Berawal dari pertemuan tak terduga, Misel seorang gadis desa yang tak pernah berharap menikah di usia muda. Namun, tak di duga ia kini menikah di usia muda. Hal yang tak pernah ia pikirkan sekarang ia duduk di acara pernikahan nya sendiri dengan seorang pria yang baru ia kenal 5 hari yang lalu.
Penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Yuk mampir untuk mengetahui seperti apa kelanjutan ceritanya? Bagaimana misel bertemu dan persiapan apa yang ia siapkan untuk pernikahannya ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alrumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceritakan Sekarang
"Em... enaknya, apalagi gratis seperti ini. Sungguh enak, hahaha..." ucap Resa disela-sela makan nya.
"Enak ya, makanan punya ku kamu makan tanpa minta izin." ucap Misel berkacak pinggang di belakang Resa.
Resa yang mendengar suara Misel seketika menghentikan makan nya dan langsung menolehkan wajah menghadap ke belakang.
"Eh... kakak udah ada di sana toh. Sejak kapan kakak disana?" ucap Resa.
"Ck... aku ini bukan kakak mu, makannya jangan sibuk mulu makan punya orang. Jadinya ketika diketahui sama yang punya orangnya, kamu pun tak tahu sejak kapan. Ck... Resa, Resa..." ucap Misel.
Sebenarnya ada rasa bersalah dalam diri Resa saat ini. Namun, itu hanya sedikit. Karena apa? karena saat ini Resa malah tak tahu malunya memberikan jawaban.
"Hehehe... ini kan rumah ku juga kak, jadi aku bebas dong makan, makanan yang ada di sini. Abis itu sayang juga, makanan ini tak ada yang makan. Iya nggak, maka dari itu lebih baik aku makan saja. Selain karena aku lapar juga, makanan ini dapat berguna untuk orang. Jadi..." ucap Resa yang langsung di potong oleh Misel.
"Sudahlah, kamu habiskan saja makanan itu. Percuma juga aku ngomong, rumah ku ini juga sudah kau anggap rumah sendiri. Jadi aku tak mau buang-buang waktu ku untuk berdebat dengan mu." ucap Misel seketika.
"Oke, inilah jawaban yang aku tunggu. Terimakasih kakak untuk pengertian nya. Adik mu makin suka sama kakak." ucap Resa.
Setelah itu, Misel pun mulai duduk di samping Resa sambil mengambil makanan yang lain untuk ia makan juga. Berhubung saat ini perutnya pun juga lapar. Sehingga ia pun mulai mengambil makanan untuk menghilangkan rasa laparnya.
"Em... enak juga ya, makan seperti ini. Apalagi perut ku juga lagi lapar." ucap Misel setelah memakan makanannya.
"Iya kamu benar kakak, aku pun jadi pengen makan punya mu juga kak. Boleh ya, aku minta sedikit." ucap Resa yang sudah mengambil makanan yang sedang di pegang Misel saat ini.
Mau Misel tolak pun percuma, karena makanan miliknya sudah berpindah ke tangan Resa dan bersiap masuk ke dalam mulut resa. Jadi ia tak menghiraukan hal itu.
"Hm... ambilah, jika kamu belum puas." ucap Misel.
"Hey kakak sungguh pengertian sekali. Sini aku ambil saja." ucap Resa yang dengan tak tahu dirinya segera mengambil makanan yang sedang Misel makan saat ini.
"Wah... aku suka sekali kak. Kita tukeran saja kak, ini buat kakak." ucap Resa yang langsung mengambil alih.
"Hm... beginilah, jika tak tahu dengan basa-basi seketika hilang makan yang ku pegang dan dengan mudahnya di ganti." ucap Misel dengan suara yang pelan.
"Hah... apa kak? maksudnya, aku nggak begitu mendengar ucapan kakak. Kakak bicara apa barusan, bisa di ulang lagi nggak dengan suara yang lebih keras sedikit." ucap Resa yang penasaran dengan ucapan Misel yang terdengar kecil bahkan tak begitu jelas juga.
"Ah... lupakan, itu tak penting kok." ucap Misel yang langsung meminta Resa untuk melupakannya.
"Hm... sebenarnya aku penasaran sih kak, tapi kalau kakak sudah bilang seperti ini. Mana bisa aku melawan." ucap Resa yang pasrah, walau rasa penasaran masih ada dalam dirinya. Tapi ia tak bisa memaksakan diri untuk mengetahui ucapan Misel barusan. Apalagi Misel sudah memberitahunya untuk melupakan hal tersebut. Sehingga ia pun hanya bisa berucap seperti itu saja.
Lima menit kemudian, Resa yang begitu lahap memakan makanannya. Akhirnya teringat sesuatu.
"Ah... iya kak, kamu berjanji pada ku untuk memberitahu ku mengenai tersesat mu itu. Ayolah kak ceritakan sekarang, tak sabar aku ingin mengetahui nya." ucap Resa.
"Hm... ku kira kamu lupa, baiklah aku ceritakan sekarang. Tapi sebelum aku cerita, ambilkan minum dulu buat ku. Tenggorokkan ku seperti nya kering butuh air minum." ucap Misel.
"Siap kak, aku sekalian ambil juga buat ku. Tenggorokkan ku kering juga." ucap Resa yang langsung pergi mengambil minum.
Beberapa saat kemudian, Resa pun kembali sambil membawa dua gelas air minum. Saat berada tepat di depan Misel. Ia segera memberikan satu gelas tersebut pada Misel.
"Kak ambilah minum mu ini." ucap Resa sambil memberikan satu gelas pada Misel.
"Ah... iya, terimakasih." ucap Misel yang tak lupa mengucapkan terimakasih pada Resa.
"Sama-sama kakak ku tercinta." ucap Resa yang saat ini sudah duduk di samping Misel sambil langsung meminum air minum miliknya. Diiringi dengan Misel yang juga meminum air minum yang di berikan Resa untuknya beberapa saat yang lalu.
Tak terasa air minum yang ada di gelas mereka masing-masing pun telah habis tak tersisa. Secara bersamaan Misel dan Resa langsung menyimpan gelas tersebut di atas meja.
"Ah segar sekali, benar kan kak?" ucap Resa setelah selesai menyimpan gelas miliknya.
"Hm... iya, rasanya tenggorokan ku sudah tak serat lagi." ucap Misel.
"Itu artinya kakak sudah siap bukan? Menceritakan hal itu." ucap Resa yang sudah tak sabar sedari tadi.
"Hm... buru-buru sekali." ucap Misel.
"Tak apalah kak, aku memang sudah penasaran. Ayolah kakak cerita." ucap Resa.
"Baiklah aku ceritakan, jadi ceritanya seperti ini." ucap Misel yang memulai ceritanya pada Resa.
Setiap kata yang Misel ucapkan tak ia lupakan sedikitpun cerita yang ia alami pada Resa. Seketika cerita itu pun akhirnya sampai pada inti masalah yang di hadapi Misel saat ini.
Resa yang kaget pun langsung berdiri mendengar inti masalah Misel.
"Apa kata mu kak, kamu mau menikah? yang bener saja. Siapa laki-laki itu, berani sekali dia memilih mu. Dia tak takut apa, kalau kamu akan menerkamnya. Ck... kenapa ngga di pikirkan lagi." ucap Resa yang sedikit bergurau.
"Hey... apa maksudmu bicara seperti itu. Kamu kira aku ini apa? bisa menerkam orang." ucap Misel yang tak terima.
"Hehehe... bercanda kak, aku kaget mendengar ceritamu itu. Apa mungkin ucapan ku waktu berangkat ke tempat itu di kabulkan ya kak. Kakak masih ingat tidak dengan perdebatan kita waktu itu. Kita kan juga bahas mengenai nikah. Eh, kakak malah mengalami hal tak terduga itu." ucap Resa yang mengingat ucapannya waktu itu pada Misel.
"Ah iya, sepertinya aku memang dapat karma. Tapi, aku tak yakin juga sih. Tuh orang beneran mau nikah sama aku. Lagian, kita itu asing, terus dia juga tak mengikuti ku saat kita pulang. Itu artinya, hal ini tak mungkin terjadi. Iya bukan?" ucap Misel sedikit berharap ucapan yang ia bilang benar adanya. Bahwa pernikahan nya tak mungkin terjadi. Selain itu juga, ia sangat berharap ia tak bertemu lagi dengan seseorang itu.
Bersambung...