NovelToon NovelToon
Black Division

Black Division

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Sistem / Mafia
Popularitas:265
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
​Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
​Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Protokol Darmasakti

"Sudah cukup," suara Adharma akhirnya memecah keheningan. "Kalian membuktikan bahwa kain tidak lagi penting. Sekarang, pakai kembali pakaian kalian, Nyonya Menteri. Negosiasi yang telanjang hanya berlaku di Bar Harlottica."

Perintah itu, meskipun dingin, terasa seperti izin. Aditya Rahmansyah bergegas mengenakan kembali celana boxer, kemeja, dan jasnya dengan tangan gemetar. Ia tidak peduli pada kerutan atau lipatan yang salah; yang ia pedulikan hanyalah menutupi rasa malunya dan menghindari peluru.

Puja Fernando, dengan ketenangan yang luar biasa, mengenakan kembali bra, kemeja sutra, dan setelan jasnya. Gerakannya lambat dan penuh martabat, seolah-olah ia baru saja menyelesaikan upacara sakral. Meskipun pakaiannya kini agak acak-acakan—kemeja yang tidak dimasukkan sempurna, blazer yang sedikit miring—ia kembali menjadi Menteri Luar Negeri, meskipun dengan aura pengorbanan yang baru.

Begitu ia selesai, Puja berjalan mendekat, kini jaraknya hanya satu meter dari Adharma. Ia tidak takut, meskipun vigilante itu adalah mesin pembunuh yang dingin.

"Terima kasih atas 'kepercayaan' yang mahal ini, Adharma," ujar Puja, nadanya kini beralih menjadi profesional dan mematikan.

"Kau membicarakan kepercayaan, Nyonya Menteri," balas Adharma. "Sementara PBB baru saja mencap kami teroris. Itu bukan dasar negosiasi yang bagus."

Puja mengabaikan nada sindiran itu. Ia menatap Adharma dengan mata penuh kelelahan yang nyata.

"Saya sudah melihat ini cukup lama," kata Puja, pandangannya menyapu ke sekeliling mereka berempat. "Sejak dua tahun lalu, saat Wali Kota Damar Kusuma jatuh. Kemudian Orphan King enam bulan lalu. Semuanya korupsi kelas berat, mafia yang tak tersentuh. Saya, sebagai seorang pejabat tinggi, hanya bisa melihat, menyusun laporan, dan melihat proses hukum dibeli. Saya sudah muak, Adharma."

Tika Marlina, Harlottica, menyalakan rokok baru. "Dan kau ingin kami percaya, Nyonya Menteri, bahwa kau tidak ada di daftar target kami hanya karena kau 'muak'? Kami melihat namamu di daftar pejabat bersih. Tapi kami tidak butuh pengakuan moral, kami butuh alasan mengapa kau mempertaruhkan karirmu."

"Alasannya adalah Rhausfeld," jawab Puja tegas. "Keluarga itu tidak hanya merusak Indonesia. Mereka mengendalikan seluruh tatanan ekonomi dan militer global. Mereka menciptakan kehancuran, dan saya tidak bisa melawannya dengan pidato diplomatik."

Aditya Rahmansyah, yang kini sedikit pulih dari ketakutannya, dengan gugup menyela. "Tapi Bu Menteri, kenapa tidak bekerja sama dengan The Vault atau Vanguard? Mereka adalah organisasi anti-teroris yang disahkan, mereka punya sumber daya..."

Puja mendengus. "The Vault dan Vanguard adalah bagian dari sistem lama. Dan saat ini, fokus mereka terpecah. The Vault sibuk dengan ancaman kosmik dan sihir esoterik yang diwariskan Dewa Rukawi. Vanguard sibuk memadamkan konflik regional yang diciptakan Rhausfeld. Tidak ada yang fokus pada akar masalahnya."

Puja melangkah lebih dekat, suaranya menjadi bisikan konspirasi yang dingin.

"Kalian, Black Division, adalah satu-satunya entitas yang bergerak secara horizontal—melawan Farmasi, Militer, dan Keuangan sekaligus. Kalian adalah satu-satunya yang berhasil mengidentifikasi Rhausfeld—keluarga yang menurut teori konspirasi paling gelap, telah mengendalikan dunia sejak zaman Perang Salib melalui bank dan keuangan rahasia."

The Chemist, Yama Mendrofa, tertawa sarkas. "Hebat. Jadi, kami adalah solusi Pemerintah Indonesia untuk menghadapi teori konspirasi abad pertengahan yang ternyata benar? Bullshit."

Gunslingers tetap diam, visor matanya berkedip, memproses data.

Adharma tidak tertawa. Dia menatap Puja, menguji batas kebohongan wanita itu. "Kau datang jauh-jauh dari Istana, mempertaruhkan segalanya, hanya untuk mengatakan kami hebat. Itu tidak cukup. Apa yang kau tawarkan, Nyonya Menteri?"

Puja mengangguk, menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk momen ini. Ia menoleh ke Aditya, yang masih pucat.

"Aditya, ambilkan."

Aditya bergegas ke mobil sedan. Dalam hitungan detik, ia kembali dengan tas kulit tipis. Ia membukanya, mengeluarkan dokumen yang sangat tebal, dijilid rapi.

Dokumen itu memiliki header resmi Pemerintah Indonesia, tetapi dicap dengan segel hitam: SANGAT RAHASIA - PROTOKOL DARMASAKTI - SEKTOR E-12.

"Ini adalah alasan saya datang, Adharma," kata Puja, memegang dokumen itu. "Ini adalah Protokol DARMASAKTI."

Adharma dan yang lain langsung terkejut. Mereka tahu DARMASAKTI adalah kode. Itu adalah sandi militer yang sangat kuno, tetapi juga akronim dari nama pahlawan yang mereka anggap Ayah, Guntur Darma.

"Kau tahu nama asliku," ujar Adharma. Itu bukan pertanyaan, itu adalah pernyataan yang memperkuat tingkat ancaman dan intrik wanita di depannya.

"Saya tahu banyak hal," balas Puja. "Protokol ini saya rancang selama hampir dua tahun, bersama Menteri Pertahanan, tanpa sepengetahuan Presiden Bagaskara. Ini adalah Master Plan rahasia untuk merobohkan hegemoni finansial Rhausfeld di Asia, dan pada saat yang sama, melindungi yurisdiksi dan kedaulatan Indonesia dari intervensi PBB dan GATRA."

Puja meletakkan dokumen itu di atas kap mobil, menunjuk ke header yang dicap tebal.

"Saya menawarkan ini: Saya akan menggunakan semua sumber daya diplomatik, intelijen, dan militer yang bisa saya manipulasi untuk melindungi kalian dari status Buronan Internasional. Saya akan menciptakan narasi palsu, mengalihkan dana, dan memberikan kalian rute evakuasi. Semua yang kalian butuhkan ada di Protokol ini."

Wajah Gunslingers dan The Chemist yang sinis kini berubah menjadi penasaran total. Tika bahkan lupa merokok.

"Dan syaratnya?" tanya Adharma.

Puja Fernando menatap mata Adharma, tanpa berkedip.

"Syaratnya: Kalian harus mengikuti perintah saya. Kalian akan menjadi senjata rahasia Pemerintah Indonesia yang bekerja dalam bayangan, di bawah kendali saya. Kalian akan berburu Rhausfeld di mana pun saya tunjuk, dan kalian akan menyerahkan semua bukti yang kalian temukan kepada saya. Kalian tidak boleh lagi bertindak sendiri, atau saya akan membiarkan PBB dan Kaiser (mantan tentara elit yang sedang GATRA rekrut) yang datang mengambil kepala kalian."

Puja melangkah mundur, memberikan ruang pada Adharma. Matanya menantang.

"Sekarang, buatlah keputusanmu, Guntur Darma. Di luar sana ada GATRA dan PBB. Jika kalian bertindak sendiri, kalian mati di tangan pemerintah dunia, dicap sebagai teroris."

Puja menunjuk ke dokumen di kap mobil.

"Atau," kata Puja, menekankan setiap kata, "Kalian bekerja di bawah kendali saya, mematuhi Protokol DARMASAKTI, dan Menang dengan Pemerintah Lokal."

"Mati di tangan pemerintah dunia atau Menang dengan pemerintah Lokal?"

Keheningan kembali ke Distrik 16. Hanya ada suara angin dan jantung mereka yang berdetak. Adharma, The Chemist, Harlottica, dan Gunslingers saling menatap. Pilihan mereka akan menentukan perang global.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!