NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 7

Lucky mengernyitkan dahi. Bagaimana bisa Nirmala, gadis biasa itu, bisa mengenal Tuan Saga? Bukan rahasia lagi, Saga adalah sosok berpengaruh yang dikelilingi tembok tinggi relasi eksklusif. Rasanya seperti Nirmala berhasil menemukan jalan pintas ke dunia yang seharusnya tak terjamah olehnya. Ada apa di balik ini?

"Dari mana Nirmala bisa mengenal Tuan Saga?" gumam Lucky, pikirannya dipenuhi tanda tanya.

Sarah, dengan nada sinis, menyela, "Ya, mungkin saja dia bisa menjual tubuhnya."

"Tidak," bantah Lucky dengan nada tegas. "Tidak mungkin Nirmala melakukan hal serendah itu. Dia bukan seperti dirimu, Sarah, yang bisa melakukan apa pun demi harta."

Dua tahun bersama Nirmala, Lucky merasa mengenal setiap inci gadis itu. Bahkan, keintiman yang ia bagi dengan Sarah tak sebanding dengan kedalaman perasaannya pada Nirmala.

Bersama Sarah, ia sudah sering tidur bersama, namun dengan Nirmala, sentuhan sebatas pelukan pun terasa sakral. "Suatu saat nanti, jika kita menikah, semua ini hanya untukmu," bisik Nirmala, janji yang terukir dalam hati Lucky.

Sarah mendengus, "Iya, apa sih di dunia ini yang gratis?" ucapnya sinis. "Memang di dunia ini nggak ada yang gratis."

"Jadi bisa aja kan dia jual diri demi kemewahan," tukas Sarah, matanya menyipit. "Dia kan anak orang miskin."

Lucky mulai termakan hasutan Sarah. Selama dua tahun bersama, Nirmala tak pernah meminta apa pun, bahkan saat mereka jalan untuk makan bersama. "Aku hari ini, kamu besok," ucap Nirmala, ya Nirmala tidak pernah sepenuhnya mengandalkan uang Lucky.

Lucky menggelengkan kepalanya perlahan, berusaha mengenyahkan bisikan-bisikan Sarah.

Di dalam mobil

"Te.... terima kasih, Tuan," ucap Nirmala pada Saga dengan nada sedikit gugup. Nirmala menatap wajah Saga, namun ia justru merasa ketakutan melihat senyum sinis yang terpancar dari wajah Tuan Saga. "Ini tidak gratis," ucap Saga dengan nada rendah, membuat bulu kuduk Nirmala meremang.

Tiba-tiba, sebuah kucing melintas, membuat Ace sontak mengerem mendadak. Akibatnya, Nirmala kehilangan keseimbangan dan terjatuh tepat di pangkuan Tuan Saga.

Situasi semakin canggung ketika rambut Nirmala tersangkut di gesper Tuan Saga. Dengan wajah memerah, Nirmala berusaha menjauh, namun rambutnya semakin terbelit.

"Cepat bangun, apa yang kau lakukan?!" seru Tuan Saga dengan nada terkejut. "Ma-maaf, Tuan... rambutku tersangkut," jawab Nirmala dengan suara bergetar, menahan malu.

Saga mengusap wajahnya kasar, lalu menghela napas panjang. Situasi macam apa ini?! Mau tak mau, ia harus membantu Nirmala melepaskan rambutnya yang tersangkut.

Dengan enggan, Saga menundukkan kepalanya, tangannya mulai berusaha melepaskan helai rambut Nirmala dari gespernya. Suasana di dalam mobil mendadak terasa begitu canggung dan tegang.

Nirmala merasakan sesuatu yang mengeras di bawah sana, tapi ia berusaha keras untuk tidak berpikir macam-macam. Pikiran kalut bercampur malu membuatnya ingin segera menjauh dari situasi ini. Andai saja ia punya pintu ke mana saja milik Doraemon, ia pasti sudah memilih untuk menghilang dari tempat ini detik ini juga!

Akhirnya, rambut yang tersangkut di gesper itu berhasil terlepas. Wajah Nirmala semakin memerah, seperti tomat matang yang baru dipetik.

Sementara itu, Saga berdeham, berusaha mengendalikan gejolak yang tiba-tiba muncul dalam dirinya.

Di kursi depan, Ace, sang sopir, menyunggingkan senyum tipis. Ya, di balik insiden kucing itu, ada sedikit kesengajaan yang ia rancang.

Meskipun kambing hitamnya adalah si kucing malang, Ace tetaplah sutradara dari adegan canggung ini.

"Eh, Tuan Ace, tolong turunkan saya di kios bunga ya, ada sesuatu yang harus saya kerjakan di sana," pinta Nirmala pada Ace.

Ace melirik dari spion tengah, mencari persetujuan dari Tuan Saga. Namun, yang ia dapat hanya pelototan tajam. "Hmm, maaf Nona, sepertinya Tuan tidak mengizinkan jika Nona turun di kios bunga," jawab Ace ragu.

Nirmala langsung menoleh pada Saga dengan tatapan memohon. "Tuan, saya sedang ada pekerjaan," ucapnya lirih.

Saga bertanya tanpa menoleh sedikit pun pada Nirmala, pandangannya terpaku ke luar jendela. "Berapa uang yang kamu dapatkan dari kios bunga itu?" tanyanya datar.

"Tidak banyak, Tuan," jawab Nirmala lirih, sembari meremas kaus oblong putihnya yang masih sedikit kemerahan. "Tapi merangkai bunga adalah hobi saya."

"Besok suruh orang buat bongkar kios bunga itu," perintah Saga pada Ace tanpa ekspresi. "Dengar, Ace?"

"Hah, Tuan?! Apa yang kau lakukan?! Itu satu-satunya tempatku mencari nafkah, Tuan! Tolong, jangan seperti ini!" Nirmala memohon dengan nada memelas, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Saga sama sekali tidak menggubris permohonan Nirmala. Ia tetap diam, memalingkan wajahnya ke arah jendela. Sementara itu, Ace dan Saga saling bertukar pandang melalui kaca spion tengah, seolah ada percakapan rahasia yang hanya bisa mereka berdua pahami.

Nirmala memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah jendela, berusaha menyembunyikan air mata yang mulai menetes. Sementara itu, Saga diam-diam mulai memperhatikan Nirmala.

Ada sedikit rasa kasihan yang muncul dalam hatinya, namun ia tetaplah Saga. Semua perintah yang telah keluar dari mulutnya tidak akan pernah ia tarik kembali. Tidak ada seorang pun yang bisa mengubah keputusannya.

Saga akhirnya membuka suara, namun pandangannya tetap terpaku ke luar jendela. "Menetaplah di mansion. Tidak perlu lagi pergi ke kios bunga, karena tempat itu akan saya ubah menjadi bangunan yang lebih berharga daripada sebuah kios bunga," ucapnya datar.

Nirmala memilih untuk tetap diam, pikirannya berkecamuk. Bagaimanapun juga, kios bunga itu ia bangun dengan susah payah dari hasil keringatnya sendiri. Ia bekerja paruh waktu untuk membeli sebidang tanah dan perlahan membangun kios bunga itu. Hatinya terasa perih membayangkan kios bunga itu harus dihancurkan oleh Saga. Namun, ia hanyalah Nirmala, seorang anak yatim piatu miskin yang tidak punya kekuatan apa pun jika dibandingkan dengan Saga.

Di ruang kerja

Saga memanggil dua bodyguard yang tadi siang ia tugaskan untuk mengawal Nirmala. "Apakah kalian yang membayar makanan kalian di mall tadi?" tanyanya menyelidik. Keduanya menggeleng serempak. "Tidak, Tuan. Nona Nirmala yang membayar. Sepertinya ia menggunakan uang pribadinya, karena saya melihat Nona mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya," jelas salah satu bodyguard. Saga sudah mengecek pengeluaran dari kartu yang ia berikan pada Nirmala, namun tidak ada laporan transaksi apapun.

Kening Saga berkerut, ia merasa heran dengan kepribadian Nirmala. Dari penampilannya, Nirmala memang terlihat seperti orang yang tidak punya. Karena itulah, Saga memberikan kartu hitam miliknya tanpa batasan limit untuk membeli makanan atau apapun yang Nirmala inginkan. Namun, Nirmala justru tidak menggunakan kartu tersebut sama sekali.

Nirmala tersentak mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia segera bangkit dari ranjang dan membuka pintu tersebut. Seorang pelayan paruh baya menyambutnya dengan sopan. "Nona, Tuan Saga memanggil anda untuk turun ke lantai bawah, ke ruang kerjanya," ucap pelayan itu. "Iya, terima kasih," jawab Nirmala singkat sebelum menutup pintu kamarnya kembali.

"Mau apa lagi sih orang itu?" gumam Nirmala dengan nada malas. Ia meletakkan buku yang sedari tadi ia baca di atas ranjang. Kemudian, ia mencuci wajahnya sebentar lalu segera bergegas turun dan menemui Saga di ruang kerjanya.

"Ya, Tuan?" sapa Nirmala dengan nada datar, masih berdiri di depan Saga yang tampak sibuk dengan laptopnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Saga singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Nirmala mengerutkan kening, bingung dengan pertanyaan Saga. "Tidak ada, hanya membaca buku di kamar," jawab Nirmala polos.

Saga akhirnya mengalihkan perhatiannya dari laptop dan menatap Nirmala. Ia menghela napas sejenak. "Bukan itu. Maksudku, tadi sewaktu di mall, apa yang kau beli?" tanya Saga dengan nada sedikit kesal.

"Tidak ada. Awalnya cuma mau lihat-lihat gaun. Tapi di sana ada orang yang... itu. Aku malas, lalu memilih untuk makan es krim saja bersama kedua bodyguard Tuan itu," jawab Nirmala dengan nada acuh tak acuh.

Saga masih diam dan kembali fokus pada laptopnya, mengetik sesuatu dengan serius. Nirmala yang merasa bosan, memilih menjatuhkan diri di sofa samping meja kerja Saga.

Tak lama kemudian, ia tertidur pulas. Saat Saga merasakan keheningan, ia menoleh ke arah Nirmala dan mendapati wanita itu tengah tertidur di sofa dengan mulut sedikit terbuka.

Saga menggelengkan kepalanya pelan. "Dasar wanita aneh," gumam Saga. Ia melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di atas meja. Kemudian, ia berjongkok memperhatikan wajah polos Nirmala yang tampak tidak nyaman dalam tidurnya.

Saga memutuskan untuk menggendong tubuh Nirmala. "Wanita ini tidur atau mati? Ku gendong saja dia tidak bangun," gumam Saga dalam hati.

Perlahan, Saga naik ke lantai atas, meminta pelayan untuk membuka pintu kamar Nirmala dan meletakkan wanita itu di atas ranjang.

Benar saja, ia mendapati sebuah buku yang tergeletak di atas ranjang tersebut. Saga mengambil buku itu, membuka lembaran demi lembaran yang sepertinya sudah dibaca oleh Nirmala.

Sejenak, keningnya berkerut. Ia menutup buku tersebut dan melihat judulnya. Di sana tertera judul seperti buku anak-anak yang masih berkuliah. Ia meletakkan kembali buku tersebut dan pergi meninggalkan Nirmala yang masih tertidur lelap.

Malam harinya, seperti biasa Nirmala berkutat di dapur. Semua pelayan tidak berani mengganggunya. Namun, ada satu pelayan yang memang tidak menyukainya, Ajeng. Dialah yang membuang nasi putih milik Nirmala pada pagi hari itu.

Ajeng menatap Nirmala dengan sinis. Saat Nirmala pergi meninggalkan masakannya yang belum matang, Ajeng dengan cepat mengambil tempat garam.

Ia memasukkan semua garam yang ada dari tempat tersebut ke dalam sup ayam yang sedang dimasak. Setelah dirasa semuanya tercampur, Ajeng kembali ke tempatnya semula.

Tak lama kemudian, Nirmala datang untuk mengecek masakannya.

Nirmala mencicipi supnya dan merasakan ada sesuatu yang aneh. Tapi ia teringat pernah membaca di suatu buku, jika masakan terasa asin, masukkanlah kentang.

Nirmala kembali mengupas beberapa kentang, memotongnya menjadi dua bagian. Ia memasukkan potongan kentang yang sudah dicuci ke dalam sup tersebut, mengecilkan api, dan menunggu sebentar hingga sup itu matang.

Lalu ia kembali mencicipi sup tersebut. Setelah dirasa pas, ia mengambil semangkuk sup tersebut dan meninggalkan dapur ditemani oleh Marisa yang sudah menyiapkan nasi putih seperti biasanya.

Ajeng tersenyum sinis. Ia merasa telah berhasil mengerjai nona baru itu. Ia tidak suka Nirmala ada di sini karena Nirmala bisa mengancam posisinya. Ajeng bermimpi suatu saat nanti ingin menjadi istri dari Tuan Saga.

Tanpa Ajeng sadari, Saga sudah memperhatikannya dari ruang kerja. Apa Ajeng lupa bahwa di setiap sudut mansion milik Saga ada CCTV? Bahkan Saga juga sudah tahu jika Ajeng lah yang membuang nasi putih milik Nirmala saat Marisa akan mengambilkannya untuk Oma.

Saga hanya mengangguk. Ia mematikan laptopnya dan keluar dari ruang kerja menuju meja makan. Di sana sudah ada Nirmala dengan semangkuk sup buatannya dan dua piring nasi putih. "Apa mau dibuatkan kopi hitam?" tanya Nirmala pada Saga.

Saga menggeleng. Ia dengan cepat duduk di kursinya. Nirmala dengan telaten mengambilkan sayur sup yang sudah ia masak, menunggu Saga hingga mencicipinya. Saga mengambil sesendok dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya.

Saga hanya menganggukkan kepalanya. "Bagaimana? Apa rasanya tidak enak atau ada yang kurang?" tanya Nirmala. Saga mengintip ke dalam mangkuk tersebut, ada sebuah kentang yang berukuran lebih besar. "Kenapa kentang yang itu tidak kamu potong?" tanya Saga.

"Biarkan saja, itu juga tidak mengganggu acara makanmu," ucap Nirmala sambil duduk di kursi samping Saga.

Saga ingin protes karena nada bicara Nirmala seperti itu, tapi justru mendapat pelototan tajam dari Nirmala. Entah mengapa Saga merasa nyalinya ciut malam ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!