mereka sarapan dengan tenang tanpa ada yang bersuara.
Setelah sarapan, mereka kembali melanjutkan perjalanan kekantor. Hana masih bingung bagaimana caranya ia meminta izin untuk keluar sebentar. Seketika pikirannya mengingat perkataan Arga kalau hari ini ia ada meeting, ia mempunyai ide untuk memanfaatkan itu.
"Tuan!" panggil Hana
"Hm"
"Tuan hari ini anda ada meeting bukan?"
"Hm"
"Kenapa anda hanya menjawab hm....hm....saja tuan, itu terdengar lebih menjengkelkan dari pada aku dituduh kentut saat latihan, tapi Hana kamu harus ekstra sabar menghadapi tuan sepertinya." batin Hana.
Hana menarik dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Apa saya boleh izin keluar sebentar tuan disaat anda meeting?" suara Hana terdengar gugup saat menanyakan hal itu namun sebisa mungkin ia menetralisir ekspresinya itu.
"Memangnya kau mau kemana?" tanya Arga yang merasa bingung kenapa Hana tiba-tiba ingin pergi keluar.
"Saya ingin bertemu dengan teman saya waktu kuliah tuan, kami sudah lama tidak bertemu" Jelas Hana. Arga hanya mangut-mangut pertanda mengerti akan perkataan Hana.
"Baiklah kau boleh pergi" ucap Arga enteng.
"Benarkah, terima kasih tuan"
Sekarang sudah waktunya Arga untuk melaksanakan meeting. Sekretaris Lucy sudah memanggil Arga untuk datang keruang meeting sekarang juga.Hana mengantarkan Arga sampai keruangan meeting nya, ia memandangi satu-persatu wajah rekan bisnis Arga. Ada satu orang yang menurut Hana gerak-geriknya sangat aneh tapi ia berusaha menepis perasaan itu agar tidak berprasangka buruk pada orang lain.
Setelah memastikan semuanya aman, Hana segera keluar dari ruangan dan pergi untuk menemui rekannya. Didalam lift Hana terus memikirkan Arga, entah kenapa ia memiliki firasat buruk tentang keselamatan Arga.
"Perasaan apa ini, kenapa aku merasa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi" batin Hana.
Setelah sampai diparkiran Hana melajukan mobilnya ketempat yang sebelumnya sudah janjikan dengan temannya. Saat Hana sedang fokus ke jalanan tiba-tiba ponselnya berdering. Ia mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari Maryana.
"Assalamualaikum Nyonya! ada yang bisa saya bantu?"
" Waalaikumsalam Hana! tidak ada, aku hanya ingin mengetahui apakah Arga baik-baik saja sekarang? "
" Tentu Nyonya, tuan Arga baik-baik saja, sekarang tuan sedang melakukan meeting Nyonya "
"Apa kau selalu berada didekatnya? "
" Hah! iya nyonya tapi untuk saat ini saya sedang berada diluar, saya sudah meminta izin kepada tuan Muda, Nyonya"
" Baiklah! tapi sebelum kau pergi apa kau sudah memastikan keamanan Arga Hana? entah kenapa aku merasa gelisah memikirkan Arga"
" Nyonya tenang saja, semua keamanan tuan Arga sudah dipastikan aman nyonya!"
"Baiklah kalau begitu Hana, aku tutup Assalamualaikum "
" Waalaikumsalam Nyonya"
Hana kembali meletakkan ponselnya namun sedetik kemudian ponselnya kembali berdering menandakan ada pesan masuk.
+XX81324 ...
Segeralah datang kekantor Arga sekarang juga jika tidak maka nyawa Arga akan hilang.
Hana mengangkat alisnya sebelah, bingung dengan pesan yang masuk dari nomor yang tak dikenalnya. Tiba-tiba kembali ada pesan masuk masih dari nomor yang sama.
+XX81324 ...
Cepat! jangan sia-siangan waktumu barang sedetikpun!.
Hana memutar arah untuk segera kembali kekantor Arga. Namun sebelum itu ia menelpon rekannya untuk mengabari kalau ia tidak bisa datang kali ini. Setelah selesai Hana melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai dengan cepat.
Sesampainya disana, ia memarkirkan mobil setelah itu ia berlari secepat mungkin memasuki gedung Admadja group.
Sedangkan didalam ruangan meeting, sekarang tampak salah satu rekan Arga tengah menjelaskan proyek terbaru mereka.
Namun dari arah lain ada pula rekannya, ralat perwakilan rekannya tengah bersiap untuk menembak Arga. Semua orang didalam ruang meeting sedang fokus menatap persentase itu saat itu juga orang itu ingin menembak Arga.
Doorr ...
Bersambung ...
.......