Ketika membuka mata, Dani menemukan dirinya berada di sebuah kamar. Ia tak mengingat apapun tentang dirinya. Di sana dia bertemu dengan pria yang mengaku sebagai bosnya. Pria itu mengatakan kalau Dani merupakan personal trainer di gymnya yang diketahui juga melakukan pekerjaan p|us-p|us.
Namun semua itu tak berlangsung lama, karena ingatan Dani perlahan pulih setelah bertemu wanita yang mengetahui masa lalunya. Saat itulah Dani menggunakan keahlian hipnotisnya dan mengambil alih bisnis gym. Siapa yang menduga? Bisnis itu menjadi sukses besar saat dikelola oleh Dani.
"Layanan trainer-trainer di gym 24 luar biasa. Pokoknya bikin lemas dan banjir lendir. Eh, maksudnya lendir keringat. Hehe..." ucap salah satu tante langganan gym 24.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - Pilihan Lexy
Clara menatap tajam anak gadisnya yang dengan berani memotong pembicaraannya. Sorot matanya seperti hendak mengiris siapa saja yang menentangnya. Namun Lexy, dengan kepala tegak dan tangan bersedekap, tetap berdiri di sana tanpa gentar. Ia tahu ibunya adalah sosok yang menakutkan—tapi ia juga tahu bahwa dirinya adalah satu-satunya yang bisa mengubah keputusan keras kepala itu.
"Lexy," suara Clara berat dan penuh tekanan, "jangan macam-macam. Aku tidak sedang bermain."
"Aku juga tidak main-main, Mom. Aku yang akan dikawal, jadi aku punya hak untuk memilih siapa yang menjagaku." Lexy balas menatap tajam.
Beberapa anggota pria saling lirik. Ini pertama kalinya Lexy melawan Clara di depan umum. Bahkan para wanita—yang jumlahnya mendominasi kelompok Kalajengking Hitam—ikut memandang penuh tanda tanya dan ketegangan.
Clara menarik napas panjang. Kedua tangan bersarung kulitnya mengepal. Namun, bukannya meledak marah seperti biasanya, Clara justru melirik Lexy dengan pandangan berbeda—seperti ada rasa hormat baru.
"Baiklah," katanya akhirnya, suaranya tenang namun dingin, "kalau begitu, pilihlah. Tapi ingat, satu saja membuat masalah, aku akan tarik mereka kembali."
Lexy tersenyum tipis. “Deal.”
Clara melangkah mundur, memberi ruang pada Lexy untuk memilih. Langkah Lexy ringan, namun penuh percaya diri. Ia berjalan perlahan melewati barisan anggota pria yang berdiri tegak. Beberapa dari mereka menegakkan dada, berharap terpilih. Beberapa lainnya justru melengos, tak ingin terlibat dengan putri gila dari bos mereka.
Namun Lexy tahu siapa yang dia cari.
Langkahnya berhenti ketika sampai di hadapan seorang pria berambut hitam pendek, wajahnya tajam dan tatapan matanya tenang. Deva.
Dia tidak seperti anggota lainnya yang penuh gaya dan senyum genit. Deva hanya berdiri santai, tangan di belakang, wajah tanpa ekspresi. Tapi justru itu yang membuat Lexy penasaran sejak awal. Ia pernah memperhatikan Deva saat latihan menembak—fokus dan cekatan. Tapi Deva tak pernah meliriknya balik, bahkan saat Lexy lewat dengan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.
"Namamu Deva, kan?" tanya Lexy, senyumnya misterius.
Deva mengangguk sekali, tanpa kata.
"Aku pilih kau. Kau akan jadi pengawal pertamaku."
Beberapa orang langsung berbisik. Pilihan itu mengejutkan. Deva bukan anggota yang populer, meski dia termasuk salah satu dari sedikit pria yang bertahan lama di Kalajengking Hitam.
Clara mengangkat satu alis, lalu tersenyum samar. “Menarik.”
Lexy melanjutkan, kini berdiri di hadapan pria bertubuh kekar bernama Tegar. Tubuhnya penuh tato dan dikenal sebagai petarung jalanan sebelum direkrut Clara.
“Kau juga. Aku suka cara kau bertarung.”
Tegar langsung menyeringai. “Siap, Nona!”
Lalu, Lexy melirik ke arah seorang wanita muda yang berdiri tak jauh dari komputer portable di sudut ruangan. Rambutnya pendek, mengenakan jaket kulit dengan logo digital Kalajengking Hitam. Namanya Rani. Ia bukan petarung, tapi dikenal sebagai ahli teknologi dan strategi pelarian. Dia bisa membobol sistem keamanan apa pun.
“Kau yang terakhir.”
Rani melotot kaget. “Aku? Tapi… aku bukan pengawal, Lexy.”
“Bukan pengawal, tapi kau bisa bantu kami kabur kalau terjadi kekacauan, kan?” balas Lexy.
Rani tersenyum kikuk. “Y-ya, tentu. Tapi…”
“Tak ada tapi. Aku suka orang yang tahu caranya kabur hidup-hidup.”
Lexy kembali ke hadapan ibunya. “Nah, sudah. Tiga orang. Aku yang pilih. Puas?”
Clara menatap Deva lama. “Pastikan mereka tidak membahayakanmu.”
“Tenang aja, Mom. Justru mereka yang harus hati-hati biar nggak jatuh cinta padaku,” jawab Lexy santai, lalu berbalik meninggalkan ruangan.
Deva melirik sekilas pada Clara. Ada tekanan halus dalam tatapan bosnya itu, seakan memberi peringatan bahwa tugas ini bukan sekadar menjaga putri manja. Tapi Deva hanya mengangguk pelan, lalu mengikuti Lexy bersama Tegar dan Rani.
Jujur saja, Deva sebenarnya sangat gugup. Namun dia tak bisa menampik kalau kesempatan yang didapatnya sekarang adalah peluang emas.
walaupun dia anak dari musuh besarnya tapi Laluna sudah punya anak dari Dani.
semoga nanti bisa bersatu dengan Dani .
bahagia bersama anak mereka
jangan-jangan nanti Lexy juga hamil...