NovelToon NovelToon
Absolute Martial Art

Absolute Martial Art

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Harem / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Pengangguran Sukses

Dunia dimana yang kuat berkuasa dan yang lemah di tindas, tempat dimana banyak harta karun tersembunyi dan hewan moster berkeliaran. Seni bela diri adalah kehidupan dan kehidupan adalah seni bela diri itu lah kehidupan para kultivator

Zhou Yun yang merupakan keturunan dari Klan Zhou yang agung, serta mempunyai bakat yang luar biasa ingin menyatukan seluruh upper realm dibawah namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengangguran Sukses, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Pedang Langit Surgawi

Hari berikutnya menjadi masa yang tenang namun penuh perhatian bagi Zhou Yun.

Hari pertama, para murid dan pelayan sekte mulai berdatangan, membawa hadiah. Ada yang membawa tanaman spiritual, ada yang membawa mineral langka, ada pula yang sekadar datang untuk memberi salam. Zhou Yun menerima mereka dengan sopan, namun tetap menjaga jarak—ia tahu tidak semua wajah tersenyum benar-benar tulus.

Hari kedua, para tetua muda datang bergiliran, menawarkan bimbingan, bahkan ada yang mencoba merayu agar ia bergabung dalam fraksi mereka. Zhou Yun menolak dengan halus. Malam harinya, ia kembali duduk bersila di ruang kultivasi, menstabilkan terobosannya. Aura Sacred Sovereign di tubuhnya makin terkendali, bagaikan naga tidur di bawah permukaan.

Hari ketiga, barulah ia bisa berjalan santai di taman spiritual rumahnya. Burung-burung spiritual beterbangan, bunga-bunga langka bermekaran, dan energi di udara terasa begitu murni. Zhou Shen datang, membawa kendi arak spirit. Mereka duduk berdua di tepi kolam, minum sambil mengingat masa kecil.

“Sejujurnya, aku masih sulit percaya kau sekarang sudah di ranah Sacred Sovereign,” kata Zhou Shen sambil tertawa kecil.

“Kalau kau kalah dalam taruhan denganku suatu hari nanti, aku tak akan segan menagihnya, meski kau sudah jadi naga di langit.”

Zhou Yun tersenyum samar, memandang permukaan air yang berkilauan.

“Haha, tenang saja. Bagiku, kau tetap Zhou Shen, sepupuku. Tidak ada jarak di antara kita.”

Matahari sore menyoroti keduanya. Untuk pertama kalinya setelah perjalanan panjang penuh darah dan intrik, Zhou Yun benar-benar merasa memiliki rumah.

Setelah tiga hari berlalu, kehidupan Zhou Yun mulai menemukan ritme baru. Meski statusnya membuat banyak orang memandangnya tinggi, ia tetap menjalani hari-harinya dengan ketenangan.

Pagi Hari

Setiap fajar, ketika matahari baru menembus kabut spiritual, Zhou Yun sudah duduk bersila di ruang kultivasi. Formasi pengumpulan energi bekerja tanpa henti, membuat aliran spiritual di ruangan itu bagaikan sungai deras yang mengalir ke tubuhnya.

Suara samar naga dan pedang kerap terdengar ketika ia bermeditasi—pertanda dua jalur Dao yang ia tekuni mulai menyatu perlahan. Tubuhnya dipenuhi cahaya keemasan, lalu kembali jernih seakan tak terjadi apa-apa.

Usai kultivasi, ia berjalan keluar ke taman spiritual. Rumput hijau berembun, bunga-bunga spiritual mengeluarkan aroma menenangkan, dan kolam kecil memantulkan langit pagi. Burung-burung spiritual hinggap di ranting pohon, bernyanyi dengan suara merdu.

Pelayan pribadi yang ditugaskan sekte datang membawakan teh spiritual. Dengan tenang, Zhou Yun meminumnya, membiarkan pikirannya tetap jernih.

Siang Hari

Zhou Yun biasanya menghabiskan siang dengan melatih teknik pedang. Di halaman luas rumahnya, ia berdiri dengan pedang panjang berwarna perak, lalu menebas dalam gerakan lambat. Namun setiap tebasannya mengandung aura yang mampu memecah batu besar jika dilepaskan sepenuhnya.

Kadang-kadang Zhou Shen datang untuk berlatih bersama. Meski kekuatan mereka berbeda jauh, Zhou Yun tetap meluangkan waktu untuk mengajari sepupunya—bukan dari sudut pandang merendahkan, tapi sebagai seorang saudara.

“Aura pedangmu masih kasar,” kata Zhou Yun suatu hari sambil menahan tebasan Zhou Shen dengan dua jari saja.

“Gunakan napasmu, jangan hanya otot.”

Zhou Shen mengangguk, meski berkeringat deras, ia tertawa lebar.

“Hahaha! Kau memang tidak berubah, selalu serius kalau soal pedang.”

Sore Hari

Ketika sinar matahari mulai redup, Zhou Yun sering berjalan menyusuri area rumahnya. Ia memeriksa tanaman spiritual, memastikan formasi pelindung tetap stabil, bahkan sesekali membantu pelayan menyusun ulang batu-batu formasi.

Meski bisa memerintah, ia tidak terbiasa memperlakukan orang lain dengan angkuh. Para pelayan diam-diam kagum—murid inti tertinggi ternyata rendah hati, berbeda dengan rumor tentang murid kuat lain yang sering sombong.

Kadang ia menerima kunjungan beberapa murid inti. Ada yang datang untuk memberi hormat, ada pula yang mencoba mendekat demi keuntungan. Zhou Yun menanggapi semua dengan senyum tipis dan jawaban singkat—cukup ramah, tapi tetap menjaga jarak.

Malam Hari

Saat malam tiba, langit sekte dipenuhi cahaya bulan. Zhou Yun duduk di tepi kolam, menatap permukaan air yang berkilau diterpa bulan. Ia sering merenung tentang masa lalunya—tentang ayah dan ibunya, tentang perjuangan di klan, hingga jalan berdarah yang membawanya ke sini.

Zhou Shen kadang membawa arak spirit dan menemaninya. Mereka minum bersama, berbincang ringan, lalu tertawa mengingat kenangan lama. Bagi Zhou Yun, momen sederhana itu terasa lebih berharga daripada pujian atau hadiah yang ia terima dari sekte.

Namun, setiap malam sebelum tidur, ia tetap kembali ke ruang kultivasi. Ia tahu kedamaian hanyalah sementara, dan jalan seorang kultivator sejati tidak pernah bebas dari bahaya.

“Selama aku terus melangkah maju… tidak ada yang bisa menghentikanku,” bisiknya dalam hati, sebelum menutup mata dan kembali menyatu dengan energi dunia.

Hari keempat setelah kepindahannya, kabar tentang terobosan Zhou Yun ke Ranah Sacred Sovereign sudah menyebar ke seluruh sekte. Semua orang membicarakan namanya, dan sebagian besar murid menaruh rasa kagum bercampur iri.

Sore itu, ketika Zhou Yun sedang melatih pedangnya di halaman rumah, sebuah suara lembut terdengar dari luar gerbang.

“Bolehkah aku masuk?”

Zhou Yun menghentikan gerakannya. Pedangnya berhenti di udara, lalu perlahan ia sarungkan. Ketika ia menoleh, seorang wanita muda berdiri di luar pagar batu putih rumahnya. Rambutnya panjang terurai, hitam berkilau seperti malam. Wajahnya begitu cantik, seakan ukiran dewa, dengan mata jernih yang menyimpan ketenangan mendalam.

Ia adalah Lan Xue, murid inti tertinggi lain, yang terkenal bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga karena bakatnya dalam Dao Es. Banyak murid laki-laki menjulukinya Dewi Es Sekte Pedang Langit.

Zhou Yun sedikit mengangguk.

“Silakan masuk.”

Langkah Lan Xue begitu ringan, seolah ia berjalan di atas angin. Ia berhenti beberapa langkah di hadapan Zhou Yun, lalu menatapnya dengan sorot mata dalam.

“Aku ingin melihat sendiri… apa benar kau sudah menembus Sacred Sovereign,” katanya tanpa basa-basi.

Zhou Yun tidak tersinggung. Ia hanya melepaskan sedikit auranya. Seketika, udara di sekitarnya bergetar, rumput dan dedaunan tertunduk seolah memberi hormat. Lan Xue terdiam, lalu bibirnya melengkung tipis—entah senyum atau sekadar pengakuan.

“Jadi benar,” ucapnya pelan.

“Sekarang, tak ada lagi yang bisa meragukanmu.”

Zhou Yun mengamati wajahnya dengan tenang. Meski cantik, auranya dingin, seperti es abadi yang sulit ditembus.

“Lalu apa tujuanmu datang ke sini?” tanyanya.

Lan Xue menunduk sedikit, tatapannya kini lembut namun tetap mengandung jarak.

“Aku ingin mengucapkan selamat. Juga… memperingatkanmu.”

“Memperingatkan?” Zhou Yun mengerutkan kening.

“Menjadi murid inti tertinggi berarti berdiri di puncak… dan di puncak selalu ada angin yang lebih kencang,” jawabnya.

“Bukan hanya murid, bahkan sebagian tetua pun bisa merasa terancam olehmu. Hati-hati pada siapa kau membuka hatimu, Zhou Yun.”

Kata-kata itu mengandung ketulusan, namun juga misteri. Ia lalu berbalik, berjalan ke arah gerbang. Sebelum pergi, ia berhenti sejenak dan berkata dengan suara lirih:

“Kalau suatu hari kau butuh sekutu… mungkin kita bisa bicara lagi.”

Begitu sosoknya menghilang di balik pagar, Zhou Yun berdiri dalam diam. Angin sore berhembus, membawa aroma samar bunga spiritual dari taman.

Di hatinya, Zhou Yun merasa ada sesuatu yang berbeda. Lan Xue bukan sekadar wanita tercantik di sekte—ia adalah seseorang yang bisa menjadi kawan, atau justru lawan paling berbahaya.

Namun untuk saat ini, ia hanya menarik napas dalam dan kembali ke rumahnya.

“Sepertinya kedamaian ini akan segera berakhir…”

1
Davide David
abdet thor
Bagus Rozi: Ditunggu ya hari minggu ada crazy up😁
total 1 replies
Anisanisa Nisa
😊
Ubur ubur
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!