Dania terpaksa menggantikan posisi kakak tirinya, Adelia sebagai seorang mempelai wanita dari seorang lelaki yang bernama Daniel Dirgantara.
Tanpa sepengetahuan Dania, ternyata Daniel memiliki kelainan mental. Ia mengalami Intermittent Explosive Disorder, di mana ia tidak bisa mengontrol kemarahannya. Ia bisa membanting dan menghancurkan apa saja, bahkan ia bisa melukai siapapun yang berada di dekatnya.
Hal itu pula lah yang membuat Adelia memilih kabur dan meninggalkan Daniel, beberapa hari sebelum hari pernikahan mereka.
Bagaimana nasib Dania yang akhirnya berada di bawah kungkungan Daniel?
#Cerita ini hanya lah fiktif belaka, jika ada yang tidak masuk akal, mohon sekiranya dimaklumi. ❤❤❤
💗Terima kasih 💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Erick Nugraha
Setelah Pak Adi menanda tangani surat perjanjian itu, mereka pun segera pamit dan pulang.
Sepeninggal keluarga Pak Adi, Daniel masih menatap selembar kertas yang sudah ditanda tangani oleh Pak Adi tersebut dengan ekspresi wajah datar.
"Berita pernikahan ini sudah terlanjur tersebar dan jika pernikahan ini batal, di mana aku akan menaruh mukaku ini? Jadi, tidak ada pilihan lain selain menerima gadis itu sebagai pengganti Adelia. Lalu ... apa yang harus aku kepada gadis aneh itu? Apakah aku harus menjadikan dirinya sebagai pelayan di rumahku, Roy? Tapi rasanya tidak cocok, secara gadis itu cantik. Benar 'kan? Apa menurutmu gadis aneh itu cantik?" tutur Daniel kemudian.
Roy mengangguk pelan. "Ya, menurut saya Nona Dania itu cantik, Tuan."
"Oh ya, Roy. Sekarang urus kembali segala sesuatunya, ganti nama Adelia dengan nama gadis itu!" perintah Daniel sembari bangkit dari posisinya.
"Baik, Tuan. Akan saya laksanakan," jawab Roy dengan tegas.
Roy mengikuti langkah kaki Daniel dari belakang. Kini saatnya istirahat makan siang dan sebagai manusia normal, kedua lelaki itu pun sudah merasa lapar dan butuh makanan untuk mengganjal perut kosong mereka.
***
Hari pun berganti hari, dan tak terasa acara pernikahan Daniel dan Dania akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Hari ini merupakan hari terakhir Dania melakukan aktivitas belajar dan mengajar anak-anak didiknya. Sebelum besok ia harus bersiap menghadapi hari pernikahannya bersama Tuan Daniel.
Dengan menggunakan sepeda kesayangannya, Dania tiba di tempat itu. Kedatangan Dania disambut hangat oleh Erick Nugraha, sahabatnya sekaligus pemilik yayasan tersebut. Lelaki yang usianya sama dengan Tuan Daniel itu berjalan menghampiri Dania kemudian menyapanya, sama seperti biasanya.
"Pagi, Dania. Tumben terlambat," sapa Erick dengan senyum semringah.
"Pagi, Mas Erick. Maaf, aku terlambat karena ada sesuatu yang harus aku kerjakan pagi ini, yang tidak bisa aku tinggalkan," tutur Dania sembari membalas senyuman lelaki itu.
Sebenarnya tadi pagi Dania kembali berdebat dengan Pak Adi dan Bu Ida. Kedua orang tua itu sama sekali tidak ingin berusaha mencari keberadaan Adelia setelah Tuan Daniel bersedia menerima dirinya.
Setelah selesai memarkirkan sepedanya, Dania dan Erick pun segera memasuki tempat itu, di mana anak didik mereka sudah menunggu untuk mendapatkan pengajaran.
"Sebenarnya ada apa denganmu, Dania? Sepertinya kamu sedang punya masalah. Ceritakan lah padaku, siapa tahu aku bisa membantumu," ucap Erick yang ternyata memperhatikan wajah kusutnya Dania sejak beberapa hari yang lalu.
Dania tersenyum kecut kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Aku baik-baik saja kok, Mas."
"Sudahlah, Dania, jangan bohong. Aku mengenalmu sudah sejak lama dan aku dapat membedakan ekspresi wajahmu ketika kamu berkata bohong padaku. Lihatlah, hidungmu kembang-kempis dan kamu tidak berani membalas tatapanku. Sekarang katakan yang sebenarnya padaku, siapa tahu aku bisa membantu," bujuk Erick.
"Mas ini bisa saja! Masa sih hidungku kembang-kempis?" Dania memegang hidungnya sambil menatap lelaki itu dengan wajah menekuk.
Erick tergelak. "Aku serius! Coba kamu tes ketika kamu berkata bohong dan lihatlah hidungmu. Hidungmu akan kembang-kempis sendiri tanpa kamu sadari."
Dania sempat ikut tertawa pelan setelah mendengar penuturan lelaki itu. Namun, beberapa detik berikutnya, ekspresi wajah Dania kembali terlihat kusut dan tampak penuh beban.
"Apa Mas ingat kalau seminggu yang lalu aku pernah bercerita bahwa Kakakku, Adelia kabur dari rumah?" ucap Dania, mencoba menceritakan kejadian itu.
Erick menganggukkan kepalanya. "Ehm, ya, aku ingat. Memangnya kenapa?" tanya Erick lagi.
"Lelaki yang menjadi calon suami Kak Adel tidak terima dan ia minta ganti rugi dengan sejumlah uang yang pastinya tidak sedikit. Jadi, sebagai gantinya, aku harus menggantikan posisi Kak Adelia menjadi pengantin wanitanya," tutur Dania dengan mata berkaca-kaca.
"Apa?!" pekik Erick dengan mata membulat. Ia tidak percaya bahwa ternyata Dania akan segera menikah. "La-lalu bagaimana denganku? Ehm, salah! Maksudku, bagaimana dengan nasib anak didikmu? Mereka masih membutuhkan dirimu, Dania."
Erick menatap sendu kepada gadis itu. Ia berharap apa yang ia dengar sebelumnya hanyalah sebuah lelucon dan bukan yang sebenarnya.
"Entahlah. Aku sendiri tidak tahu bagaimana nasibku ke depannya bersama lelaki itu. Lelaki yang tidak aku ketahui siapa dan bagaimana sifatnya. Tapi, semoga saja dia tidak melarangku untuk tetap mengajar di sini," sahut Dania dengan kepala tertunduk.
"Dania ...." Erick meraih tangan Dania kemudian menggenggamnya dengan erat. "Tidak bisakah kamu menolaknya?" lanjut Erick sambil menatap lekat wajah Dania.
Dania menggelengkan kepalanya pelan. "Jika aku menolak maka ayah dan ibuku harus mengganti kerugian lelaki itu, Mas. Bayangkan saja jika kerugian lelaki itu sebesar 100 juta, dan ia meminta diganti 10 kali lipat, 100 dikali 10, ah!" Dania menutup wajahnya dengan kedua tangan membayangkan banyaknya jumlah uang tersebut.
Erick terdiam sejenak sambil berpikir keras. Ia melepaskan genggaman tangannya, kemudian menepuk pundak Dania pelan, untuk menenangkan gadis itu. "Bersabarlah, Dania. Semoga Tuhan membuka hati lelaki itu dan melepaskan keluargamu," ucap Erick.
...***...
"suamiku"
dania munafik kalau kau sadar punya suami apa pantas kau pergi dengan lelaki lain, berinteraksi kayak sepasang kekasih lagi kencan
dania munafik kalau kau benarkan kelakuan menjijikan mu dengan erick berarti suami juga boleh dong punya teman wanita lain dan berinteraksi sepertimu
untuk para author, belajar lagi mana benar mana salah, buka pikiran mu apakah seorang istri bebas berteman dan pergi berduaan dengan lelaki lain kayak sepanjang kekasih itu itu kalian anggap sesuatu yang benar, klo kalian benarkan perbuatan dania berarti boleh donk suami kalian punya teman wanita dan pergi berduaan dengan wanita lain
walau uji hanya novel tapi pakai juga pikiran dan hatimu biar bisa membedakan mana salah mana benar
Aku pasti,Sam punya yg lain diluar sana selain Adelia...👏👏👏