"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."
Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.
Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.
Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.
Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Menyamar Lebih Dalam.
Ling Yuan duduk bersila di tengah gudang rongsokan, tempat perlindungannya yang sunyi di pinggiran Kota Kekaisaran. Udara di sini terasa berat, berbau karat, debu, dan energi spiritual yang tertekan. Pedang Kutukan Mao diletakkan di pangkuannya. Setelah pertarungan singkat namun mematikan melawan agen bayangan Selir Sin (Siluman), Ling Yuan telah memenangkan waktu, tetapi ia juga telah memberikan petunjuk.
Ia menyeka bilah pedang yang kini kembali berkarat dan biasa-biasa saja. Namun, bagi mata spiritualnya, ia bisa melihat garis-garis hitam keunguan—sisa-sisa dari energi kutukan yang ia gunakan untuk melumpuhkan musuhnya. Kemenangan ini terasa hampa; ia tahu ini hanyalah pertarungan pemanasan.
“Kau terlalu cepat merasa puas, nak,” suara Jendral Mao, yang kini terwujud sebagai bayangan semi-transparan yang menyatu dengan pedang, beresonansi dalam pikiran Ling Yuan.
Ling Yuan tidak menjawab, tetapi gerakan tangannya yang membersihkan pedang berhenti. Ia tahu sang guru benar.
“Musuhmu bukan sekadar mata-mata bodoh yang haus emas,” lanjut Jendral Mao. “Selir Sin, atau entitas yang ia wakili, memiliki pemahaman mendalam tentang sihir kuno. Racun yang mereka gunakan—*Jejak Darah Sunyi*—hanya bisa dinetralkan oleh energi kutukan yang setara, atau kekuatan Ilahi yang murni. Keberhasilanmu menetralkannya berarti kau telah mengungkapkan dua hal: pertama, kau kuat; kedua, kau memiliki warisan yang sangat mereka takuti.”
Ling Yuan mengepalkan tangannya. Rasa frustrasi terasa. ‘Aku sudah menggunakan teknik penyegelan terbaik yang kau ajarkan, Guru. Aura bangsawan Yang-ku nyaris tidak terdeteksi. Hanya ada aura pemulung yang lemah,’ ia memprotes dalam benaknya.
Jendral Mao tertawa sinis, suara yang mirip gesekan baja tua. “Itu adalah segel yang dibuat untuk menipu kultivator biasa dan sensor kekaisaran, Ling Yuan. Selir Sin adalah kultivator yang hidup dari masa lalu. Dia merasakan *bau* kutukan, bukan sekadar melihat auranya. Kekuatanmu, yang sekarang berada di Mortal Peak setelah mematahkan kutukan pertama, terlalu bergejolak. Itu seperti mencoba menyembunyikan matahari di balik kain sutra tipis.”
Ling Yuan menunduk. Ia menyadari kebenaran pahit itu. Energi Kutukan Mao yang ia pelajari dari kitab terlarang itu unik. Itu adalah energi yang dirancang untuk menghancurkan dan membalikkan karma, dan auranya tidak mungkin disamarkan hanya dengan teknik spiritual standar. Selir Sin pasti telah mengirimkan laporan, dan kali ini, musuh yang akan datang akan jauh lebih cerdik, mungkin bahkan seorang Inkuisitor yang mengkhususkan diri dalam melacak sihir terlarang.
Ia harus menjadi lebih dari sekadar pemulung bisu; ia harus menjadi ketiadaan yang sempurna.
Ling Yuan berdiri, matanya menyapu sekeliling gudang. Rongsokan. Sampah. Barang-barang yang dibuang. Ini adalah identitasnya. Ia harus menjadikan kekuatannya sendiri seolah-olah itu adalah sampah yang tidak berguna.
“Aku butuh penyegelan kedua,” ucap Ling Yuan, suaranya parau karena jarang digunakan. “Bukan hanya untuk menyembunyikan darah Yang, tetapi untuk menekan energi Pedang Kutukan itu sendiri, mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak berarti.”
“Sebuah ide yang berani, dan bodoh,” balas Jendral Mao. “Menekan energi kutukan yang baru saja kau bebaskan dapat menyebabkan *Qi Deviation* yang brutal. Kau akan menghancurkan jalur kultivasimu sendiri. Kau harus menyatukannya dengan lingkungan, Ling Yuan, bukan menekannya.”
Ling Yuan berjalan ke sudut gudang, mengambil sepotong logam berkarat yang diselimuti kotoran kota, lalu ia memegangnya di tangannya. Ia memejamkan mata, memanggil Kitab Seribu Kutukan dalam ingatannya. Ada satu bab tersembunyi, yang tidak pernah ia sentuh karena risikonya yang tinggi: Teknik *Qi* Seribu Debu.
Teknik ini tidak menyegel; ia menyamarkan. Ia mengambil energi *Qi* lingkungan yang paling kotor, paling rendah, paling terabaikan—debu, polusi spiritual, getaran kemiskinan—dan menggunakannya sebagai selubung tebal di atas aura aslinya.
“Aku akan menguasai Teknik Seribu Debu,” putus Ling Yuan. “Aku akan menjadi bagian dari rongsokan ini. Selir Sin mencari aura bangsawan yang tercemar, atau kultivator kegelapan yang arogan. Aku akan memberinya pemulung yang tidak memiliki aura sama sekali.”
Jendral Mao terdiam sesaat, seolah sedang menimbang risiko keputusan ini. “Jika kau gagal, Ling Yuan, kau akan lumpuh secara permanen. Energi debu dan kutukan akan menyatu menjadi racun yang tidak dapat dibatalkan. Apakah kau siap mengambil risiko ini hanya untuk sebuah penyamaran?”
Ling Yuan menanggalkan jubahnya yang lusuh. Tubuhnya yang keras, dipahat oleh pelatihan sepuluh tahun di gunung, kini siap menerima penderitaan. Ia mengangguk.
“Jika aku tidak bisa menipu pengkhianat di gerbang rumahku sendiri, aku tidak pantas membalaskan dendam orang tuaku.”
...****************...
Ritual itu dimulai. Ling Yuan duduk di lantai yang dingin, mengelilingi dirinya dengan tumpukan logam bekas dan sisa-sisa spiritual dari sampah kota. Ia memanggil energi kutukan dari Pedang Kutukan Mao.
Wusss...
Gelombang energi hitam keunguan memancar dari dadanya, tetapi alih-alih membiarkannya menyebar sebagai aura kekuatan, Ling Yuan secara paksa menarik energi *Qi* terendah dari sekitarnya. Kotoran spiritual dari limbah kultivasi, getaran emosi negatif dari pasar yang ramai, bahkan partikel debu halus yang mengandung jejak polusi sihir—semuanya ditarik masuk ke dalam jalur kultivasinya.
Nyeri yang menyengat!
Tubuh Ling Yuan bergetar hebat. Itu bukan nyeri karena kekuatan, melainkan karena *ketidakcocokan*. Energi kultivasi tingkat tinggi yang murni berbenturan dengan energi kotor dan merusak. Rasanya seperti menelan pasir kasar yang mencoba merobek perutnya dari dalam. Keringat membasahi dahinya, bercampur dengan debu di lantai, menciptakan lumpur spiritual yang pahit.
“Pertahankan fokus!” teriak Jendral Mao secara spiritual. “Jangan biarkan energi debu menyentuh inti spiritualmu! Gunakan energi kutukan sebagai filter, bukan sebagai penerima! Kau harus memaksa mereka menari di batas kulitmu!”
Ling Yuan menggigit bibirnya hingga berdarah. Ia harus menguasai dualitas yang mengerikan: di dalam, ia harus tetap murni dan kuat, namun di luar, ia harus menjadi representasi dari kelemahan dan kekotoran.
Setiap tarikan napas terasa seperti menghirup pecahan kaca. Jika ia mengendur sedikit saja, energi kutukan akan menyerap debu itu dan mengubahnya menjadi racun maut yang tak terhindarkan. Jika ia terlalu kuat, energi kutukan akan menolak debu itu, meledakkan penyamarannya.
Ia memaksakan keseimbangan. Perlahan, dengan kontrol yang mengerikan, ia mulai menyalurkan energi kotor itu. Energi Kutukan Mao, yang dulunya berapi-api dan agresif, kini bertindak sebagai pengikat, memaksa energi kotor itu membentuk lapisan spiritual yang buram.
Desiran!
Lapisan itu akhirnya terbentuk. Ling Yuan tidak lagi memancarkan aura. Ia menyerapnya. Jika kultivator lain menggunakan sensor spiritual untuk memindainya, mereka akan merasakan kehampaan yang sempurna, atau, lebih buruk lagi, energi statis yang tidak berharga dari seorang pemulung biasa.
Ling Yuan membuka matanya. Rasa sakit mereda, digantikan oleh kelelahan total. Ia berhasil. Kultivasinya yang sebenarnya, yang mendekati tingkat Demigod, kini diselimuti oleh selubung spiritual yang lebih efektif daripada seratus segel.
Jendral Mao, yang kini kembali diam di dalam pedang, memberikan pengakuan yang langka. “Bagus. Itu adalah penyamaran yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang bersedia menanggung penderitaan kekotoran. Selir Sin mungkin akan menemukan jejakmu, tetapi ia tidak akan bisa membedakanmu dari jutaan orang miskin di kota ini.”
Ling Yuan mengambil napas dalam-dalam. Ia kembali mengenakan jubah pemulungnya yang lusuh, mengambil karung goni bekasnya, dan melangkah keluar dari gudang. Gerakannya kini lebih lambat, lebih membungkuk—gestur seorang pemulung yang lelah.
Ia telah menyamarkan kekuatannya lebih dalam. Namun, ia tahu Selir Sin tidak akan menunggu. Ia harus segera bergerak untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan mematahkan kutukan berikutnya.
...****************...
Sementara Ling Yuan menyelesaikan penyamaran mendalamnya, di sisi lain Kota Kekaisaran, Selir Sin memanggil tim barunya.
Di ruang terlarang, tiga sosok kultivator yang jauh lebih berotot dan terlatih berdiri dengan membungkuk. Mereka bukan mata-mata, melainkan pemburu. Pemimpin mereka, seorang pria bernama Zhou Lei, memiliki jubah hitam yang disulam dengan benang perak, menunjukkan afiliasinya yang mendalam dengan Sekte Bayangan Hitam.
Selir Sin duduk di singgasana batu obsidian, tangannya memegang jimat komunikasi yang masih hangat. Laporan dari Jendral Yang bahwa ia telah mengirim penjaga untuk 'membersihkan anomali' telah membuatnya yakin bahwa ia memiliki waktu untuk bergerak tanpa dicurigai suaminya.
“Zhou Lei,” Selir Sin mendesis, nada suaranya kini kembali tajam dan berkuasa. “Agen pertama kita gagal. Dia tewas, dan racun Hierarki kita dinetralkan. Ini menunjukkan bahwa kita tidak berurusan dengan kultivator liar biasa.”
Zhou Lei, seorang kultivator tingkat Demigod awal, mengangkat kepalanya yang botak, matanya memancarkan rasa haus darah. “Kami telah mempelajari pola energinya, Nyonya. Ada kilatan kekuatan gelap yang cepat, tersembunyi, lalu lenyap. Cepat seperti Pedang Kutukan, namun dingin seperti Kutukan Penghapusan Jiwa. Jika dia memiliki warisan Mao, dia harus dihentikan sebelum mencapai puncaknya.”
“Tepat sekali,” Selir Sin menyetujui. “Aku tidak ingin dia dibunuh, *belum*. Aku ingin dia diuji. Aku ingin kalian memaksanya menggunakan Pedang Kutukan itu di tempat terbuka. Uji batas penyamarannya. Jika dia adalah Ling Yuan yang kami buang, dia akan membawa dendam yang buta.”
Selir Sin melemparkan sebuah peta Kota Kekaisaran ke lantai. Lingkaran merah berkedip di sekitar area rongsokan tempat Ling Yuan beroperasi.
“Mulai besok malam, gunakan Turnamen Tujuh Kota yang akan datang sebagai penutup. Cari anomali energi di area ini, tetapi jangan membunuhnya. Aku ingin dia diuji oleh kekuatan yang lebih besar. Jika dia menahan diri, dia mungkin bisa diselamatkan. Jika dia menggunakan Pedang Kutukan Mao secara terbuka, maka dia harus dihilangkan.”
“Lalu, bagaimana kami akan mengujinya tanpa membunuhnya?” tanya Zhou Lei, menyeringai. Kultivator sekte gelap suka bermain-main dengan mangsa mereka.
Senyum Selir Sin melebar, menampakkan kegelapan sejati di balik pesona luarnya. “Gunakan orang lain. Serang jaringan informannya, ciptakan kekacauan di area tempat dia tinggal. Paksa dia untuk mengambil keputusan: menyelamatkan orang yang tidak berharga, atau menyelamatkan dirinya sendiri. Jika dia memilih menyelamatkan, dia akan mengungkap kekuatan tersembunyinya. Pergilah. Aku ingin hasil dalam 48 jam.”
Ketiga bayangan itu menghilang ke dalam kegelapan. Misi telah ditetapkan: bukan lagi mencari, melainkan memprovokasi. Selir Sin akan menggunakan kekejaman sebagai umpan untuk memancing Ling Yuan keluar.
Sementara itu, Ling Yuan, yang kini tampak seperti pemulung paling biasa di jalanan, berjalan menuju pusat kota. Dengan penyamaran yang lebih dalam, ia merasa aman. Ia mulai mengumpulkan sampah, mengamati orang-orang yang bergegas menuju arena turnamen. Ling Yuan fokus pada rencana jangka panjangnya: mengumpulkan kekuatan, mematahkan kutukan, dan mempersiapkan diri untuk turnamen. Ia tidak tahu bahwa rencananya untuk bersembunyi baru saja dihancurkan oleh provokasi brutal Selir Sin yang akan datang, yang akan memaksanya bertarung lebih cepat dan lebih keras dari yang ia bayangkan. Ia akan diuji di tengah-tengah kerumunan, di hadapan mata seluruh elit kultivasi Kekaisaran.