NovelToon NovelToon
Dendam Membawa Bencana

Dendam Membawa Bencana

Status: tamat
Genre:Misteri / Desas-desus Villa / TKP / Tamat
Popularitas:959
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.

Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di saat Pernikahan Dinda

Desa Kandri bersolek meriah, namun bagi Bima, gemerlap dekorasi dan riuhnya gamelan justru menyesakkan. Janur kuning melengkung anggun, seharusnya menjadi saksi kebahagiaan, namun di mata Bima, itu lebih menyerupai tali yang mengikat Dinda Kirana pada takdir yang meragukan. Hari ini, adiknya mengucap janji suci dengan Anton, pria yang katanya dicintai Dinda sepenuh hati. Namun, Bima tahu ada keraguan yang menggerogoti hati adiknya, keraguan yang tak terucap.

Bima berdiri di antara tamu, memasang senyum seperlunya, menyembunyikan badai keraguan. Ia menatap wajah berseri, namun tak satu pun tahu apa yang terjadi di balik senyum Dinda. Mereka hanya melihat pernikahan indah, penyatuan dua insan. Mereka tak tahu ada rahasia tersembunyi, bayang-bayang mengintai.

Pandangan Bima tertuju pada Dinda, anggun menuju pelaminan. Adiknya memukau dalam kebaya putih berpayet. Riasan sempurna menutupi lelah dan khawatir. Namun, Bima melihat keraguan di mata Dinda, tegang di bahunya, senyum tak sampai ke hati. Dinda mencintai Anton, itu pasti. Tapi ada sesuatu yang menahannya.

Bima ingat percakapan dengan Dinda beberapa minggu lalu, saat adiknya mengumumkan pernikahan dengan Anton. Dinda tampak bahagia, namun ada nada ragu. "Mas, aku... aku mencintai Anton," ujarnya dengan pipi merona. "Tapi... aku takut."

Bima mengerutkan kening. "Takut kenapa, Dik?"

Dinda terdiam, menunduk. "Aku tidak tahu, Mas. Aku hanya merasa... ada sesuatu yang tidak beres. Aku tak bisa menjelaskannya."

Bima mencoba menenangkan. "Mungkin hanya perasaanmu, Dik. Jangan dipikirkan. Yang penting, kamu bahagia." Namun, Bima sendiri tak yakin. Ia juga merasakan sesuatu yang tidak beres, bahaya yang mengintai Dinda, yang tak mampu ia identifikasi.

Anton menyambut Dinda di pelaminan dengan senyum menawan. Bima mencari kejujuran, namun hanya menemukan topeng sempurna. Anton menggenggam tangan Dinda erat, seolah ingin meyakinkan diri bahwa Dinda miliknya.

Upacara berlangsung khidmat, diiringi gamelan syahdu. Bima memperhatikan detail, mencari petunjuk. Ia menatap Anton, mencoba membaca pikiran. Namun, pria itu pandai menyembunyikan perasaan. Ia selalu tersenyum, ramah, mempesona semua orang.

Saat Anton berjanji, suara Bima tercekat. Ia ingin berteriak, memperingatkan Dinda. Namun, ia tak punya hak, tak punya bukti, hanya firasat buruk.

"Saya, Anton Wijaya, berjanji mencintai dan menghormati Dinda Kirana dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan," ucap Anton lantang.

Dinda membalas janji Anton lirih, namun tetap tulus. "Saya, Dinda Kirana, berjanji mencintai dan menghormati Anton Wijaya dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan."

Bima menatap Dinda iba. Ia tahu adiknya berbohong pada diri sendiri, tak sepenuhnya yakin dengan janjinya.

Usai upacara, Bima menghampiri Dinda. "Selamat, Dik," ucapnya lirih, khawatir.

Dinda tersenyum tulus, namun sedih. "Terima kasih, Mas."

"Kamu... yakin?" Bima bertanya, berharap Dinda jujur. "Kamu yakin ini yang kamu inginkan?"

Dinda menghela napas, menunduk. "Aku mencintai Anton, Mas," ujarnya lirih.

Bima ingin percaya, tapi ia tahu ada yang disembunyikan. Ia tak bisa memaksa Dinda membuka diri, hanya bisa berharap yang terbaik.

"Aku ikut senang," ucap Bima ragu. "Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku harus kembali ke Jakarta."

Dinda mengangguk lemah. "Hati-hati di jalan, Mas."

Bima berbalik, tak sanggup menatap Dinda. Ia merasa bersalah, tak bisa melindungi adiknya. Ia merasa sesuatu buruk akan terjadi, dan ia tak berdaya.

Di gerbang, Riani tersenyum misterius, anggun dalam kebaya merah. Ia melambai, menyuruh Bima mendekat.

Bima menghela napas, menghampiri Riani. "Ada apa?" tanyanya curiga.

Riani tertawa kecil. "Kenapa tegang, Mas Bima? Dinda sudah bahagia, kan?"

"Itu yang ingin kutanyakan," jawab Bima tajam. "Apakah Dinda benar-benar bahagia?"

Riani mengangkat bahu, sulit dibaca. "Tentu saja. Anton pria yang baik. Dia akan memberikan semua yang Dinda inginkan."

"Uang dan kemewahan?" sindir Bima.

Riani tersenyum tipis. "Kebahagiaan itu relatif, Mas Bima. Yang penting, Dinda tidak kekurangan apa pun."

"Kau tahu itu bukan yang kumaksud," balas Bima. "Aku tahu kau punya andil dalam pernikahan ini. Apa tujuanmu sebenarnya?"

Riani menatap Bima polos. "Tujuanku? Aku hanya ingin melihat Dinda bahagia. Apa salahnya?"

"Salahnya adalah, aku tidak percaya padamu," jawab Bima tegas. "Aku tahu kau menyimpan sesuatu. Aku tahu kau punya rencana tersembunyi."

Riani tertawa kecil, meremehkan. "Kau terlalu berlebihan, Mas Bima. Aku hanya teman Dinda. Aku tak punya kekuatan mengatur hidupnya."

"Tapi kau punya pengaruh," balas Bima. "Kau selalu di dekatnya, memberi saran. Aku yakin kau memanipulasinya untuk menikahi Anton."

Riani menggeleng, terluka. "Kau menuduhku tanpa bukti, Mas Bima. Aku kecewa padamu."

"Aku hanya ingin melindungi Dinda," jawab Bima. "Aku tak ingin dia menjadi korban dari rencana jahatmu."

Riani mendekatkan wajah, berbisik pelan, "Kau terlalu khawatir, Mas Bima. Dinda baik-baik saja. Percayalah padaku."

Bima menatap Riani curiga. Ia tak percaya satu kata pun. Namun, ia tak punya bukti.

"Aku akan mengawasi kalian," ucap Bima mengancam. "Jika terjadi sesuatu pada Dinda, aku akan mencari kalian."

Riani tersenyum sinis. "Silakan saja. Tapi ingat, kebenaran akan selalu terungkap pada waktunya."

Riani berbalik, meninggalkan Bima dengan kebingungan dan khawatir.

Bima berjalan menuju mobil, hatinya dipenuhi kebingungan dan kekhawatiran. Ia merasa ada simpul tersembunyi yang mengikat Dinda pada takdir yang tidak pasti, dan ia bertekad untuk mencari tahu apa isi simpul itu, sebelum terlambat.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

1
SitiGemini75
aku selalu update kok kak bahkan tidak cuma satu bab bahkan 4 bab
SitiGemini75
ya oke kak tunggu
Mari🧝‍♀️16
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
SitiGemini75: secepatnya kakak
total 1 replies
Donny Chandra
Bikin penasaran!
SitiGemini75: makasih ya kak
total 1 replies
StarJustStar
Thor, aku tunggu cerita selanjutnya, kasih kabar dong.
SitiGemini75: oke siap 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!