Hasna Az Zahra terpaksa harus menikahi Mantan Mertuanya setelah tunangannya meninggal dunia. Dalam pernikahan ini, dia menjadi orang ketiga, di perlakukan tidak adil, menjadi istri yang tak di anggap. Mantan Mertuanya sangat membencinya dan menyalahkan dirinya atas kecelakaan anak semata wayangnya.
Akankah Hasna bertahan menjadi madu Mantan Mertuanya atau memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Tidur
Serkan memandang aneh makanan di depannya, meskipun air liurnya seakan ingin menetas, tapi ia seumur hidupnya tidak pernah makan hidangan aneh di depannya, katanya 'nasi goreng' tidak sehat.
Apa tuan akan memakannya? batin Andreas meringis. Dia pun juga tidak pernah memakan hidangan aneh itu, walaupun dia mengikuti jejak sang tuan ke Indonesia yang telah menjadi salah satu menu favorite di Indonesia.
"Tuan biar saya ..."
Serkan memberi kode lewat tangannya dan Andreas langsung bungkam. Namun hatinya tetap meringis, akankah sang bos memakannya?
"Oh maaf, orang kaya seperti kalian tidak akan memakan masakan aneh seperti ini, di sini tidak ada roti, jadi aku membuat sarapan seadaanya saja." Ucap Hasna. Dia mengerti kalau kedua pria itu sangat menjaga pola makan.
Tanpa mendengarkan Hasna lagi, berkutat dengan pikiran dan batinnya, Serkan mengambil sendok di piring itu, menyendok nasi piring itu, lalu menyuapi ke dalam mulutnya.
Kedua mata seakan mengikuti kunyahan mulutnya, dia mengangguk, baru pertama kalinya dia memakan masakan aneh, tapi menurutnya luar biasanya sangat enak. Dia pun kembali menyendok makanan itu, lalu masuk ke dalam mulutnya.
Apa masakan itu seenak itu? aku jadi ingin batin Andreas yang melihat sang bos makan begitu lahapnya.
"Andreas, kau juga ingin?" tanya Hasna. Dia lupa tidak menawarkannya pada Andreas.
Sebelum Andreas menjawab perkataan Hasna, Serkan mendahuluinya.
"Dia sudah sarapan?"
Hasna saling menatap kedua pria itu. Namun baginya, entah Andreas sudah makan atau tidak, tetap saja harus di tawari makan.
"Kalau kau mau makan, masih banyak." Ucap Hasna kembali.
"Aku sudah bilang, dia sudah sarapan." Dengus Serkan, hatinya susah berbagi untuk Andreas. Entahlah, dia tidak ingin berbagi.
"Tidak boleh seperti itu Om, kita harus menawarinya. Siapa tahu Andreas ingin dan kita tidak boleh mengabaikan keinginannya."
"Duduklah, aku akan mengambilkan sepiring lagi untuk mu."
Semenjak kapan tuan Bos berdebat masalah makanan? Ayam jantan masih berkokok kan?
"Tidak perlu, saya sudah sarapan." Andreas tidak ingin menjadi amukan masa Serkan, dia tahu betul pria itu akan membalasnya seperti apa.
"Aku mau lagi," ucap Serkan sambil menyodorkan piring yang telah habis. Hasna tersenyum, wajah suaminya membuatnya gemas. Seperti seorang anak yang harus di turuti, kalau tidak, akan mengamuk.
Hasna mengambil piring itu, lalu mengambilnya lagi dan menyerahkan pada Serkan.
Pria itu pun kembali memakannya dengan lahap dan membuat Andreas lagi-lagi tidak percaya apa yang ia lihat.
Ini bukan Jin kan? tapi bos ku kan?
Serkan merasa puas, perutnya kenyang dan kali ini ia ingin tidur. Rasanya sangat enak kalau sudah kenyang pas tidur.
"Aku ingin tidur," gumam Serkan.
Seketika kedua mata Andreas membulat, dia kembali tidak di buat percaya dengan orang di depannya.
Hasna bimbang, kalau dia menyuruh suaminya tidur dan menginap di rumahnya, lalu bagaimana dia bisa berjualan?
"Apa Om ingin tidur di sini?" tawar Hasna dengan hati-hati.
"Aku sudah mengantuk," ucap Serkan. Dia menguap, tapi memang benar kalau matanya terasa berat.
"Ya sudah, tunggu dulu."
Hasna bergegas membersihkan ranjang kecil dengan sapu lidi, membenarkan posisi bantalnya.
"Tuan, biar saya antar ke hotel terdekat." Tawar Andreas. Dia tidak yakin kalau Serkan akan tidur di rumah sempit ini.
"Om sudah selesai, ayo." Ajak Hasna.
Serkan menurut saja, hatinya menginginkannya. Dia pun masuk ke salah satu kamar itu dan menatap sekelilingnya. Kamar yang hanya muat satu ranjang kecil dan satu lemari plastik.
"Maaf tidak seperti di rumah Om, tapi kalau Om tidak mau tidur di sini tidak apa-apa," ucap Hasna. Karena ia tidak merasa yakin kalau tuan kaya di depannya mau tidur di kasur keras.
"Hem,"
Serkan mendaratkan bokongnya ke atas ranjang. Tidak buruk, walaupun sempit dan tidak panjang, tapi hatinya menikmati.
Dia pun membaringkan tubuhnya dengan berselonjor, tapi sayangnya kakinya melewati ranjang pendek di depannya.
Dia menekuk kedua kakinya, lalu menghadap ke samping membelakangi Hasna. Walaupun kasur itu keras di tubuhnya, tapi hati kecilnya menikmatinya.
"Om," sapa Hasna.
Serkan beranjak dan menatap Hasna.
"Apa nyaman? boleh Hasna membuka dasi di leher Om supaya nyaman untuk tidur, sekaligus sepatunya?"
"Ya sudah,"
Hasna mendekat, dengan dada yang berdebar-debar tak karuan dan gugup, dia membuka dasi yang mengerat di kerah leher suaminya.
Serkan memandang wajah Hasna di ikuti debaran jantungnya, ia mengamati setiap inci wajahnya. Alis hitam dan tidak terlalu tebal, bulu mata yang lebat dan melengkung ke atas dan mata yang bulat, hidung mancung dan jangan lupakan bibirnya yang sangat ****.
Glek
Seketika Serkan ambyar, dia bahkan menginginkan bibir itu. Ia pun menggeleng dengan cepat.
"Ada apa Om? apa Om merasa pusing?" tanya Hasna lagi. Serkan langsung menjauh, kebetulan ikatan dasinya sudah terlepas, tinggal hasna membuka dasi di kerahnya saja.
"Tidak!" gugup Serkan. Seumur hidupnya ia tidak pernah segugup ini.
"Ya sudah,"
Hasna membuka satu per satu sepatu di kaki suaminya, lalu kaos hitam yang menutupi kedua kakinya.
"Sudah, Om sekarang boleh tidur, tapi maaf, Hasna harus keluar manjajakan gorengan Hasna."
"Biar Andreas saja yang menemani Om,"
"Siapa juga yang mau di temani oleh mu?" Serkan membaringkan tubuhnya, dua menekuk kedua kakinya dan kembali ke posisi miring menghadap ke tembok, membelakangi Hasna.
Hasna yang masih berdiri pun memegangi dadanya yang berdebar, dia menarik nafasnya lalu menghembuskannya.
makanya Azzam memilih calon istrinya utk mendampingi ayahnya