NovelToon NovelToon
Siapa Aku Di Sisimu?

Siapa Aku Di Sisimu?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shalema

Sepuluh tahun ingatan Kirana terhapus. Saat membuka mata, Kirana mendapati dirinya sudah menikah dengan pria asing yang menyebutnya istri.

Namun, berbeda dengan kisah cinta yang diharapkan, pria itu tampak dingin. Tatapannya kosong, sikapnya kaku, seolah ia hanya beban yang harus dipikul.

Jika benar, Kirana istrinya, mengapa pria itu terlihat begitu jauh? Apakah ada cinta yang hilang bersama ingatannya, atau sejak awal cintanya memang tidak pernah ada.

Di antara kepingan kenangan yang terhapus, Kirana berusaha menemukan kebenaran--- tentang dirinya, tentang pernikahan itu, dan tentang cinta yang mungkin hanya semu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shalema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar (tak) baik

Pagi itu hujan masih turun dengan deras, mengetuk jendela dengan suara tak henti. Angin bertiup cukup kencang. Kirana menatap kosong ke arah taman rumah sakit. Bunga-bunga seakan menari di bawah guyuran hujan.

Dokter Nurman memasuki kamar bersama beberapa perawat.

"Selamat pagi Bu Kirana, bagaimana keadaan Ibu?" sapa dokter Nurman.

Dokter Nurman adalah dokter spesialis neurologi yang menangani Kirana sejak kecelakaan itu. Dia juga seorang neurosurgeon yang mengoperasi Kirana.

Ada beberapa dokter lain yang juga merawat Kirana, seperti dokter internis, dokter bedah umum, dokter intensivis, dokter ortopedi, dan lainnya. Dokter Nurman yang dipercaya sebagai kepala trauma team.

"Baik, Dok," jawab Kirana. Ia selalu senang setiap kali dokter Nurman melakukan visitasi ke kamarnya. Dokter paruh baya itu mengingatkan Kirana pada papanya.

"Ada keluhan? Masih suka sakit kepala?"

"Kadang-kadang, Dok. Hanya sakit kepala ringan. Kalau sakit kepala berat sudah tidak muncul lagi."

"Alhamdulillah, kalau begitu. Kalau saya lihat perkembangan rehabilitasi medis ibu juga sangat baik. Fisioterapinya sudah selesai begitu pula dengan terapi kognitif dan neurologisnya. Evaluasi dari psikolog juga bagus..." dokter Nurman berhenti sejenak. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Mohon maaf saya tidak melihat suami Ibu."

"Dia masih di jalan dok. Hujan deras jadi jalanan macet. Mungkin sebentar lagi. Belum lama memberi kabar kalau sudah dekat, " bu Wulan yang menjawab.

Kirana menoleh pada bu Wulan. Ia tidak tahu kalau Barra akan datang. Ada apa ini? Tidak biasanya dokter Nurman menanyakan Barra saat visitasi.

Ceklek, pintu dibuka.

Orang yang ditanyakan tiba. Barra muncul dari balik pintu. Rambut dan bajunya basah. Sepertinya ia tidak memakai payung saat keluar dari mobil.

"Maaf, Dok, saya terlambat," ucap Barra sedikit terengah.

Kirana juga menduga tadi Barra berlari menuju kamarnya.

"Tidak apa-apa, Pak. Saya juga belum lama," dokter Nurman tersenyum.

"Baiklah, karena suami ibu Kirana sudah hadir, saya lanjutkan kembali. Seperti yang tadi saya jelaskan, jika grafik perkembangan ibu Kirana selama dua bulan sejak terbangun dari koma meningkat signifikan. Ibu Kirana sudah menyelesaikan tahapan rehabilitasi medis dengan sangat baik. Karena itu, dalam dua hari ibu Kirana sudah boleh pulang."

Deg.

Hawa dingin menghinggapi tubuh Kirana. Dari mulai kakinya hingga leher dan wajahnya.

Kirana menoleh pada Barra. Tidak ada ekspresi.

"Meskipun begitu...," lanjut dokter Nurman. "Bukan berarti ibu Kirana sudah sembuh total. Ibu Kirana masih harus kontrol satu minggu sekali pada saya, dokter internis, Ridwan, dan dokter ortopedi, Haris. Ibu Kirana juga masih harus melanjutkan fisioterapi sebanyak 2x/minggu, dan konsultasi psikolog 2 minggu sekali. Selama di rumah pun harus banyak latihan. Jangan banyak berbaring."

Kirana menunduk. Ia tidak tahu bagaimana harus merespon terhadap kabar baik yang tak terduga ini.

"Mengenai ingatan ibu Kirana. Jangan terlalu dipaksakan. Pada pasien dengan kasus amnesia parsial seperti ibu Kirana, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. Ingatannya akan kembali, kembali dengan samar, atau tidak sama sekali. Saran saya...." dokter Nurman memandang lurus ke arah Kirana.

"Ibu Kirana membuat memori baru dibandingkan berusaha keras mengembalikan memori yang sudah hilang."

Hening... Tidak ada yang bersuara.

"Kalau begitu, saya pamit dulu. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada ibu Kirana. Perjuangannya selama dua bulan ini tidak sia-sia," ucap dokter Nurman.

Barra melangkah maju lalu menjabat tangan dokter Nurman. "Terima kasih banyak Dok."

"Sama-sama Pak. Kalau sudah di rumah, Peran bapak akan menjadi sangat penting bagi perkembangan kesembuhan Ibu. Dukungan dan motivasi dari keluarga biasanya akan menjadi semangat yang luar biasa bagi pasien," dokter Nurman menyambut jabat tangan Barra.

Kemudian, dokter Nurman keluar bersama perawat.

Kirana masih menundukkan wajahnya. Rasa dingin yang dirasakannya semakin menusuk ke dalam tulang.

Aku akan pulang? Pulang ke rumah? Rumah yang bahkan tidak kuingat. Kamar inilah rumahku. Aku hanya mengenal orang-orang di sini.

Dalam dua hari aku harus pergi dari sini, meninggalkan orang yang sudah seperti keluarga. Ke tempat asing di mana aku tidak tahu dan tidak mengenal siapa pun.

Mata Kirana terasa panas.

"Kira... " panggil Barra.

"Kepalaku pusing Mas. Aku mau tidur," selak Kirana tidak mau memandang suaminya. Ia tidak mau Barra membaca perasaannya.

Bu Wulan mendekati Kirana merapikan peralatan lukis lalu menurunkan overbed table.

Kirana merebahkan dirinya membelakangi Barra. Ia mendengar Barra menghela nafas.

"Bu Wulan hari ini boleh pulang. Tolong siapkan semuanya untuk kepulangan Kirana. Aku akan menemani Kirana sampai dua hari ke depan," perintah Barra.

"Tapi Mas... Bu Tanti...," ucap bu Wulan pelan.

"Aku akan mengurusnya. Tenang saja, Bu, mama tidak akan memarahi Ibu," yakin Barra.

"Baik Mas, kalau begitu," bu Wulan mengemasi barang-barang yang akan dibawa pulang.

Kirana memejamkan matanya. "Pulang...," ucap Kirana lirih.

Kata yang asing untuk Kirana. Ia ingin bahagia, tapi bayangan kosong dalam kepalanya membuat langkahnya menjadi berat.

Kirana tidak mau pulang. Kirana tidak mau meninggalkan kamarnya. Ia tidak mau pergi ke tempat di mana sang pemilik tidak menginginkan dirinya. Ia menitikkan air mata.

Kirana tidak tahu semenjak dokter Nurman pergi, Barra tetap berdiri di tempatnya. Memandangi punggung Kirana. Barra bisa melihat punggung Kirana bergetar. Dia tahu istrinya sedang menangis.

**********

Ruangan ini terasa sejuk dan nyaman. Kirana selalu merasa tenang saat di sini. Suara jam dinding berdetak pelan.

"Bagaimana perasaan Mba Kirana hari ini?" Seorang wanita menggunakan hijab panjang bertanya pada Kirana.

"Baik, Mba Aya."

Mba Aya adalah psikolog Kirana yang membersamai Kirana sejak terbangun dari koma. Hari ini, jadwal Kirana berkonsultasi dengannya. Barra menunggunya di luar.

"Saya dengar besok Mba akan pulang ke rumah. Gimana menurut Mba?"

Kirana mengedikkan bahu.

"Apakah ada rasa senang dan lega.... Atau takut mungkin?"

"Sejujurnya... Aku takut untuk pulang. Rumah yang disebutkan adalah tempat asing bagiku. Rumah yang kuingat adalah rumah orang tuaku dulu. Tapi, sekarang menurut bu Wulan, rumahnya sudah tidak ada. Sama seperti orang tuaku. Mereka juga sudah tidak ada," cairan bening terlihat di mata Kirana.

Mba Aya menyentuh tangan Kirana. "Itu perasaan yang wajar. Mba tidak perlu merasa itu rumah Mba. Ingatan bisa hilang tapi rasa aman bisa dibangun perlahan."

Kirana memandang lurus ke depan. Kosong.

"Aku merasa seperti orang asing di tubuh sendiri. Bu Wulan bilang aku sudah punya keluarga baru. Aku sudah menikah. Punya teman banyak. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang kuingat. Aku seperti manusia yang tidak utuh."

"Lalu, apa yang Mba rasakan tentang hal itu?"

Kirana memandang ke arah mba Aya. "Aku akan pulang sebagai 'orang baru', apakah itu tidak apa-apa?"

"Tentu saja tidak apa-apa, Mba. Anggap saja ini sebagai langkah untuk mengenal dirimu dari awal. Rumah Mba bisa menjadi lembaran baru, bukan tempat mengulang masa lalu." Mba Aya tersenyum hangat.

"Mungkin aku tidak bisa mengingat seperti apa hidupku sepuluh tahun ini. Tapi, setidaknya aku bisa belajar mencintai hidupku sekarang." Kirana balas tersenyum.

"Nah itu baru semangat! Besok saat pulang jangan pikirkan apa yang hilang, tapi apa yang bisa Mba bangun kembali."

Akhirnya Kirana bisa sedikit bernafas lega sejak kemarin.

*********

"Mau makan apa?" Barra berjongkok di depan Kirana, setelah sesi konsultasi. Mereka sedang berada di dalan lift.

Barra tersenyum menatap Kirana.

"Makan? Ini belum waktunya makan Mas, baru jam 4 sore." Kirana berpaling ke arah lain. Ia sedang tidak mau beradu pandang dengan Barra.

Barra mencari manik mata Kirana, "Hmmm... Kalau sate padang?"

Kirana menoleh tepat di depan wajah Barra.

"Mau?" senyumnya.

Tiba-tiba hidung Kirana mencium aroma bumbu makanan yang terbuat dari lidah sapi itu. Air liurnya menetes.

Sudah hampir 3 bulan Kirana tidak merasakan makanan dari luar rumah sakit. Dan, sate padang adalah makanan favoritnya.

"Mana boleh aku makan sate padang?" dalih Kirana.

"Boleh! Aku sudah tanya perawat. Kamu sudah boleh makanan makanan dari luar, asalkan tetap terjaga. Aku mau pesan online."

Barra merapikan anak rambut di kening Kirana.

"Mau...?" tanya Barra lagi.

"Mau," Kirana menjawab pelan.

Barra tersenyum sebelum mengetikkan sesuatu di ponselnya.

1
Penapianoh📝
ngk kebayang klo nnti ingatan Kirana kembali🙈 bagus klo dlu memang baik2 aja klo ngk 😭😭😭
Penapianoh📝
alhamdulillah, smgt trus kir berobat nya. perlahan-lahan aja😌
Penapianoh📝
kalian udah jadi besti an nih kir, sama bu wulan? 🤣
Jemiiima__
tdr dalam keadaan marahan itu gak enak weee 😭 cpet baikan kalian
Jemiiima__
kenapa sih bersikeras mau misahin anaknya
Jemiiima__
lgsg gak enak gini hawanya 🙄
Jemiiima__
syukurlah, selama ini usaha mu gak sia2 ya kiraa
Dewi Ink
alma sepertinya beda sama mamanya..
Dewi Ink
grogi tapi seneng yaa kiraa😂
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞🩷
nikah kontrakk ini mahh
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞🩷
jangan sebelah kecelakaan kamu hobii dugem Kirana /Facepalm/
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞🩷
Sepertinya rumah ini memang dirancang khusus buat Kirana, tempat kirana bisa menyalurkan hobinya 🥹
Alyanceyoumee
ya ampun jahat mama....🤧
Alyanceyoumee
semngat Kirana, pupuk terus biar tumbuh subur
Septi Utami
mertua stress ini lagi, baru geh Kirana bahagia karena Barra sudah perlahan mulai lembut malah muncul🥴
Lonafx
napa sihh mas Barra, sikapmu masih aja angin-anginan😤
Lonafx
walaupun kamu nyuruh Kirana buat tidak mengingatnya.. kejadian traumatis itu pasti suatu saat akan terus menghantui pikirannya lg, salah satunya yg paling sering ya lewat mimpi buruk..
Istri Zhiguang!
Ayo ucapin lagi nanti saat barra udah sadar sepenuhnya, biar dia tahu kamu suka sama dia/Sob/
Istri Zhiguang!
Barra kenapa?/Cry/
Istri Zhiguang!
Mimpi itu bakal terus dateng selama Kirana belum tahu kebenaran masa lalunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!