Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.
"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.
Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 1
Panggung festival musik selalu menjadi tempat favorit bagi Ganesha. Sebab di sana, meski hanya sekejap saja, dia bisa merasa disayangi oleh Tenggara.
Bagaimana cara Tenggara menatapnya ketika mereka sedang berada di atas panggung selalu berbeda. Seolah ada sisi lain di dalam diri lelaki itu yang akhirnya bersedia muncul, sudi membagikan sedikit saja kasih sayang kepada Ganesha yang selama ini telah jatuh cinta sendirian.
Terhitung sudah hampir tiga tahun Ganesha bergabung ke dalam Zaloria, band yang didirikan oleh Tenggara ketika dunia sedang tidak baik-baik saja. Pandemi covid yang melanda pada awal tahun 2020 telah merenggut banyak sekali korban jiwa. Air mata kehilangan tumpah ruah, kesedihan dapat dengan mudah ditemukan di mana-mana.
Di tengah keputusasaan itu, Tenggara datang menawarkan sebuah kesempatan. Untuk menjadi penghibur bagi jiwa-jiwa kesepian yang ditinggal mati oleh para kesayangan.
Awalnya, Zaloria hanya aktif di sosial media karena adanya pembatasan aktivitas terkait pandemi yang masih berlangsung. Tenggara secara khusus membuatkan akun di berbagai platform, yang kemudian digunakan sebagai tempat untuk mengunggah video-video menyanyi mereka yang dahulu kebanyakan hanya membawakan ulang lagu-lagu hits milik musisi dalam maupun luar negeri yang namanya telah dikenal luas.
Sampai kemudian, di suatu sore yang berhujan, Tenggara berhasil menulis sebuah lagu kemudian merilisnya di kanal YouTube Zaloria. Tidak ada yang menyangka bahwa lagu ciptaannya itu yang pada akhirnya membawa nama Zaloria semakin besar. Sebab hanya dalam 24 jam setelah dirilis, video itu telah berhasil masuk ke top 3 trending, bahkan bertahan selama hampir dua minggu penuh.
Perlahan-lahan, popularitas Zaloria semakin besar. Pengikut mereka di sosial media naik pesat. Yang awalnya hanya ratusan, kini lebih dari tujuh juta. Ketika pandemi covid mulai mereda dan festival musik mulai banyak digelar, Zaloria juga turut andil menjadi pengisi acara yang paling dinantikan.
Besarnya nama Zaloria bukan hanya menjadi berkah, tetapi juga sekaligus menjadi sedikit kabar baik bagi Ganesha. Karena sejak mereka mulai aktif mengisi panggung festival musik, ia merasakan perubahan sikap Tenggara yang cukup signifikan.
Tidak. Tenggara bukannya selalu bersikap jahat kepadanya. Sembilan tahun saling mengenal, Tenggara adalah seorang teman yang baik secara keseluruhan. Hanya saja, sikap lelaki itu benar-benar berubah menjadi jauh lebih manis ketika mereka sedang pentas. Tatapan matanya, caranya berkomunikasi, semuanya. Ganesha seolah menemukan angin segar di tengah sekaratnya ia dalam mencintai seorang diri.
"Sore ini, ayo kita bersenang-senang."
"Yaaaa!!!"
"Sedang mendung. Kalau turun hujan, kita menari bersama, ya. Saling bergandeng tangan, saling menjaga agar tetap aman. Bagaimana? Setuju?"
"Yaaaa!!!"
Dan cara Tenggara memperlakukan para penggemar selalu berhasil membuat Ganesha semakin tenggelam dalam kubangan cinta tak berdasar. Senyum hangat yang menyebar, sorot mata penuh binar, suara lembut yang serupa lullaby itu selalu mampu membawa Ganesha kembali ke titik awal, ketika ia pertama kali jatuh cinta pada lelaki itu, sembilan tahun lalu.
Riuh suara penonton mulai memudar. Bukan karena mereka memang telah berhenti berteriak, melainkan Ganesha yang telah kembali tersihir oleh sosok Tenggara yang tidak pernah tidak terlihat menarik di matanya. Gerak bibir lelaki itu telah membuat Ganesha candu, ia bisa menghabiskan waktu seharian hanya untuk diam memperhatikan bagaimana bibir-bibir merah merekah itu memuntahkan kalimat-kalimat positif menenangkan hati.
Sudah sembilan tahun, dan Ganesha masih yakin bahwa Tenggara adalah pemeran utama di dalam kisah cintanya yang... semoga saja berakhir bahagia.
...°°°°°°°°°°...
"Good job, Esha." Sebuah tepukan mendarat di kepala Ganesha ketika gadis itu tengah menyesap americano miliknya. Ia sedikit mendongak, meskipun sudah tahu siapa dalang di baliknya.
Tenggara berdiri persis di depannya, menunduk dengan segaris senyum yang dikulum. Binar matanya masih secerah biasanya, meski kini, sudah tak sedalam ketika mereka masih menjalani peran sebagai penghibur di atas panggung.
"Di luar masih hujan?" usai meletakkan cup americano ke atas meja, ia bertanya demikian. Tadi, hanya beberapa saat setelah mereka selesai membawakan lagu terakhir, hujan betulan turun. Untung saja mereka sudah pamit undur diri dan sampai di backstage tepat waktu sebelum titik-titik air jatuh membasahi bumi. Karena kalau telat sedikit saja, ia harus merelakan dirinya basah hanya untuk membuat fans mereka senang.
Selain terkenal gentle dan sweet, Tenggara Naratama juga dikenal sebagai musisi dengan fanservis paling top sejagad raya. Apa pun yang fans inginkan, lelaki itu akan berusaha untuk mewujudkannya. Termasuk betulan menari di bawah hujan, meski sudah tahu sehabis itu Ganesha akan menggigil kedinginan dan terserang demam.
"Demi fans yang udah bantu Zaloria jadi sebesar ini, Sha." Itu yang Tenggara selalu katakan ketika Ganesha bertanya mengapa mereka harus melakukan banyak sekali hal, yang terkadang tidak benar-benar mereka inginkan.
Sekali dua kali, masih terasa wajar. Tetapi lama-kelamaan, Ganesha merasa mereka sudah bukan lagi memberikan fanservis. Mereka justru tampak seperti budak yang harus bergerak sesuai dengan apa yang dimau oleh majikan mereka. Lama-kelamaan, dia juga menjadi muak.
"Masih gerimis dikit."
Ganesha mengangguk, lalu mengeluarkan ponsel model lawas miliknya dari dalam saku jaket yang dia kenakan. "Enam hari ke depan kita nggak ada jadwal, kan?" tanyanya, "Gue mau liburan ke Bandung, ngademin pikiran."
"Ke Bandung sama siapa?"
Tanpa menoleh, Ganesha menjawab, "Sendiri. Gue wonder woman, kalau lo lupa."
Suara kekehan terdengar samar, lalu tak lama setelahnya Ganesha menemukan Tenggara sudah duduk persis di depannya. Jarak yang cukup dekat membuat lutut mereka saling bersinggungan. Sementara dalam keadaan begitu, Ganesha justru semakin menundukkan kepala, enggan beradu tatap dengan Tenggara karena itu hanya akan membuatnya seperti sedang melakukan aksi bunuh diri yang berakhir tragis.
"Kenapa perginya nggak sama gue aja?"
Jangan bercanda! Namun sebagai gantinya, Ganesha hanya meloloskan kekehan ringan. Sebab dia tahu betul, Tenggara tidak serius.
Menemaninya berlibur ke Bandung? Lelaki itu bahkan tidak pernah mengantar jemput dirinya hanya karena rumah mereka berlawanan arah. Akan menyenangkan jika Tenggara serius dengan ucapannya, tetapi karena Ganesha tahu itu hanya bualan belaka, maka dia tidak banyak menaruh harapan.
"Gue serius. Ayo kita pergi berdua," ujar lelaki itu lagi.
Kali ini, Ganesha mendengus. Ia lantas meninggalkan ponselnya di atas pangkuan, mendongakkan kepala sambil merapal doa agar ia mampu menghadapi sorot mata Tenggara yang terlampau tenang dan diam-diam menghanyutkan.
"Dalam rangka apa tiba-tiba lo kepikiran buat pergi berdua sama gue, Kak?" tanyanya. Karena sungguh, dia penasaran. Rencana apa lagi yang sedang disusun oleh lelaki itu di dalam kepalanya saat ini?
"Dalam rangka menyenangkan fans. 'Tenggara dan Ganesha liburan berdua ke Bandung, kencan?' narasi kayak gitu bakal muncul jadi headline, bayangin segimana happy fans kita nanti."
Dan dengan begitu saja, Ganesha mendecih. Fans, fans, dan fans. Selalu hanya ada fans di dalam kepala Tenggara, tidak ada yang lainnya.
"Skip. Gue mau liburan dengan tenang, buat nyenengin diri gue sendiri, bukan orang lain." Ganesha menolak mentah-mentah. Gadis itu kemudian bangkit setelah menggenggam kembali ponselnya. Tak lupa menyambar cup americano yang masih setengah penuh sebelum ngeloyor meninggalkan Tenggara di tempat lelaki itu duduk.
"Fans mulu yang ada di otak lo. Sesekali mikirin perasaan gue juga dong, anjing." Gerutunya. Tak peduli bahkan jika staf perempuan yang barusan berpapasan dengannya bisa mendengar gerutuan kasar yang dia keluarkan.
"Argggghhhh!!! Tenggara sialan!" Dan sayang seribu sayang, dia hanya bisa meneriakkan itu di dalam kepalanya.
Karena mau bagaimana pun, Tenggara masih jadi main character yang tidak bisa begitu saja dia gantikan dengan yang lain, tak peduli seberapa kesal dan frustrasinya ia terhadap kelakuan lelaki itu.
Bersambung...
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅