Gabriel Arshaka, pria dengan sejuta pesona yang digilai banyak wanita. Tak ada satupun wanita yang memiliki tahta tinggi dihatinya selain kekasihnya.
Namun karena sebuah kesalahan, ia terpaksa menikahi Jingga, wanita yang menjadi sahabat adiknya dan juga sudah dianggap sebagai adiknya sendiri.
"Aku tidak akan berhenti mengejarmu, sebelum aku berhasil membuatmu jatuh cinta padaku kak" ~ Jingga Oceana.
"Berhentilah melakukan hal sia-sia, tidak ada dalam kamusku jatuh cinta pada bocah ingusan sepertimu" ~ Gabriel Arshaka.
Akankah cinta tumbuh di hati Gabriel untuk Jingga? Bagaimana caranya Jingga menaklukkan hati Gabriel yang selalu menganggapnya seperti anak kecil?
JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL LIKE, KOMEN, FAV DAN VOTENYA YA KAK. KARENA ITU SANGAT BERARTI BAGI AUTHOR.
*****
Sebuah Spin off dari novel MARRIAGE BY MISTAKE. Menceritakan putra kedua pasangan Bella dan Axel dengan putri dari pasangan Dio dan Karin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadiri Pesta.
"Apa yang kau katakan?" Eril menekuk wajahnya, ekspresinya tampak bingung dengan apa yang diucapkan adiknya ini.
"Kakak tahu maksudku, lupakan wanita murahan itu dan fokuslah pada pernikahan Kakak," kata Gwiyomi dengan suaranya yang tegas.
"Memangnya anak kecil sepertimu tahu apa sih? Sudah jangan mengajariku, dimana temanmu itu? Jangan sampai aku terlambat karena menunggu dia," ucap Eril tak mau terlalu menanggapi ucapan adiknya.
"Terserahlah, yang penting aku sudah mengingatkan pada Kakak. Jangan terus bersikap egois, yang namanya penyesalan itu pasti datangnya di akhir, aku harap Kakak tidak terlambat," kata Gwiyomi seraya berlalu meninggalkan Eril yang mematung.
Eril merasa tertampar oleh ucapan adiknya, apa yang dilakukannya keterlaluan? Eril menggelengkan kepalanya, semua ini sudah benar. Ia memang tidak mencintai Jingga, jadi sebaiknya ia mendorong wanita itu jauh-jauh darinya.
"Kakak mencari ku?"
Eril mengangkat pandangannya ketika suara merdu itu menyapa. Ia yang tadinya fokus melihat ponselnya seketika tercengang melihat sosok Jingga yang terlihat sangat cantik. Dengan riasan minimalis yang menonjolkan wajah polos Jingga, entah kenapa mampu membuat seorang Eril tak bisa berkata-kata.
"Kak?" Jingga memanggil Eril karena pria itu hanya diam saja.
"Ya, kenapa lama sekali?" ucap Eril mendadak kelu lidahnya karena begitu terpana dengan kecantikan Jingga.
"Aku pikir masih jam 6, bukannya undangannya jam 7?" ucap Jingga mengernyit.
"Undangannya jam 7, tapi lokasinya sangat jauh, kita harus berangkat terlebih dulu, ayo ...." Eril menyodorkan lengannya pada Jingga.
Jingga menatapnya sekilas sebelum menyambutnya.
"Gwi, aku duluan ya. Makasih udah di temenin," ucap Jingga sebelum pergi meninggalkan salon.
"No problem, kau sangat cantik. Tersenyumlah, aku yakin banyak pria yang akan terpesona olehmu nanti," ucap Gwiyomi sengaja menyindir Kakaknya.
Eril mendengus kesal, ia melirik adiknya tajam tapi Gwiyomi hanya berwajah santai saja. Eril segera mengajak Jingga untuk berangkat ke lokasi pesta. Entah mimpi apa ia semalam, tanpa di suruh ia malah membukakan pintu untuk Jingga.
"Terima kasih Kak," ucap Jingga tersenyum tipis.
Eril menarik sudut bibirnya, ia memutari mobilnya lalu membawanya pergi menuju pesta. Sepanjang perjalanan itu, tak banyak obrolan yang terjadi antara keduanya. Hanya sesekali Eril melirik Jingga yang anteng di sana.
"Nanti jaga sikapmu, banyak kolegaku yang akan datang," ucap Eril ketika mobil mereka memasuki area gedung pesta.
"Kakak pikir aku akan melompat-lompat di sana?" sungut Jingga sebal.
"Aku serius!" seru Eril menatap Jingga tajam.
"Iya iya, aku juga tahu. Gimana penampilanku? Udah cantik belum?" tanya Jingga sebenarnya sangat gugup sekali saat ini, ia berusaha mengontrol dirinya agar tidak terlihat terlalu tegang.
Eril menatap Jingga dari atas, sudah sangat cantik. Jingga sepertinya memang sudah ditakdirkan menjadi seorang wanita yang sempurna. Dari porsi tubuh dan wajahnya terlihat sangat sempurna.
"Memangnya sejak kapan sih kau cantik?" ucap Eril tak mau mengakui kalau Jingga cantik.
"Halah, bilang aja aku cantik. Nggak perlu gengsi Kak," kata Jingga memutar bola matanya tak percaya dengan ucapan Eril.
"Itu hanya menurutmu," sahut Eril acuh.
"Benarkah? Tapi kenapa sejak tadi Kak Eril menatapku terus?" ucap Jingga menyipitkan matanya.
"Oh itu, aku ehm ..." Eril kebingungan sendiri ingin mengatakan apa, ia mencari-cari apa yang ia bisa komplain dari Jingga. "Nah itu, lipstikmu itu sangat merah, seperti badut," ucap Eril asal saja.
"Masak sih Kak?" Jingga memutar kaca di di mobil Eril, ia melihat lipstiknya yang sangat marah. "Iya, merah banget ini. Gimana dong," kata Jingga tak nyaman jika terlihat begitu menor.
"Bersihin dulu, aku tunggu," kata Eril.
"Pakai apa? Kakak ada tisu?" ucap Jingga ingat kalau ia tidak membawa tisu karena tidak muat di dompetnya yang kecil.
Eril mencari-cari tisu untuk Jingga, kadang ada di dalam mobilnya karena ia sering melepas andrenalin dengan Jenny di mobil. Tapi kenapa tidak ada? Apa mungkin sudah habis?
"Nggak ada, udah biarin gitu aja deh," kata Eril tak terlalu ambil pusing sebenarnya, tapi ia tadi hanya mencari-cari alasan.
"Tapi ini merah banget Kak," kata Jingga merengek.
Eril berpikir sejenak, ia menatap wajah Jingga yang terlihat kebingungan. Ia lalu tersenyum jahil saat menemukan ide cemerlang di kepalanya.
"Kau bisa membersihkannya tanpa tisu, apa mau aku bantu?" kata Eril mengerlingkan matanya.
"Bantu pakai apa? Tangan? Ogah," kata Jingga.
"Bukan, kau bisa menghapus lipstik mu dengan mentransfernya di tubuhku," kata Eril tersenyum-senyum tidak jelas.
"Maksudnya?" tanya Jingga tak mengerti.
Eril masih tersenyum tipis, ia membuka jas dan dasinya lalu membuka kancing kemejanya satu persatu. Jingga menekuk wajahnya heran dengan tingkah Eril ini.
"Kau bisa mentransfer lipstikmu disini," kata Eril menunjuk dada bidangnya yang terbuka.
"Apa?" Jingga terkejut dengan ide Eril yang menurutnya sangat konyol. Itu artinya dia harus mencium dada Eril 'kan?
"Terserah, kau mau atau tidak, jika mau silahkan, jika tidak ya ayo masuk dengan lipstik badutmu," kata Eril memasang wajah cueknya.
Jingga terdiam, ia bingung harus memilih yang mana. Tapi Eril benar, jika ia tidak melakukan ini, ia harus masuk dengan penampilannya yang menor.
"Mau atau tidak?" Eril kembali bertanya seraya melihat jam tangannya, ingin mengingatkan Jingga kalau waktunya tidak banyak.
"Aku mau," Jingga menyahut cepat.
"Silahkan," ucap Eril membuka kemejanya lebih lebar.
Jingga mengigit bibirnya, perlahan ia mendekatkan dirinya kepada Eril. Mata keduanya saling tatap dengan debaran jantung yang sama. Jingga sempat meneguk ludahnya kasar begitu melihat otot-otot kekar suaminya ini.
"Waktumu tidak lama Jingga," ucap Eril tak sabar.
Jingga memejamkan matanya, ia memegang bahu Eril lalu mendaratkan bibirnya tepat di atas pu ti ng Eril.
Eril mengepalkan tangganya, bibirnya setengah terbuka saat bibir basah itu menyentuh kulitnya. Ini benar-benar gila, kenapa hanya dengan seperti ini juniornya langsung berkedut.
"Sudah belum Kak?" ucap Jingga mengangkat wajahnya dari dada Eril.
"Tinggal sedikit lagi, aku akan membersihkan sisanya," ucap Eril menarik lengan Jingga lalu menempelkan bibirnya di atas bibir Jingga. Me lu matnya perlahan untuk meredam tegangan dalam dirinya.
*****
Jingga menunggu Eril yang masih berada di dalam mobil. Ia tak tahu pria itu masih melakukan apa, yang jelas setelah mencium bibirnya, Eril memintanya menunggu di luar.
Eril baru keluar setelah 15 menit kemudian, ia menenangkan dirinya sendiri yang mendadak ingin sekali mengajak Jingga berbagi peluh di ranjang.
"Sudah, ayo masuk," ucap Eril bersikap biasa saja agar Jingga tidak curiga.
Eril langsung menggandeng mesra pinggang istri kecilnya saat memasuki area gedung pesta. Saat mereka masuk, ternyata tak sengaja bersamaan dengan sosok wanita yang selama ini mengacaukan hari-hari Eril.
Happy Reading.
Tbc.