Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aturan Benang Takdir di Sanctum Aetherius
Ghoki, Lysandra, Kaelen, dan Fitria melangkah melewati Gerbang dan tiba di Sanctum Aetherius, dimensi para Deva.
Pemandangan itu sangat memukau dan membingungkan. Ruangan itu tak terbatas. Langit-langit dan lantai tidak ada; yang ada hanyalah ruang hampa yang dipenuhi cahaya kosmik keemasan. Di mana pun mereka melihat, mereka melihat Benang Takdir—jutaan untaian Esensi perak berputar, membentuk segala sesuatu: pilar, jembatan, dan bahkan struktur yang menjulang tinggi, Istana Penenun.
"Ini... ini adalah Esensi Murni," bisik Kaelen, terhuyung.
"Ini adalah realitas yang ditenun oleh Kanon Takdir," jelas Ghoki, matanya memancarkan pengetahuan yang ia serap. "Semua di sini adalah Benang Takdir. Setiap pemikiran, setiap gerakan, memiliki tujuan Esensi."
Lysandra mencoba melangkah. "Aku tidak bisa. Langkahku terasa seperti... melewati udara."
Fitria segera mengaktifkan Esensi Keseimbangan Udara-nya, yang kini lebih kuat karena kontak dengan Gerbang. "Aku akan menenun 'lantai' sementara. Ghoki, kau yang memimpin. Kau Penenunnya."
Ghoki memegang Aether-Kail. Ia tidak bisa menyerang dengan kailnya; ia harus menenun jalannya. Ia memfokuskan Esensi Soliditas dari Tongkat Ilusi di Gada Takdir.
Aku menenun... Benang Takdir Kekerasan Fana di bawah kaki kami!
Ghoki menarik. Benang Takdir perak di bawah mereka merespons, memadat menjadi jalan kristal yang kokoh.
"Jalan ini hanya akan bertahan selama aku fokus," kata Ghoki. "Kita harus cepat. Yusuf sudah lebih dulu di depan."
Mereka bergerak maju, menuju Istana Penenun yang menjulang.
Jebakan Logika Yusuf
Saat mereka mendekati istana, mereka sampai di sebuah jembatan yang seluruhnya terbuat dari Benang Takdir yang berputar. Di tengah jembatan itu, terdapat sebuah penghalang yang tidak terlihat.
Visio-Sonar Ghoki berteriak: Esensi Logika Terbalik.
Di depan mereka, sebuah Benang Takdir raksasa melayang. Benang itu memancarkan aura yang mengharuskan mereka untuk tidak berjalan di jembatan itu.
"Ini jebakan Yusuf," kata Ghoki dingin. "Dia menggunakan Esensi Kebohongan dan Kebenaran untuk menciptakan jebakan yang menyerang logika kita."
Kaelen mencoba melewatinya, tetapi ia dipukul mundur oleh gelombang energi tak terlihat. "Otakku terasa dipaksa untuk percaya bahwa jembatan ini tidak ada!"
Ghoki tahu ia tidak bisa memancing Benang Takdir Logika itu secara langsung—itu akan menghancurkan pikiran mereka.
Ghoki mengaktifkan Cermin Kebenaran dari Gada Takdir. Ia memfokuskan cermin itu pada Benang Logika Terbalik.
"Lysandra, gunakan Esensi Ilusi dari Tongkat Ilusi!"
Ghoki memancarkan Kebenaran Mutlak dari Cermin ke penghalang. Lysandra segera menciptakan Ilusi Kebohongan yang berlawanan.
Kebenaran Ghoki dan Kebohongan Lysandra bertabrakan dengan Esensi Logika Terbalik Yusuf. Penghalang itu tidak hancur, tetapi menetralkan dirinya sendiri.
"Kita berhasil!" kata Lysandra, tersenyum. "Kebenaran Mutlak dan Kebohongan Mutlak saling membatalkan!"
Mereka berlari melintasi jembatan.
Penjaga Esensi Kosmik
Tepat setelah melewati jembatan, mereka mencapai alun-alun besar di depan Istana Penenun.
Di sana, menunggu Yusuf, berdiri dua sosok yang sangat berbeda. Mereka bukanlah makhluk Aralia, melainkan makhluk yang terbuat dari Benang Takdir murni—Penjaga Esensi Kosmik.
The Weaver: Makhluk yang ditenun dari Benang Takdir Waktu dan Pergerakan. Ia bergerak sangat cepat.
The Knot: Makhluk yang ditenun dari Benang Takdir Kekuatan dan Keterikatan. Ia sangat padat dan tidak dapat dipancing.
Di kejauhan, di puncak istana, Yusuf sedang mengaktifkan sebuah altar besar, mencoba membuka Ruang Kanon—pusat dari Kanon Takdir.
"Mereka adalah penjaga Istana," kata Ghoki. "Kita harus melawan mereka. Ingat, mereka hanya terbuat dari Benang Takdir. Mereka adalah proyeksi."
Ghoki tahu ia harus mengalahkan kedua penjaga itu tanpa membuang waktu.
Ghoki mengayunkan Aether-Kail ke arah The Knot (makhluk yang padat). Ia tidak memancingnya, tetapi memancing Esensi di sekelilingnya.
Aku memancing... Esensi Kerapuhan ke dalam Benang Takdir The Knot!
Ghoki menarik. The Knot, yang terbuat dari Benang Keterikatan dan Kekuatan, tiba-tiba menjadi rapuh. Kaelen, yang kini diberi Esensi Kekuatan Regenerasi dari Gada Takdir, melompat maju dan menghancurkan The Knot dengan satu pukulan kuat.
Sekarang tinggal The Weaver, makhluk yang sangat cepat.
Ghoki mengarahkan Aether-Kail ke The Weaver. Ia tahu ia tidak bisa memancing Kecepatannya.
Ghoki memandang Fitria. "Fitria, ciptakan Ruang Statis di sekitarnya!"
Fitria mengumpulkan Esensi Keseimbangan Udara murni dan menciptakan zona di mana pergerakan dan tekanan udara seimbang secara absolut. The Weaver, yang mengandalkan Esensi Pergerakan, melambat hingga hampir berhenti.
Ghoki melompat maju, memegang Gada Takdir. Ia menghantam The Weaver dengan Gada Takdir yang diselimuti Esensi Keseimbangan Realitas Murni dari Mata Para Deva.
The Weaver hancur menjadi Benang Takdir perak yang bertebaran.
Mereka berhasil. Namun, di puncak istana, Yusuf sudah siap. Ia telah mencapai Altar Kanon.
"Terlambat, Ghoki!" teriak Yusuf, suaranya bergema di seluruh Sanctum Aetherius. "Aku telah menyentuh Kanon Takdir! Aku akan menulis ulang realitas ini! Aku akan menjadi Deva yang baru!"
Ghoki menatap timnya. Ia harus bergegas. Pertarungan terakhir akan terjadi di puncak Istana Penenun.