Peran Pengganti Kakakku

"Selamat Sore," sapa Azmia saat berada di samping orang tersebut.

"Sore," balasnya tanpa menoleh kearah Azmia.

'Suara itu,' batin Azmia. Dia pun semakin mendekat dan duduk di depan orang tersebut betapa bahagianya dia saat melihat siapa yang mencarinya. Azmia tak percaya dia datang menemuinya.

"Kenapa bengong begitu?" tanya orang tersebut.

"Mia, nggak lagi mimpi kan?" bukan menjawab pertanyaan Azmia malah balik bertanya.

"Tidak." Orang tersebut mencubit pipi Azmia.

"Au sakit," keluh Azmia. "Ini beneran Abang. Abang kapan pulang?" tanya Azmia.

"Baru pulang, Abang langsung kesini," jawabnya.

"Kenapa Abang tidak memberi kabar pada Mia." Azmia memukul pelan tangan orang itu.

"Abang sibuk sayang," balasnya sambil mengelus lembut kepala Azmia.

Abang Angga -- saudara dari keluarga Pranata. Orang yang sangat menyayangi Azmia. Angga baru kembali dari luar kota untuk mengurus perusahaan papanya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Angga.

Azmia mengangguk sebagai jawaban.

"Maaf, kemarin Abang tidak bisa menolong kamu," ucap Angga dia begitu menyesal karena tidak bisa hadir di pernikahan kemarin andai saja di ada di situ pasti semua tidak akan seperti ini.

"Sudahlah, Bang tidak perlu di bahas lagi." Azmia menundukkan wajahnya hatinya begitu sesak kalau mengingat kejadian kemarin. Tanpa permisi air matanya mengalir begitu saja.

"Jangan menangis ada Abang disini. Abang akan selalu ada buat kamu," ucap Angga sambil memegang erat tangan Azmia.

"Kita ngobrol di depan saja, disini nggak enak kalau ada yang lihat," ajak Angga kemudian ia berdiri dari duduknya dan menggenggam tangan Azmia membawanya keluar kafe. Mereka memilih duduk di meja paling pojok di bawah pohon mangga supaya lebih nyaman saat mereka ngobrol.

"Maafkan, Abang karena datang terlambat." Angga membuka suara.

"Tidak apa, Bang. Mungkin memang ini adalah takdir Mia," ucap Azmia berusaha untuk tegar menerima semua kenyataan ini karena waktu tidak akan bisa di putar kembali ibarat kata nasi sudah menjadi bubur.

"Kemana Rania pergi?" tanya Angga.

"Mia tidak tahu, Bang. Mia juga terkejut saat Papa bilang Kakak kabur," jelas Azmia.

"Bagaimana dengan suami mu?" tanya Angga.

"Alhamdulillah, Mas Alby mau menerima Azmia," jawab Azmia.

"Alhamdulillah kalau gitu, tapi kalau kamu ada masalah bilang sama Abang. Abang akan selalu ada buat kamu. Abang tidak akan membiarkan orang menyakiti Adik Abang," ucap Angga dengan tegas.

"Iya Abang, insya'Allah Mia masih mengatasi semua masalah itu." Azmia berusaha meyakinkan Angga. Dia tidak mau orang lain mengetahui masalah rumah tangganya karena itu adalah aib yang harus dia tutupi.

"Bagaimana dengan kabar Mami Erna dan Papi Bagas?" tanya Azmia.

"Alhamdulillah, Mami dan Papi sehat," jawab Angga.

Erna dan Bagas -- orang tua Angga. Dari kecil Azmia selalu manggil orang tua Angga dengan Mami, Papi karena mereka tidak punya anak perempuan jadi mereka menganggap Azmia anak mereka sendiri, Azmia juga sering menginap di rumah Angga. Maka dari itu Angga selalu menyayangi Azmia.

"Abang ingin minum?" Azmia menawarkan minuman ke Angga.

"Boleh, tapi Abang mau Adik Abang yang bikin," ucap Angga.

"Siap, Bos." Azmia berdiri dari duduknya masuk ke dalam Kafe menuju dapur.

"Ada bisa saya bantu, Mba?" tanya salah satu karyawan yang berada di dapur.

"Tidak, saya hanya ingin bikin minuman saja," jawab Azmia. Setelah selesai membuat minuman Azmia berjalan menuju tempat tadi ia bersama Angga, tapi saat di perjalanan dia melihat pemandangan yang sangat luar biasa membuatnya semakin merasa tidak berarti.

'Kamu pasti bisa Azmia,' batinnya

***

Jangan lupa like dan vote ya kakak