Arga, seorang remaja yang lahir dari darah daging ayahnya sendiri, tumbuh di rumah besar yang justru terasa asing baginya. Kehangatan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung berubah menjadi penjara dingin — penuh tatapan acuh, hinaan, dan kesepian.
Ayah yang dulu ia panggil pelindung kini tak lagi memandangnya. Cinta dan perhatian telah dialihkan pada istri baru dan anak-anak tiri yang selalu dipuja. Sementara Arga, anak kandungnya sendiri, hanya menjadi bayangan yang disuruh, diperintah, dan dilukai tanpa belas kasihan.
Namun di balik luka dan penghinaan yang menumpuk, Arga menyimpan api kecil dalam hatinya — tekad untuk bertahan, dan bangkit dri penderitaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Audit Tak Terhindarkan, Rendra Mengenal Tuan Alpha
Di kantor megah PT. Adhiyatma Karya, Rendra Satya Wardhana bersiap untuk menutup rapat penting dengan para pemegang saham mengenai insiden kecil email yang bocor. Rendra telah meyakinkan semua orang bahwa Aurora Tech hanyalah hacker pemeras.
"Jadi, Tuan dan Nyonya sekalian," kata Rendra, memasang senyum meyakinkan. "Masalah email itu sudah ditangani. Kita tidak perlu khawatir. Proyek Zenith aman, dan kita akan melanjutkan dengan peletakan batu pertama minggu depan."
Tepat saat itu, pintu ruang rapat terbuka dengan kasar. Sekretaris Rendra, yang biasanya tenang, kini terlihat panik.
"Maaf, Tuan Rendra! Ada masalah besar!"
Di belakang sekretaris, masuk tiga orang berjas resmi, membawa tas dokumen dan lencana. Mereka adalah perwakilan dari Otoritas Pengawasan Konstruksi Nasional (OPKN) dan Satuan Tugas Audit Keuangan Khusus.
Pemimpin tim OPKN, seorang pria paruh baya yang berwibawa, meletakkan surat perintah di meja.
"Tuan Rendra Wardhana, kami datang atas laporan yang sangat serius mengenai manipulasi data struktural dan penyalahgunaan dana untuk Proyek Zenith," katanya tegas. "Kami telah menerima laporan teknis yang detail, bersama dengan bukti transaksi keuangan mencurigakan. Proyek Zenith dilarang melanjutkan konstruksi hingga audit penuh dan mendalam selesai."
Ruangan rapat seketika hening. Para pemegang saham mulai berbisik-bisik panik. Wajah Rendra pucat pasi, seluruh kepura-puraannya runtuh dalam sekejap.
"Ini tidak mungkin!" seru Rendra. "Ini fitnah! Laporan teknis dari mana? Kami tidak pernah mengirimkan laporan risiko!"
"Laporan itu sangat terperinci, Tuan Rendra, mencantumkan celah sambungan kubah utama dan penggantian material oleh vendor yang tidak sesuai," balas petugas itu. "Sumbernya sangat spesifik. Kami juga punya file pembayaran dari rekening Tuan Vino Adhiyatma ke vendor murah, yang dilampirkan bersama laporan itu."
Rendra kini tahu. Ini bukan serangan hacker biasa. Ini adalah perang yang dideklarasikan.
Ia segera memanggil Vino. Vino datang dengan wajah bingung, karena ia pikir masalah email sudah selesai.
"VINO!" raung Rendra, menunjuk petugas OPKN. "Jelaskan ini! Siapa yang tahu tentang transaksi Makmur Jaya?! Siapa yang tahu tentang laporan struktural itu?!"
"Aku... Aku tidak tahu, Ayah! Hanya Binar dan aku yang tahu transaksi itu! Laila hanya tahu desainnya!" Vino panik.
Rendra menoleh ke arah tim IT-nya. "Aurora Tech! Batalkan sistem mereka! Cabut semua yang mereka pasang!"
Kepala IT kembali dengan wajah letih. "Kami sudah mencoba, Tuan Rendra. Sistem monitoring mereka terintegrasi dengan firewall Titan Labs yang kita gunakan. Jika kita cabut, seluruh jaringan kita akan mati total. Kami tidak berani mengambil risiko."
Rendra meremas tinjunya. Ia dikunci. Dikunci oleh sistem keamanannya sendiri.
"Siapa di balik Aurora Tech?" Rendra bertanya, suaranya mengandung ancaman. "Siapa nama CEO mereka?"
"Tuan Alpha, Pak. Tapi tidak ada nama asli, tidak ada foto, tidak ada jejak, kecuali rekening bank offshore yang legal," jawab Kepala IT. "Kami yakin ini adalah hacker profesional yang memiliki dendam pribadi terhadap perusahaan Anda."
Rendra menatap surat perintah audit itu. Tuan Alpha. Nama yang dulu ia anggap sepele, kini terasa seperti belati yang menusuknya perlahan.
Laila Diandra melihat kekacauan di kantor Adhiyatma dari jauh. Ia merasa ngeri, tetapi sekaligus merasa plong.
"Kami disuruh menghentikan semua pekerjaan desain Proyek Zenith, Nona Laila," kata salah satu anggota timnya. "Apakah kita akan dipecat?"
Laila, kini berdiri tegak, memandang timnya. Ia tidak lagi terikat.
"Kita tidak akan dipecat," kata Laila. "Kita adalah tim desain yang jujur. Kita akan bekerja sama dengan OPKN. Kita akan buktikan bahwa korupsi itu bukan dari tim kita, melainkan dari manajemen."
Ia tahu, perannya dalam insiden ini berisiko, tetapi ia telah memilih integritas.
Saat Laila sibuk mengarahkan timnya, Vino menghampirinya, matanya penuh amarah dan tuduhan.
"KAU!" desis Vino. "Kau yang membocorkan laporan itu, 'kan?! Aku tahu kau cemburu pada posisiku!"
Laila memandang Vino dengan jijik. "Tuan Vino, saya membocorkannya karena Anda menukar material struktural utama. Jika saya diam, maka saya sama saja membunuh banyak nyawa di masa depan. Anda merusak karya saya. Anda adalah kebohongan terbesar di perusahaan ini."
Vino mengangkat tangannya, siap menampar Laila, tetapi ia berhenti karena menyadari mereka berada di depan banyak orang. Ia mengubah taktik.
"Ayah akan menghancurkanmu. Dan hacker kecilmu itu," ancam Vino, lalu pergi mencari Ibunya, Binar.
Laila mengambil napas dalam-dalam. Ia harus menghubungi Tuan Alpha.
Di ruangan pribadinya, Rendra mengunci pintu. Ia duduk di mejanya yang luas, dikelilingi oleh masalah. OPKN tidak bisa dibeli. Reputasi Adhiyatma Karya sedang hancur.
Rendra mulai menganalisis Tuan Alpha. Ia membaca semua yang Kepala IT-nya kumpulkan tentang Aurora Tech:
Didirikan dua minggu lalu.
Modal awal sangat besar.
Sistem Logic Bomb yang canggih.
Sangat berani menarget perusahaan properti terbesar.
Hanya fokus pada kelemahan internal.
Rendra melihat pola. Kecerdasan yang terlalu tajam. Keahlian dalam software engineering yang terlalu mendalam. Dan yang terpenting: Dendam yang sangat pribadi.
"Dia tidak hanya ingin uangku. Dia ingin reputasiku hancur," bisik Rendra pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba, Rendra teringat pada anaknya yang ia buang, Arga. Anak yang ia sepelekan karena coding dan beasiswa. Anak yang ia usir karena menolak menjadi tukang kebun.
Arga... Arga diterima di Universitas Teknologi Kyoto dengan beasiswa penuh untuk Software Engineering.
Rendra meremas kepalanya. "Tidak mungkin. Anak itu tidak punya uang, tidak punya koneksi. Dia hanya anak bodoh yang terobsesi dengan coding."
Namun, insting bisnis Rendra—insting yang membawanya ke puncak—berkata sebaliknya. Dia terlalu mirip.
Rendra membuka laci mejanya, mengeluarkan foto keluarga lama. Foto dirinya, Karina (Ibu Arga), dan Arga kecil. Ia melihat kembali wajah Arga yang polos, lalu membandingkannya dengan keberanian Tuan Alpha.
"Kepala IT! Cari tahu semua tentang Tuan Alpha! Semua. Termasuk umur, pendidikan, dan koneksi dengan Titan Labs!" teriak Rendra di intercom.
Rendra telah mengalihkan targetnya. Dia tidak lagi hanya mencari hacker. Dia mencari anaknya sendiri.
Malam harinya, Laila menghubungi Tuan Alpha lagi.
"Tuan Alpha," suara Laila terdengar lebih kuat. "OPKN sudah datang. Mereka membekukan Zenith. Anda benar-benar melakukannya."
"Saya hanya memberikan kebenaran, Nona Diandra," jawab Arga. "Sekarang, Anda harus bertahan. Rendra akan mencoba menutupinya."
"Dia sudah mencoba. Vino mengancamku. Tapi Tuan Rendra lebih mengkhawatirkan siapa Anda," kata Laila. "Dia membatalkan semua akses Anda. Apa rencana selanjutnya?"
Arga tersenyum di ujung telepon. "Rencana selanjutnya adalah serangan data finansial penuh. Kita akan membuat Rendra kehilangan kepercayaan dari para investor besarnya."
"Bagaimana? Semua akses sudah dibatalkan," tanya Laila, skeptis.
"Anda lupa, Nona Diandra. Kami telah menanam Logic Bomb di dalam sistem Anda," kata Arga. "Anda adalah pintu gerbang kami sekarang. Saya butuh data Proyek Zenith yang lebih rinci. Data yang membuktikan bahwa Rendra telah menggunakan dana Proyek Zenith untuk menutupi hutang pribadi Ibu Tiri Anda (Binar)."
Laila terkejut. "Hutang Binar? Saya tidak pernah melihat data itu."
"Anda akan menemukannya. Di server akuntansi yang tersembunyi. Tuan Dharma (dari Titan Labs) telah memberikan saya informasi tentang lokasi server itu. Saya akan mengirimkan script khusus ke komputer kerja Anda. Jalankan itu. Script itu akan mengambil file korupsi dan mengirimkannya kepada saya."
Laila ragu. "Ini lebih dari sekadar korupsi konstruksi. Ini bisa menghancurkan keluarga mereka."
"Mereka sudah menghancurkan integritas dan reputasi Anda, Laila," balas Arga dingin. "Anda sudah memilih sisi. Sekarang, jangan mundur. Jika Anda berhasil, Anda bukan hanya menyelamatkan desain Anda, tapi Anda juga menyelamatkan diri Anda sendiri."
Laila memejamkan mata. Ia tahu tidak ada jalan kembali.
"Baik, Tuan Alpha. Kirim script-nya. Saya akan melakukannya," kata Laila.
Dihina, disakiti, diabaikan — hingga akhirnya ia memilih pergi, membawa luka yang berubah jadi kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, dunia berbalik.
Anak yang dulu diremehkan, kini berdiri di atas cahaya keberhasilannya.
mari masuk ke dunia Tuan alfa