Alana seorang gadis cantik penderita Tryphanophobia atau takut akan jarum suntik.
Menikah dikarenakan perjodohan
Dengan dokter muda yang bernama Dava Agatha mahesa
Dava tidak mungkin menolak keinginan ibu tersayang nya sehingga dia menerima perjodohan ini
Dia si gadis polos pecinta coklat dan warna pink.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Alana bangun lebih pagi, biasanya Alana akan menghabiskan waktu liburnya untuk rebahan di atas kasurnya.
Alana berjalan kebawah, menghampiri bundanya yang sudah memasak.
"Pagi Bun!" Ucap Alana mencium pipi Sari.
"Tumben kamu bangun pagi, hm?" Tanya Sari curiga.
"Alana mau belajar masak dong bun," ucap Alana membuat sang Bunda terkejut.
"Tumben kamu mau belajar masak? Biasanya anti sama yang namanya dapur," sindir Sari.
"Iyah bun, kan Alana pengen jadi istri yang baik buat pak dokter. Malu lah aku masa nanti gak bisa masak,"
Sari terpukau dengan jawaban putrinya, sedikit lebih dewasa.
Bunda tersenyum penuh makna.
Sedari tadi Alana hanya mengacaukan, di suruh potong bawang malah menangis, potong wortel malah tangannya yang terluka.
"Lebih baik kamu duduk liatin Bunda masak aja," utus Sari.
Alana menghela nafas pasrah "iyah deh bun," ucapnya.
Toktok!!
"Siapa yang bertamu pagi sekali," ucap Sari. "Coba kamu buka pintu," titah Sari.
"Siap bos!" ucap Alana girang.
Alana berjalan kearah pintu dan membukanya, bertapa terkejutnya Alana saat melihat siapa yang ada di depannya.
"Pak dokter?" Alana langsung meraih tangan Dava dan mencium punggung tangannya.
'Calon istri yang sopan,' batinnya terkekeh.
"Ayo pak masuk!" ajak Alana.
Dava mengekor dibelakang Alana.
"Duduk dulu pak,"
"iya terima kasih,"
"Siapa yang datang? Eh nak Dava!" ucap Sari.
Dava langsung mencium punggung tangan Sari sopan.
"Alana bawakan minum untuk Dava," ucap Sari pada Alana.
Alana langsung melaksanakan apa yang diperintahkan Sari.
Alana datang dengan segelas air, dan menaruh didepan Dava.
"Jadi kamu ada apa datang kesini?" tanya Sari.
"Tujuan saya kesini, ingin mengajak Alana memilih baju pengantin,"
Betapa senangnya wajah Alana saat ini.
"Bolehkan tante?"
"Panggil bunda jangan tante! Tentu boleh dong,"
"Alana cepat siap-siap sana," kata Sari.
"Pak dokter tunggu disini oke? Alana gak lama ko," ucap Alana, dibalas anggukan oleh Dava.
10 menit kemudian Alana turun menghampiri Dava.
"Yuk pak," ajak Alana giat.
"Kalian gamau sarapan dulu?" tanya Sari.
"Enggak bunda, mama masak banyak suruh bawa Alana untuk makan disana," jawab Dava.
"Yaudah, hati-hati. Alana jangan nakal oke?"
"Iya bun iya," jawab Alana menyalimi tangan Sari begitu pula dengan Dava.
"Yuk pak!"
Keadaan dalam mobil hening tak ada yang membuka suara selain, suara musik yang mengalun.
"Hm, Alana," panggil Dava yak tahan dengan keheningan.
"Iya pak?" Jawab Alana.
"Tolong jangan panggil saya bapak,"
"Alana bingung pak mau manggil apa," jawab Alana menatap Dava yang sedang menyetir.
"Panggil saya kaka saja Alana,"
"Oke, kak Dava!"
"Alana, boleh saya bertanya?"
Alana menatap Dava serius, jangan sampai pak Dava menanyakan soal matematika kepadanya. Ah! Alana lemah dalam matematika.
"Boleh kak, tapi jangan susah-susah apalagi pake rumus,"
Ucapan Alana membuat Dava terkekeh.
"Sama sekali tidak sulit Alana, apa alasan kamu menerima perjodohan ini?" tanya Dava ragu.
"Oh itu, waktu itu aku lagi sakit setelah kakak suntik aku,"
"Kamu sakit?" potong Dava.
Alana menganggukan kepalanya.
"Tiba-tiba bunda datang ke kamar dan bilang aku akan menikah, kata bunda menikah itu boleh kalo pacaran gak boleh yaudah aku lebih memilih menikah. Karena bunda juga bahagia pas aku bilang iya,"
Ucapan Alana membuat Dava menggeleng tak percaya, betapa polosnya calon istrinya ini.
Mobil yang dikendarai oleh Dava sampai ketujuan, yaitu rumah mewah bergaya eropa milik keluarga Dava.
"Udah sampai, mari turun,"
Dava berlari mengelilingi mobil, dan membukakan pintu mobil untuk Alana.
Ucapan Alana dibalas dengan anggukan oleh Dava.
Mereka berdua berjalan memasuki rumah, Alana terpukan halaman rumah Dava yang dikelilingi oleh tanaman bunga.
"Assalamuallaikun, mah," ucap Dava.
Sinta-mama Dava langsung menghampiri Dava dan Alana.
"Waalaikumsalam, eh udah dateng," Alana mencium punggung tangan milik Sinta
"Ayo duduk, mama ambilin minum dulu,"
Keadaan sangat canggung, Dava merasa hawa rumahnya sangat dingin biasanya tidak.
Jika cinta dia jujurlah padakuuuuu~
Alana dan Dava kompak melirik ke arah suara tersebut, ternyata di atas tangga menuju bawah terdapat adik Dava.
Tania langsung menutup mulutnya rapat-rapat ia langsung berlari menghampiri Alana dengan senyumannya.
"Halo kakak ipar!"
Tania langsung memeluk Alana erat, Tania tidak menyangka bahwa calon kakak iparnya secantik ini.
Alana membalas pelukan Tania.
"Ehem!"deheman itu membuat keduanya melepaskan pelukannya.
'Tania main peluk-peluk aja, gue yang calon suaminya aja belum pernah,'- batin Dava.
Sinta datang dengan membawa makanan ringan untuk Alana.
"Ayo dimakan Alana," ucap Sinta kepada Alana.
"Iya mah," ucap Alana sambil tersenyum.
Banyak percakapan yang dibahas Tania, lebih tepatnya Tania yang banyak bicara.
Tania curhat bahwa dirinya telah putus dengan mantan kekasihnya dua hari lalu, Alana tak paham karena dirinya tak pernah berpacaran.
Waktu menunjukan pukul 10:00
"Alana, ayo saatnya kita memilih baju pengantin sudah cukup siang," ajak Dava.
Dava telah sampai ke butik sahabat ibunya.
Tanpa Dava sadari, ia menggandeng tangan Alana sehingga membuat si mpunya sedikit terkejut.
"Siang tante," sapa Radit kepada tante Diah.
"Wah Dava sudah datang, ini calonnya? Cantik banget kamu hebat memilihnya," ucap tante Diah membuat pipi Alana memerah.
Setelah memilij baju, Alana masuk kedalam ruangan untuk mencoba bajunya. Alana keluar dengan gaun putih yang sederhana namun sangat pas di tubuh mungilnya.
"Gimana Dav?"tanya tante Diah kepada Dava.
Dava langsung mengalihkan fokusnya menatap Alana dengan kagum.
'Cantik dan menggemaskan'-batin Dava.
Setelah memilih baju pengantin hampir menghabiskan waktu 3 jam.
"Kamu mau makan?" tanya Dava.
Alana mengangguk antusias.
"Aku mau makan nasi pecelnya Mang Eko kak," ucap Alana.
"Wah kamu sering makan di sana juga? Kok ga pernah ketemu ya," ucap Dava terkekeh.
"Hehe, aku juga gak tau,"
Setelah makan dan mampir ke rumah Dava, dan sekarang Dava mengantar Alana pulang.
Dava mengntar Alana pulang, saat ini Alana berada si mobil Dava. Tak lama mata Alana berair, Dava sudah paham bahwa Alana sedang mengantuk.
"Tidur saja jika kamu mengantuk," ucap Dava kepada Alana.
Alana mengangguk dengan matanya yang sayu, dan menguap berkali-kali. Dan perlahan Alana menutup matanya.
Dava menengok ke arah Alana yang tertidur, saat ini mobilnya telah sampai di rumah Alana.
Tak tega untuk membangunkannya, Dava membuka selt bet milik Alana dan menggendong ala bridal style tubuh Alana.
Dava mengetuk pintu dan di buka oleh Sari.
"Sudah pulang, Alana tidur?" tabya Sari.
"Iyah bun"
"Dava tolong antarkan ke kamar Alana nya ya, di atas yang pintu warna pink,"
Yang dibalas dengan anggukan oleh Dava..
Dava melangkahkan kakinya ke kamar Alana.
Meletakkan Alana di ranjangnya, menatap Alana lama.
"Selamat tidur," ucap Dava mengusap rambut Alana lembut.
Dava menutup pintu kamar Alana, berjalan menuruni tangga.
"Kamu ngga makan dulu?" Tanya Sari.
"Engga bun, makasih Dava langsung pulang aja," ucap Dava sopan.
Sari mengantarkan Dava sampai depan pintu.
"Hati-hati ya," ucap Sari.
"Iya bun, Assalamuallaikun,"
"Waalaikumsalam,"
'Ah calon mantu idaman,'-batin Sari sambil menutup pintunya.