Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.
Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Budak Pemuas Nafsu
"Ricardo?!"
Dahi Lily mengernyit saat melihat Ricardo ada disini. Ia memang belum tahu bahwasanya Ricardo merupakan adik dari pria yang telah sah menjadi suaminya.
"Li...? Kenapa kamu mau nikah sama David? Kenapa gak sama aku aja?" tanya pria itu dengan tatapan sendu. Gara-gara siang tadi ia melampiaskan amarah dengan minuman, akhirnya ia mabuk berat dan lupa jika malam ini adalah malam pernikahan kakaknya. Pernikahan yang seharusnya menjadi pernikahannya dengan Lily.
Siang tadi Ricardo terus marah-marah di dalam kamar. Semua barang ia lemparkan sebagai pelampiasan. Namun tak ada yang tahu tentang perasaannya. Kedua orang tuanya pun begitu sibuk menyiapkan untuk acara nanti malam.
Saat yang bersamaan, teman-temannya menghubungi dan mengajaknya untuk bersenang-senang. Mereka tentu tahu jika saat ini Ricardo tengah sakit hati. Mereka berniat untuk menghibur, tapi niat itu malah menjadi hal buruk bagi Ricardo. Ia mabuk berat hingga tak sadarkan diri. Dan ketika sadar, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.
Dengan setengah kesadarannya, ia pun segera tancap gas untuk pulang. Tapi sayang, semuanya sudah terlambat.
"Kamu bicara apa, Do? Mengapa kau bisa ada disini?" tanya Lily terheran-heran. Gadis cantik dengan balutan kebaya putih itu menatap Ricardo dengan intens.
"Aku...."
Belum sempat Ricardo melanjutkan kalimatnya, sebuah tangan besar menggenggam pergelangan tangan Lily yang kecil itu.
"Tak baik seorang wanita yang telah bersuami berbincang dengan pria lain. Ayok ikut aku!" tegas pria tampan dengan rahang tegas itu. Tak ada senyuman terpatri di wajahnya sejak tadi. Malah sekarang, wajah pria itu terlihat sangat menyeramkan. Tatapannya seolah ingin menguliti Lily hidup-hidup.
"Dav, Lily adalah kekasihku. Harusnya dia yang menikah denganku!" tegas Ricardo menatap nyalang kakak kandungnya tersebut.
Sejak dulu, mereka memang sudah tidak akrab. Persaingan sudah dimulai saat Ricardo lahir ke dunia. Mereka bahkan tidak terlihat seperti saudara kandung.
"Hah, kekasih?! Sejak kapan kita jadi kekasih?'
Lily terbelalak. Dua pria ini tak ada yang membuatnya aman. Baik Ricardo maupun David sama-sama menyeramkan untuknya. Berada di tangan salah satu pria itu sama saja seperti berada dalam terkaman harimau. Meski Ricardo tak sedingin David, tapi Lily sangat tahu bagaimana pria itu terobsesi padanya.
"Ckkk... Menyedihkan! Bahkan wanita ini tak menganggapmu. Sebaiknya kau masuk kamar dan tidur, anak manja. Anak kecil tak baik tidur malam-malam," cetus David meledek adiknya. Hal itu sontak membuat Ricardo naik pitam.
"Brengsek!!! Kau bilang apa tadi, Hah?" Ricardo langsung mengepalkan tinju dan hendak memberikan bogem mentah pada kakaknya. Ia tak peduli meski beberapa pasang mata para pelayan yang sedang beres-beres itu menyaksikan perkelahian mereka.
Dengan cepat tangan David menangkapnya. Pria itu menyeringai, menatap sang adik dengan tatapan meremehkan.
"Belajar dulu yang rajin. Ototmu ini tak seberapa. Kau tak akan pernah bisa mengalahkan aku, Adikku sayang!"
Dengan sekali kibasan, tangan Ricardo dilemparkan dengan kuat. David tersenyum penuh kemenangan. Ia senang apalagi setelah tahu ternyata istrinya adalah wanita idaman adiknya itu.
Sementara Lily bergeming mati kutu. Ia tercengang mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan David. 'Ja–jadi... Ricardo adalah adik dari pria itu?'
"Ayok kita ke kamar. Ada kewajiban yang harus kau lakukan. Malam ini adalah malam pengantin kita," ucap David memanasi sang adik. Ia merangkul bahu Lily dengan erat.
Lily merasa pundaknya diapit dengan kencang. Ia tahu jika apa yang David lakukan padanya hanya untuk memanas-manasi Ricardo. Entah apa ia harus senang atau sedih? Ibarat keluar dari kandang buaya, kini ia malah masuk kandang singa.
Ricardo menatap geram punggung pasangan pengantin baru itu. Rasanya ia ingin memusnahkan David. Ia tak terima jika saat ini kalah. Pernikahan ini adalah sebuah kesalahan yang diperbuat olehnya. Ricardo berteriak frustasi, harusnya dirinya yang saat ini merasakan malam indah bersama sang wanita pujaan.
"Awas kau, David. Aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!" tegas Ricardo dengan tatapan berapi-api.
Sementara itu di dalam kamar David yang sudah disulap menjadi kamar pengantin.
BRUUKKKK.
"Aaawww..."
Tubuh kecil Lily langsung dihempaskan ke atas kasur dengan kasarnya. David merangkul Lily sampai ke depan pintu kamar, tapi setelah masuk dan mengunci pintu, dia langsung menyeretnya dan membanting tubuh istrinya itu.
"Sakit?" tanya David dengan seringai yang menyeramkan.
"Itu tak seberapa dengan sakit hati wanitaku saat ini. Dia terluka, dia kecewa, dia menangis saat pernikahan kita. Kau tahu, siapa wanita itu?" tanya David seraya mencengkram rahang Lily dengan kuat.
Lily ketakutan dan merasa sakit. Matanya mengembun, ia tak menyangka akan hidup bersama pria kejam ini.
"Kau tahu dia siapa, Hah?" Sentaknya lagi. Refleks Lily mengangguk. Tentu ia tahu siapa yang dimaksud oleh pria itu.
"Katakan siapa wanita itu?!" Seolah belum puas dengan anggukan Lily, David melayangkan pertanyaan menohok dengan gurat kemarahan yang tercetak di wajahnya yang bengis.
"Ve–veronica. Veronica Angeline," jawab Lily dengan terbata-bata. Sementara air bening sudah merembes sejak tadi. Ia benar-benar takut sekali dengan tatapan tajam yang menghunus dari pria itu.
David tersenyum miring lalu melepaskan cengkraman di rahang wanita itu dengan kasar. Lily tersentak dan tergugu setelahnya. Tangisan pilu itu tak membuat David iba, ia malah semakin membenci wanita yang menurutnya menjadi petaka besar dalam hidupnya ini.
"Gara-gara kamu, hubunganku dengan Veronica menjadi hancur. Kau sengaja kan? Kau ingin menikahiku kan? Atau kau adalah suruhan seseorang yang membenci Veronica dan ingin menghancurkan karirnya?"
Tuduhan bertubi-tubi terus dilayangkan pria itu. Lily terus terisak sambil menggelengkan kepalanya. Ia tak berani mengangkat wajah pria yang kini sah menjadi suaminya.
"Kau gadis pembawa sial. Kau gadis lugu yang menghancurkan hidupku. KAU...."
"Maafkan aku, Tuan. Maafkan aku. Aku juga tak ingin seperti ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku malam itu. Aku tak bermaksud menjebakmu. Bukankah kau sendiri yang bilang jika aku dijebak seseorang?!"
Entah keberanian dari mana Lily akhirnya angkat bicara. Ia harus melawan rasa takutnya. Biar bagaimanapun ini juga bukan kesalahannya. Ia benar-benar tak menyangka akan mangalami hal memalukan yang akhirnya harus berakhir pada pernikahan ini.
David terdiam. Kata-kata Lily merasuk dalam pikirannya. Gadis itu benar, ia tak seharusnya menyalahkan kejadian ini sepenuhnya pada gadis itu. Karena jujur saja, David begitu menikmatinya. Hubungan intim dengan Lily malam itu sangat berbeda dengan saat ia berhubungan dengan Veronica yang memang sudah tidak perawan saat pertama kali ia gauli.
"Jika perpisahan bisa memperbaiki hubungan anda dengan Veronica, saya siap untuk anda ceraikan malam ini juga, Tuan," ucap Lily dengan tegas. Air mata itu telah surut. Ia pikir bercerai adalah solusi terbaik setelah ini.
"Apa kau gila? Percuma Kita menikah untuk membohongi publik dan menutup skandal buruk ini jika akhirnya aku menceraikanmu secepat ini. Apa kata orang nanti. Nama baik keluargaku dipertaruhkan disini!" Pekiknya dengan suara yang meninggi.
Pria itu menoleh lalu mendekat pada Lily. Suaranya yang tadi membahana kini berubah lembut seiring belainnya di wajah istrinya yang mungil itu.
"Lagipula, sangat disayangkan jika aku melepaskanmu sekarang, gadis lugu. Pernikahan kita diatas kertas. Kau milikku sekarang. Dan kau akan menjadi budak pemuas nafsuku!" ucap David dengan seringai tipis yang membuat tubuh Lily kembali menegang ketakutan.
**
Bersambung...