Alina seorang pegawai staf di perusahaan ternama jatuh cinta sama Gilang seorang office boy yang tampan.
Alina tidak mengetahuinya kalau Gilang adalah seorang CEO di perusahaan tempat nya bekerja.
Gilang menyamar sebagai office boy di perusahaan ayah nya hanya untuk mencari sosok perempuan yang menerima dia apa adanya.
Dia pindahan dari luar negeri jadi belum ada yang tahu tentang dia sebenar nya.
Dia muak sama wanita yang matre karena dia sering di manfaatin sama para wanita yang hanya melihat kekayaan nya saja.
Hingga akhir nya Gilang bertemu dengan Alina yang menerima dia apa ada nya.
Hingga suatu hari Alina mengetahui kebenaran nya, dan pergi menjauh dari sisi gilang karena merasa minder dengan keadaan diri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung Ke Rumah Alina
Pagi hari di kala keluarga pak Abidin lagi pada sarapan, terdengar suara motor yang berhenti di depan rumah Alina.
"Tumben, siapa pagi-pagi sudah ada yang mengetuk pintu" kata Pak Abidin.
"Biar Nuri yang bukakan pintu nya" kata Nuri lalu berdiri dan melangkah menuju pintu depan.
"Maaf bu Alina nya ada? Tanya Gilang dengan sopan dikala pintu nya sudah ada yang membuka dari dalam.
"Maaf, kakak siapa? Tanya Nuri sambil menatap Gilang.
"Saya Gilang, saya kesini mau mengantarkan motor bu Alina, karena kemarin sore mogok" jawab Gilang.
"Oh, ya sudah ayo masuk aja kak,sekalian ikut sarapan" ajak Nuri, Gilang pun masuk dan mengikuti langkah Nuri.
"Kak, ada yang mencari" kata Nuri, mereka semua pun menatap ke arah Gilang.
"Pagi semua" sapa Gilang dengan tersenyum.
"Pagi juga, kok udah di sini? Memang nya ada apa? Tanya Alina.
"Saya sengaja datang pagi-pagi buat nganterin motor bu Alina, maaf kalau saya mengganggu" kata Gilang.
"Oh, ya ampun, saya lupa kalau motor masih di kantor" teriak Alina sambil menepuk jidat nya.
"Ya sudah nak, ayo ikut sarapan? Pasti belum sarapan" ajak pak Abidin dan bu Diah bersamaan.
"Makasih bu, tapi tadi saya,,,," kalimat Gilang jadi menggantung karena Alina menyerobot pembicaraan nya.
Sudah dari mana? Kamu kan tinggal di mes sendirian, jadi pasti nya kamu belum sarapan, ayo duduk sini" ajak Alina lalu mengambil kan piring dan mengisi nasi goreng buatan ibu nya.
"Ayo makan yang banyak nak? Biar bisa bekerja dengan kuat" kata bu Diah sambil tersenyum.
Gilang merasa senang sekali, diperhatikan seperti itu oleh keluarga Alina, padahal dirinya saat itu sedang memakai seragam OB nya, tapi keluarga ini sungguh mulia karena tidak membedakan derajat manusia.
Akhir nya Gilang pun menyantap nasi goreng buatan ibu nya Alina sambil mencuri-curi pandang pada Alina.
"Cantik" gumam Gilang tanpa sadar.
"Kenapa nak? nasi goreng nya tidak enak ya? Tanya bu Diah yang sedikit mendengar gumam man Gilang.
"Ng, ngga bu, nasi goreng nya enak sekali, baru kali ini saya menikmati nasi goreng seenak ini" jawab Gilang.
"Kirain ibu ngga enak, ayo jangan malu-malu nambah lagi" kata bu Diah.
Sedang kan Alina hanya diam dengan debaran jantung yang selalu saja berdegup.
Nura dan Nuri hanya tersenyum melihat kakak nya dan Gilang yang selalu saling melirik.
"Nuri sepertinya sebentar lagi kita bakalan punya kakak ipar nih" kata Nura, Nuri hanya mengangguk sambil menghabiskan makanan nya.
"Kalian diam ya dek, habiskan saja makanan kalian, terus berangkat sekolah nanti terlambat" kata Alina sambil menatap tajam ke arah si kembar.
"Kalian kembar? Tanya Gilang dengan tatapan penuh kagum.
"Iya kakak tampan" jawab Nuri, yang langsung mendapatkan pelototan dari Alina kakak nya.
"Kak, kita kan ngga tahu nama nya jadi kita manggil nya kakak tampan saja" jawab Nura.
"Kalian ngga tahu nama nya ya? Kalian bisa baca ngga? Sudah jelas-jelas ada name tag di baju nya, pakai alasan ngga tahu" cerocos Alina.
"Oh iya yah ternyata ada name tag nya, sory kak, tapi kita sudah keenakan manggil kakak tampan" jawab Nuri.
"Terserah kalian lah, tapi lihat saja uang jajan kalian bulan nanti kakak potong lima puluh persen" jawab Alina dengan senyum penuh kemenangan.
"Ya jangan dong kak, iya deh iya kita panggil kak Gilang saja" jawab Nura.
"Ngga apa-apa senyaman kalian saja" jawab Gilang, Gilang merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga Alina, seakan-akan dia ngga mau pergi dari rumah itu.
"Sudah, sudah, kalian ini kebiasaan setiap pagi selalu ribut, maaf ya nak Gilang, mereka memang selalu seperti ini setiap pagi, padahal mereka ini sudah pada dewasa, tapi ya begitu lah kalau mereka sudah bersatu" kata bu Diah yang merasa ngga enak dengan Gilang.
"Ngga apa-apa bu, saya senang kok melihat nya" jawab Gilang.
"Oh ya nak, kamu kerja sekantor dengan Alina? tanya pak Abidin.
"Iya pak, tapi saya di sana cuma jadi OB sedang kan bu Alina bagian HRD, jauh berbeda sekali pangkat nya pak" jawab Gilang .
"Dengar ya nak Gilang, mau pekerjaan apa pun itu semua sama saja, asalkan kita mengerjakan nya dengan ikhlas dan jujur, jadi nak Gilang ngga usah merasa kecil, justru nak Gilang harus bangga menjadi OB, kalau tidak ada OB mereka akan kerepotan, sudah lah kerjaan mereka banyak ditambah harus bersih-bersih dan yang lain nya, jadi inti nya kita harus aling menghargai pekerjaan yang lain nya, dan ngga ada pekerjaan yang hina di dunia ini asal kita melakukan nya dengan hati bersih, jujur dan penuh dengan rasa tanggung jawab yang besar" jawab pak Abidin.
Sungguh baru kali ini Gilang mendengar perkataan yang tulus dari bibir orang-orang yang dia kenal.
"Baru kali ini gue merasa di terima walau pun dengan keadaan gue seperti ini" gumam bathin Gilang.
"Ya sudah, ayo kita berangkat Nur, ntar kita terlambat" ajak Nura.
Nura dan Nuri pun pamit kepada semuanya dengan cara mencium telapak tangan mereka, terakhir mencium telapak tangan nya Gilang.
"Kalian nama nya siapa, sumpah kakak ngga bisa membedakan nya" ucap Gilang sambil menatap Nura dan Nuri.
"Aku Nura, dan ini kembaran ku Nuri" jawab Nura.
"Oh, Nura dan Nuri" kata Gilang sambil menunjuk mereka berdua dengan tatapan bingung nya.
Setelah kepergian Nura dan Nuri, Gilang dan Alina pun pamit untuk berangkat kerja.
"Pak, bu, saya berangkat kerja dulu" pamit Gilang pada pak Abidin dan bu Diah.
"iya nak, hati-hati di jalan, sering-sering lah main kesini" kata bu Diah.
"Insya Allah bu, kalau bu Alina mengizinkan" jawab Gilang sambil melirik ke arah Alina.
"Maaf saya bukan ibu anda" jawab Alina sambil cemberut, dia kesal karena Gilang selalu saja memanggil nya dengan panggilan ibu.
Bu Diah pun tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.
"Bapak kerja ngga hari ini? Tanya Alina.
"Kerja lah nak, kalau ngga kerja kasihan kamu, masa semua nya kamu yang nanggung" jawab pak Abidin.
"Ya ngga apa-apa pak, selama Alina masih sehat dan bisa membantu bapak dan ibu apa salah nya" jawab Alina.
Sungguh dalam hati Gilang, Gilang merasa terharu melihat kasih sayang yang tulus diantara mereka, mereka saling membantu satu sama lain nya, walaupun mereka hidup sederhana tapi kasih sayang diantara mereka begitu lekat, Gilang merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka.