Kehidupan rumah tangga Riana baik-baik saja, sampai suatu malam dia tak sengaja bertemu dengan Almeer. Seorang pemuda yang hadir ke dalam hidupnya dan membuat biduk rumah tangganya menjadi kacau.
Rumah tangga Riana tak dapat lagi diselamatkan, setelah suaminya mengetahui Riana sedang mengandung anak dari pria lain.
Bagaimana lika-liku percintaan Riana dan Almeer?
Akankah mereka menemukan kebahagiaan?
Salahkah apa yang Riana lakukan?
Ikuti kisah selengkapnya.
Follow IG : @poel_story27
Cover By : @wnc_design_didesc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerai!!
Sesak, dada Riana sungguh mendengar tuduhan yang dilontarkan Tashlim. Sementara itu Tashim masih terlihat santai setelah mengucapkan kalimat sampah, yang membuat darah Riana mendidih sampai ke ubun-ubun.
Riana akan menerima segala bentuk penghinaan untuk dirinya, karena dia memang salah. Tapi siapa yang akan diam jika mendengar ibunya dikatai j4lang? Hal ini pun berlaku pada Riana yang tidak akan diam begitu saja.
"Mas, jangan sekali-sekali kamu hina ibuku! Dalam hal ini aku memang salah. Tapi ibuku, dia tidak sekotor yang kau pikirkan!" Riana meninggikan intonasi suaranya.
Entah sadar atau tidak, tangan Riana mengayun ke wajah suaminya. Mungkin karena hatinya terbakar karena penghinaan Tashlim kepada ibunya, tamparan yang dilayangkan Riana itu seakan full power, sehingga meninggalkan jejak kemerahan di pipi Tashlim.
Tashlim begitu terkejut, matanya terbelalak menatap emosi kepada Riana.
"Berani kau menamparku, Ana! Dasar wanita murahan, istri durhaka!" sentak Tashlim seraya melayangkan tangannya, membalas apa yang baru saja Riana lakukan.
Plaakk!
Tamparan itu berkali-kali lipat lebih keras daripada yang diberikan Riana tadi. Sehingga membuat pandangan Riana menjadi kabur dan ia pun terduduk lemah di lantai.
Sementara Tashlim seperti tidak memiliki belas kasihan, alih-alih menyesal dia malah berdiri di depan Riana sambil berkacak pinggang.
"Kenapa? Kau tidak terima ibumu dikatai j4lang, huh? Bukankah semua itu benar? Kau terlahir ke dunia ini tanpa tahu siapa ayahmu, dia pergi begitu saja meninggalkan ibumu saat kau masih dalam kandungan. Aku yakin sekali alasan ayahmu pergi adalah karena ibumu telah menodai pernikahan mereka, sama seperti yang kau lakukan sekarang!" bentak Tashlim, tanpa mempedulikan Riana yang menangis terisak di hadapannya.
Riana menggelengkan kepala sambari menyeka air mata yang masih mengalir deras di pipinya. "Tidak punya perasaan kamu, Mas. Apa kau pikir ucapanmu itu pantas ditujukan seorang menantu kepada mertuanya? Bisakah kau menyaring kata-katamu terlebih dahulu sebelum keluar begitu saja dari mulut kotormu itu?"
Sepertinya hati Tashlim sudah membeku, dia tidak peduli dengan apa pun yang diucapkan Riana. Tashlim dengan cepat melangkah menjauhi Riana, sesampainya di depan sebuah lemari dia membukanya, lalu menghamburkan semua pakaian Riana yang ada di dalam sana.
"Pergi dari rumahku sekarang, detik ini juga aku menceraikanmu! Mulai sekarang kau sudah tidak memiliki hak apa pun di sini!" usir Tashlim.
Jangankan ingin memohon agar Tashlim menarik kata-katanya, berharap Tashlim manarik kata-katanya sendiri pun tidak. Hati Riana ikut membeku saat ini, bukan karena tidak mau lagi mempertahankan rumah tangganya, yang pada kenyataannya memang tidak membawa kebahagiaan.
Melainkan karena tidak bisa terima penghinaan yang dilontarkan Tashlim kepada ibunya. Yang lebih menyakitkan ibunya itu sudah lama tiada, tidak bisakah sang ibu dibiarkan tenang di alam sana tanpa harus mendapat hinaan dari menantunya sendiri?
"Hanya itu yang boleh kau bawa dari rumah ini, kau sama sekali tidak memiliki hak apa pun di sini. Jangankan harta gono-goni, kau sama sekali tidak berhak atas kartu debit dan kredit yang aku berikan," Tashlim menadahkan sambil menatap bengis kepada Riana.
Dibanding dihina dan direndahkan, Riana memilih menuruti kehendak Tashlim, lagi pula dia menikahi Tashlim memang bukan karena hartanya. Tanpa Ragu Riana mengeluarkan seluruh kartu debit dan kredit yang ada di dalam dompetnya, bahkan Riana juga melepas seluruh perhiasan yang dia kenakan. Kecuali satu, sebuah gelang pemberian teman baiknya yang kini menetap di luar negri.
Setelahnya menyerahkan semua yang menurut Tashlim bukanlah haknya, Ria pun melangkah keluar menyeret koper berisi pakaiannya.
Berkali-kali Riana menghela napas dalam-dalam, agar dapat mengurangi sedikit rasa sesak di dadanya. Riana tidak lagi bersedih, apalagi menangisi perceraiannya yang baru saja terjadi. Justru air matanya kini membeku!
Toh, sebenarnya kebahagiaan yang selama ini ia rasakan bersama Tashlim tetaplah semu. Terasa hambar, karena sesungguhnya dia menderita menunggu nafkah batin selama belasan tahun.
Sebagai tambahan, Riana sama sekali tidak menyesali kehancuran bahtera rumah tangganya dengan Tashlim, karena mulut pria itu begitu keji menghina ibunya. Bagi Riana ibunya adalah seorang wanita super hebat, yang telah melahirkan, mendidik, serta membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Bahkan ibunya melakukan semua tanggung jawab itu tanpa ada bantuan seorang suami di sisinya.
Mungkin itu juga yang akan terjadi pada Riana sekarang, jika benar dia tengah mengandung, maka dia akan merawat dan membesarkan janin yang ia kandung itu, meski dia sendiri tidak tahu siapa ayah dari janin di dalam rahimnya? Siapa pria yang bersamanya malam itu?
Riana mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, masih ada beberapa lembar uang di sana. Dia pun mencegat taksi untuk melanjutkan perjalanannya.
Bersambung.
Jangan lupa like, vote, dan komen, ya.
Terimakasih
semangaaaat semua perempuan