Cerita ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya. Karena ayahandanya menuduh bundanya berselingkuh. Maka lahirlah seorang pangeran tanpa disaksikan oleh ayahandanya.
Sang pangeran harus dibesarkan oleh Balakosa, musuh besarnya yang merebut kerajaan ayahnya.
Kemalangan belum usai membayangi hidupnya. Gagalnya pemberontakannya terhadap Balakosa, bahkan hampir dijadikan siluman sejati.
Untung saja seorang sakti berhasil menyelamatkannya yang kemudian menjadi gurunya, dan memberinya amanah besar, membasmi kejahatan di dua negeri; Negeri Mega Pancala dan Negeri Mega Buana.
Seperti apakah kisah pendekar yang membasmi kejahatan di dua negeri? Bagaimana kisah lika-liku percintaannya dengan para gadis yang mencintainya?
Jika pembaca berminat, ikutilah kisah perjalanan PENDEKAR DUA NEGERI!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 LELAKI MISTERIUS TERNYATA KSATRIA NAGA HITAM
Dengan masih berputar di udara, lelaki misterius dan Annisa meluncur turun ke bawah dengan ringan. Sementara Annisa masih saja memandang wajah gagak di depannya tanpa mau berpaling.
Sampai saat ini benaknya belum bisa menyimpulkan, apakah wajah yang berada cukup dekat di depan matanya itu adalah topeng atau wajah asli?
Sedangkan lelaki misterius yang dipandang sebegitu rupa seolah tidak menghiraukan. Sembari meluncur turun pandangannya di layangkan ke sekelilingnya. Mengamati keadaan sekitar pelataran belakang kediaman Jenderal Yusuf Subandono.
Tidak sekerlingan mata pun melirik pada wajah cantik di depan matanya.
Tidak lama kemudian, sepasang kaki lelaki misterius dan Annisa telah berpijak di atas paving dengan ringan. Lalu hampir tanpa jeda lelaki misterius itu melepas rangkulan tangan kiri pada pinggang Annisa.
Namun Annisa, entah apa yang ada dalam pikirannya, pelukannya pada tubuh lelaki misterius belum dilepas. Tentu saja 3 sahabat cantiknya melihat adegan itu. Sehingga membuat mereka saling bertatapan dengan sorotan tidak mengerti.
Lalu mereka bergerak hendak menghampiri Annisa yang masih memeluk sosok serba hitam. Namun tindakan mereka cepat dicegat oleh Pak Bambang.
"Kita sudah sampai di darat, Tuan Putri," kata lelaki misterius jelas mengingatkan. "Tolong pelukannya dilepaskan!"
Kalimat terakhir diucapkan oleh sosok misterius dengan berbisik, cuma didengar oleh Annisa. Membuat gadis berambut panjang dikuncir ekor kuda itu seketika terbangun dari mimpi indahnya.
Barulah dia sadar kalau masih memeluk sosok gagah itu. Seketika itu juga dia terlonjak kaget bagai terkena setrum.
Pelukannya langsung dilepaskan, lalu mundur 2 langkah ke belakang. Seketika itu juga wajah cantiknya langsung memerah dadu karena menahan malu. Rikuh dan gugup langsung terlihat dari sikapnya yang kaku.
Sedangkan lelaki misterius itu, tanpa memperdulikan sikap Annisa, dia kembali melayangkan pandangannya ke sekeliling.
Begitu sepasang matanya yang menyorot aneh memandang mayat sesosok Pasukan Siluman yang tadi ditebas kakinya, mayat itu seketika hancur. Lalu hilang seperti yang sudah-sudah. Bersamaan pedang di tangannya juga ikut lenyap.
Kemudian dia memandang lagi ke sekitarnya, dan menyadari kalau semua mayat Pasukan Siluman Topeng Merah telah raib. Lalu memandang ke arah langit seperti mengamati sesuatu.
Semua apa yang dilakukan oleh lelaki misterius tidak luput dari perhatian orang-orang yang ada di serambi. Terutama 3 gadis cantik yang harap-harap cemas akan keadaan Annisa.
Namun orang-orang yang berada di serambi cuma diam saja di tempat masing-masing, belum melakukan apa-apa. Seolah mereka menunggu perizinan dari lelaki misterius.
Tidak lama kemudian, setelah merasa kalau keadaan sudah benar-benar aman, lelaki misterius memperbaiki posisinya menghadap Annisa.
"Kenapa Tuan Putri tidak mengindahkan peringatanku?" tanyanya dengan suara khas, serak besar, bernada datar. Tidak diketahui apakah dia sedang marah atau biasa saja.
Suasana hati Annisa saat ini masih dirundung rasa malu akibat perbuatannya tadi. Namun dia cepat menetralisir keadaan dirinya. Terus dia menjawab pertanyaan lelaki misterius berusaha bernada santai, untuk menutupi kerikuhannya.
"Gue penasaran ama wajah lu. Makanya gue pingin tau."
Lelaki misterius tidak segera menanggapi ucapan Annisa. Dia malah menatap gadis berwajah oval itu dengan segala ekspresi datarnya.
Tapi Annisa menyangka, orang itu mungkin belum paham dengan ucapannya. Maka dia mengulangi ucapannya dan menambahkan seakan memperjelas.
"Aku penasaran dengan wajah kamu. Aku ingin tahu, apakah wajahmu ini cuma topeng atau benar-benar asli?"
"Apakah keinginan konyolmu itu lebih penting daripada nyawamu, Tuan Putri?" tanya lelaki misterius masih bernada datar tapi lembut.
"Mak... maksudmu?" tanya Annisa heran.
Dia belum paham betul apa yang telah dialaminya tadi. Kejadiannya begitu cepat, pikirannya belum sanggup mengikuti. Dia hanya tahu ada suara benda logam berbenturan. Lalu lelaki misterius merangkulnya dan segala macamnya.
Makanya dia tidak paham lelaki misterius menyinggung soal nyawa, nyawanya sendiri.
"Hampir saja tadi 2 senjata rahasia Pasukan Siluman menembus kepala Tuan Putri kalau tidak cepat aku mengambil tindakan," jelas lelaki misterius.
"Kalau saja tadi aku sampai terlambat," lanjutnya, "kepala Tuan Putri pasti akan pecah terkena 2 senjata rahasia itu. Dan dipastikan nyawa Tuan Putri akan melayang."
Mendengar penjelasan lelaki misterius barulah dia sadar kalau kejadian tadi itu ternyata aksi untuk membunuhnya. Sadar akan hal itu dia langsung bergidik ngeri.
Sedangkan lelaki misterius, tanpa menghiraukan kalau Annisa masih berkecamuk dengan pikirannya, dia melangkah agak cepat menuju tangga serambi.
★☆★☆
Lelaki misterius kini sudah berada di serambi. Tepatnya kakinya berpijak di tangga kedua dari atas. Tampak tangan kanannya merentang lurus ke depan. Telapaknya seperti menyentuh tembok tak berwujud di antara kedua pilar di depan serambi.
Maka beberapa kejap berikutnya seluruh kediaman induk Jenderal Yusuf terselubung sinar bening warna kuning. Tapi tak lama sinar itu seketika lenyap. Hampir bersamaan lelaki misterius menurunkan tangannya itu.
Semua orang yang berada di serambi memperhatikan apa yang dilakukan lelaki misterius itu. Tanpa ada seorang pun yang mengajak berbicara dengannya, meski mereka kepingin.
Termasuk yang memperhatikan perbuatan lelaki misterius adalah Annisa yang ternyata sudah menyusul ke depan serambi.
Setelah itu, lelaki misterius memandang ke arah Jenderal Yusuf dan Wakil Presiden Hidayat yang berdiri masih berdampingan. Lalu dia berkata bernada sopan sebenarnya.
"Keadaan sudah aman, Tuan-tuan. Silahkan hubungi pihak keamanan untuk mengamankan tempat ini!"
Jenderal Yusuf maupun Wapres Hidayat tidak lantas menanggapi ucapan lelaki misterius. Mereka masih tampak bingung dengan situasi seperti ini. Ditambah lagi wajah mereka seperti agak takut atau segan saat melihat wajah lelaki misterius.
Sehingga mereka seolah tidak berani untuk berbicara dengan sosok serba hitam itu. Sedangkan kedua pengusaha kaya tampak berdiam diri juga.
Adapun 3 gadis cantik, ketika mendengar lelaki misterius mengabarkan kalau keadaan sudah aman, mereka langsung menghampiri Annisa yang masih berdiri di dekat tangga bawah.
Sementara lelaki misterius, tanpa menunggu tanggapan dari Jenderal Yusuf maupun Wapres Hidayat, dia berbalik. Terus berjalan menuruni anak tangga dengan maksud meninggalkan tempat ini.
Namun baru saja sepasang kakinya menginjak paving, Pak Hendra seketika menegurnya dengan bertanya, yang membuatnya berhenti melangkah.
"Boleh kami tahu siapakah anda, Manusia Bertopeng?"
Sebenarnya lelaki misterius itu sedikit terkejut bahwa lelaki tua itu mengetahui kalau dia mengenakan topeng. Namun dia masih bisa mengatasi keterkejutannya, lalu menjawab pertanyaan setelah berbalik menghadap serambi.
"Kalian bisa memanggil saya dengan sebutan Ksatria Naga Hitam atau Naga Hitam."
Empat personil Geng Red Blue 8 mendengar dengan jelas lelaki misterius menyebut namanya. Dan seolah bersepakat meng-save nama itu di ingatan mereka.
"Bisakah anda menjelaskan, siapa sebenarnya Pasukan Siluman Topeng Merah itu?" tanya Pak Hendra lagi. "Apa tujuan sebenarnya mereka mengacau di sini?"
"Mereka adalah salah satu pasukannya Balakosa yang sudah dia jadikan siluman bertopeng sekaligus mesin pembunuhnya," sahut lelaki yang ternyata bernama Ksatria Naga Hitam menjelaskan, tanpa pikir panjang.
"Tujuan sebenarnya Balakosa mengirim pasukannya ke Negeri Mega Buana ini adalah ingin menaklukkan Kota Jakarta Raya ini dengan membunuh para pejabat negara dan para pengusaha kaya."
Mendengar penjelasan Ksatria Naga Hitam barusan, kontan saja keempat aparat negara terkejut. Mereka tidak menyangka kalau ada orang yang hendak menaklukkan kota ini yang bernama Balakosa.
Kalau begitu siapakah Balakosa itu?
Sedangkan dua pengusaha kaya jelas sempat terkejut juga mendengar nama Balakosa. Tampak kegeraman di wajah mereka. Sepertinya mereka mengetahui siapa adanya Balakosa atau Prabu Balakosa.
"Perlu kalian ketahui bahwa target operasi Pasukan Siluman Topeng Merah bukan saja menarget para aparat negara maupun para konglomerat...," lanjutnya. "Mereka juga akan membunuh seluruh keluarganya."
Mendengar penjelasan itu, 4 gadis yang berada tidak jauh dari Ksatria Naga Hitam langsung terkejut. Masalahnya mereka semua adalah anak pejabat dan konglomerat.
Sementara Indah tampak seperti menyadari satu hal.
Pantas saja dia dan Shofie hendak dibunuh oleh Pasukan Siluman Topeng Merah sewaktu di jalan. Rupanya dia dan Shofie adalah anak konglomerat yang juga target operasi Pasukan Siluman.
"Maaf, Tuan-tuan semua, saya tidak bisa berlama-lama," kata Ksatria Naga Hitam pamitan. "Saya masih ada urusan."
Setelah itu dia berbalik terus melangkah agak cepat hendak meninggalkan halaman belakang kediaman Jenderal Yusuf.
"Bagaimana kami bisa menghubungi anda lagi, Ksatria Naga Hitam?" tiba-tiba Pak Wapres bertanya.
"Tenang saja, Tuan Wakil Presiden," sahut Ksatria Naga Hitam setelah berhenti melangkah, tapi tanpa berbalik. Hanya menoleh sedikit. "Sebentar lagi akan datang orang-orang sakti yang akan membasmi Pasukan Siluman Topeng Merah."
"Lagi pula saya tetap akan berada di kota ini."
Kemudian Ksatria Naga Hitam melangkah lagi benar-benar hendak tinggalkan tempat ini.
★☆★☆
Tapi ternyata di depan jalur lintasannya sudah berdiri berjejer 4 personil Red Blue 8 seolah menghadangnya.
"Kalian mau apa?" tanya Ksatria Naga Hitam langsung bernada datar.
Hati dan perasaannya Sama sekali tidak terpengaruh dengan wajah-wajah cantik yang memagari jalannya itu. Sikapnya tenang dan datar.
Sejenak keempat gadis itu tidak langsung menjawab pertanyaan Ksatria Naga Hitam. Mereka terus saja memperhatikan segala apa yang ada pada Ksatria Naga; style pakaian yang dikenakan, pedang berkepala naga berwarna hitam, terutama pada wajah.
Sungguh mereka belum bisa meyakini kalau wajah halus hitam berkilap itu adalah topeng. Wajah itu mirip asli, atau memang asli. Sedangkan Annisa yang sudah mengamati sebelumnya juga belum bisa menyimpulkan kalau wajah Ksatria Naga Hitam asli atau topeng.
"Untuk apa kalian memikirkan sesuatu yang tidak penting?" kata Ksatria Naga Hitam seolah menegur, seolah tahu apa yang mereka pikirkan.
"Apakah wajahmu itu cuma topeng apa benar asli?" tanya Andhini amat penasaran.
Ksatria Naga Hitam tidak menjawab pertanyaan gadis itu. Dia malah menatap gadis itu beberapa detik lamanya. Lalu berkata tanpa menggubris pertanyaannya.
"Maaf, kalau tidak ada hal penting yang kalian ingin tanyakan, tolong beri jalan biarkan aku pergi!"
"Baik kalau kamu tidak mau ditanya tentang sesuatu yang menyangkut dirimu," kata Indah seolah mewakili ketiga temannya.
"Sekarang tolong kamu jawab pertanyaanku karena ini penting bagi kami!" lanjutnya.
"Pertanyaan apa?"
"Tadi kamu bilang kalau Pasukan Siluman juga akan membunuh keluarga para pejabat pemerintah dan para konglomerat," papar Indah. "Sedangkan kami adalah anak pejabat dan konglomerat. Berarti Pasukan Siluman menarget kami juga."
"Dan kamu tadi memanggilku Tuan Putri," sambung Annisa. "Pasti kamu sudah tahu siapa aku bukan?"
"Bagaimana kami bisa menghubungimu kalau ingin meminta bantuanmu?" tanya Indah melanjutkan ucapannya tadi.
"Kalian tidak perlu menghubungiku," sahut Ksatria Naga Hitam, "dan tidak bisa menghubungiku."
"Tidak perlu menghubungimu?" kata Indah kaget.
"Tidak bisa menghubungimu?" Andhini juga tidak bisa menahan keterkejutannya.
"Apa kamu membiarkan saja kami dimangsa oleh makhluk-makhluk menyeramkan itu?" sambung Annisa.
"Sebenarnya kalian hanya perlu menjaga diri agar tidak sering keluar pada malam hari," ungkap Naga Hitam, "karena Pasukan Siluman lebih sering melakukan operasi pada malam hari."
"Maaf, aku tidak bisa berlama-lama," kata Ksatria Naga Hitam yang langsung mencegat Andhini atau Indah yang hendak berbicara lagi. "Tolong beri jalan!"
Stella yang sejak tadi cuma diam menyimak dan memperhatikan wajah Ksatria Naga Hitam, tiba-tiba berkata yang cukup mengejutkan.
"Aku yakin wajahmu yang tampak di luaran itu bukan wajah aslimu atau cuma topeng. Boleh aku lihat wajah aslimu?"
Tiga orang teman Stella langsung menatapnya secara bersamaan. Pikiran mereka seolah sepakat dengan apa yang diucapkan gadis berambut ikal itu. Lalu hampir bersamaan pula menatap pada Ksatria Naga Hitam, menuntut agar permintaan Stella dipenuhi.
"Jangan pernah meminta sesuatu yang konyol dariku kalau kamu tidak ingin binasa," kata Ksatria Naga Hitam bernada datar, dingin, tanpa getar suara.
Sambil berucap demikian dia menatap Stella dengan tanpa ekspresi, datar. Sambil berucap tangannya terangkat ke wajahnya. Kemudian telapak tangannya yang jerijinya terbuka menyentuh wajah bagian atasnya.
Kejap berikut seketika tubuhnya berubah menjadi kabut warna hitam. Lalu dengan cepat kabut itu berubah menjadi kabut tipis, terus lenyap begitu saja.
Sementara Stella yang ditatap oleh Ksatria Naga Hitam tadi dengan ekspresi begitu rupa jelas langsung merasakan kengerian dan ketakutan.
Begitu sepasang matanya yang membulat melihat lelaki misterius itu berubah menjadi kabut asap terus lenyap, bukan main terkejutnya.
Tiga orang temannya tidak terkecuali. Mereka terkejut tidak tanggung-tanggung.
"Apa Naga Hitam hilang?" gumam Indah dalam kejutnya.
"Ke mana tu Naga Hitam?" desah Annisa dalam kejutnya bagai merasa kehilangan sesuatu.
"Kayaknya doi emang udah benar-benar tinggalin tempat ni," gumam Andhini memberi tahu.
"Dengan ilang kayak gitu?" tanya Indah seakan tidak percaya.
"Orang sakti kayak dia," komentar Stella, "apa aja bisa dilakuin. Jangan kata cuma ilang kayak gitu."
Empat personil Red Blue 8 terus saja berbincang tentang kehadiran Ksatria Naga Hitam. Apalagi saat kedatangan 4 personil lainnya; Shofie, Ranny, Melly, dan Rindy. Makin rame lagi obrolan mereka.
Saat diumumkan kalau keadaan sudah aman, barulah 4 gadis feminim itu berani menampakkan diri diluaran setelah dievakuasi di dalam rumah Ranny. Begitu bebas mereka langsung ke sesama gengnya.
Sementara itu aparat keamanan sudah berdatangan di kediaman Jenderal Yusuf. Mengamankan apa yang perlu diamankan, termasuk mayat-mayat penjaga yang mati dalam peristiwa atau tragedi mengerikan itu.
★☆★☆★
Mohon pengertiannya...