Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan siang
Tanpa aba-aba Rasyad menggendong istrinya je kamar mandi.
"Mas, turunkan aku! Nanti jatuh."
"Nggak mungkin. Diam, jangan bergerak!"
"Tapi... "
"Sstt... aku tahu pasti masih perih."
Setelah menurunkan istrinya di dalam kamar mandi, Rasyad pun keluar. Ia bisa saja mengajak istrinya mandi bersama. Namun ia takut tidak bisa menahan hasratnya lagi.
Saat Erina berkaca, matanya mendelik melihat beberapa tanda merah di sekitar dada dan lehernya.
"Astaga... dia manusia apa vampir." Lirihnya.
Namun Erina mengulum senyum saat mengingat kejadian semalam.
Selanjutnya, ia membersihkan diri dengan air hangat. Meski begitu rasanya masih dingin.
Setelah Erina selesai mandi dan berwudhu, giliran Rasyad masuk ke kamar mandi. Erina menunggunya untuk shalat Shubuh berjama'ah.
Pagi ini suasana apartemen berbeda. Kedua penghuninya sedang demam tempat tidur. Bagaimana tidak? Setelah selesai shalat Shubuh, Rasyad tidak membiarkan istrinya keluar dari kamar. Sat Erina mencium punggung tangan suaminya, Rasyad membalas dengan mengecup keningnya. Erina melipat kembali mukenahnya.
Setelah itu, ia mengintip ke luar jendela. Salju sudah menutupi dedaunan pohon di pinggir jalan. Rasyad memeluknya dari belakang. Ia menyandarkan kepalanya ke baju Erina.
"Sepertinya alergimu sudah sembuh, sayang."
Erina baru menyadari akan hal itu.
"Sepertinya begitu, mas."
Tiba-tiba Rasyad menggendongnya ala bridal style....
"Eh eh... kamu mau ngapain, mas?"
"Mau bikin alergimu lebih sembuh lagi."
Rasyad menurunkan istrinya di atas tempat tidur. Perjuangannya membobol benteng takeshi semalam belum tuntas. Ia ingin menuntaskannya hari ini juga agar tidak penasaran lagi. Rasyad menuntun tangan istrinya agar membantunya membuka baju koko yang ia pakai. Erina pun membuka kancing baju suaminya satu persatu. Otot perut itu terpampang dengan nyata di hadapannya. Ia tidak perlu curi-curi pandang lagi atau pun pura-pura tidak melihatnya. Rasyad menuntun tangan itu untuk meraba ototnya. Dengan secepat kilat adik kecil Rasyad pun bangkit. Erina melotot melihat sesuatu yang bersembunyi di balik sarung itu bergerak. Sesuatu yang telah membobol pertahanannya semalam itu kini sudah mulai beraksi. Erina menelan salivanya sendiri. Mulutnya menganga melihat itu. Rasyad langsung mendorong tubuh istrinya hingga Erina terbaring di atas tempat tidur. Nafasnyanya sudah tidak beraturan. Tangan Rasyad menyelinap dari balik daster Erina. Rasyad mencumbu istrinya dengan lembut. Dan terjadilah apa yang harus terjadi. Pagi ini mereka sama-sama mencapai kenikmatan yang hakiki. Setelah mengeluarkan keringat bersama, mereka pun tertidur.
Sementara itu, di Indonesia kedua orang tua mereka sedang memantau layar CCTV yang terhubung ke ponsel mereka.
"Ayah, Erina dan suaminya tidak keluar juga. Padahal sekarang di sana pasti sudah jam 8."
"Di sana musim salju, bun. Mungkin mereka tidur lagi karena kedinginan. Atau mungkin saja sedang memproses pembuatan cucu kita, haha.. "
"Ya Allah... bahasa mu itu lho, yah."
Sedangkan orang tua Rasyad juga sedang mengira-ngira.
"Apa mereka nggak lapar ya, Pa. Jam segini mereka belum keluar kamar juga."
"Paling juga lagi makan yang lain, Ma. Lebih nikmat pula. Jadi nggak ingat lapar. Haha... "
"Papa yakin?"
"Yakin dong. Mama ini kayak nggak pernah jadi pengantin baru saja."
"Iya, tapi jan mereka belum cinta Pa."
"Mama tahu dari mana mereka belum cinta? Mereka itu cuma belum menyadarinya. Yang namanya kucing dikasih ikan pasti dimakan, Ma. Nanti juga mereka akan menyadari perasaannya.
Mama hanya mengulum senyum.
Kembali ke Paris.
Pengantin baru masih belum berkutik dari atas tempat tidur. Erina terbangun karena mendengar Handphone nya berdering. Namun saat sering akan menerima telpon keburu mati. Ia terkejut melihat jam di handphone nya.
"Jam 9. Ya Allah sudah siang. " Lirihnya.
Ia pun membangunkan suaminya dengan lembut.
"Mas, bangun. Sudah jam 9. Akmu nggak lapar Mas? "
"Hem... "
"Ayo bangun. "
"Sayang, aku lapar. Tapi pingin makan kamu."
Erina menganggap suaminya hanya asal bicara. Namun saat ia ingin beranjak dari tempat tidur, dengan secepat kilat, Rasyad menariknya sehingga ia jatuh menindih suaminya. Rasyad pun langsung memeluknya.
"Mas... ih, ayo lepas!"
"Nggak mau."
"Mas, aku mau mandi terus masak buat sarapan."
"Cium dulu!"
Rasyad memajukan wajahnya. Erina pun mencium hidung suaminya.
"Bukan di situ. Di sini."
Ia menunjuk bibirnya.
Erina pun terpaksa menuruti suaminya. Ia berniat hanya mengecupnya. Namun tangan Rasyad dengan cepat menahan kepala Erina. Rasyad mengulum bibir itu dengan penuh semangat. Tidak hanya itu, bahkan tangannya tidak tinggal diam. Erina hanya bisa pasrah. Niatnya untuk mandi dan masak harus tertunda akibat perbuatan suaminya. Terjadilah olahraga panas di pagi yang sejuk.
Saat akan bangun, Erina berasa badannya remuk redam. Suaminya itu sudah membuatnya kalang kabut. Ia menganggap pinggulnya yang linu sambil berjalan ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Erina keluar dari kamar dengan menggerai rambutnya yang masih basah. Ja pergi ke dapur untuk membuat sarapan yang bukan pagi lagi namun menjelang siang. Rasyad pun keluar dari kamar dan duduk di sofa sambil memeriksa email yang masuk di laptopnya.
Pagi ini Erina mau memasak nasi goreng karena masih ada sisa nasi kemarin. Ia juga menggoreng telur dadar dan nugget untuk lauknya. Rasyad memperhatikan istrinya yang sedang memasak. Ia senyum-senyum sendiri mengingat perbuatannya.
Saat Erina tengah menggoreng telur, tiba-tiba Rasyad memeluknya dari belakang. Sontak Erina terkejut.
"Mas, kamu ngagetin saja."
"Hem baunya enak."
"Namanya juga telur ya enak lah."
"Bau kamu yang enak, sayang." Rasyad mencium tengkuk istrinya.
Erina merasa geli.
"Mas, malu ih diliatin CCTV."
"Haha... nggak ada. Kan, arah sana."
"Iya, tapi lepas dulu. Ini susah gorengnya. Nanti gosong."
Bukan melepas, justru Rasyad menegang tangan Erina yang sedang menggoreng dan menuntunnya. Erina hanya bisa geleng-geleng kepala.
Akhirnya Erina selesai memasak. Mereka pun makan bersama. Setelah selesai makan, Erina menerima telpon dari Friska. Karena dari tadi Friska menelponnya berkali-kali.
"Hallo.... "
"Ya Tuhan, Er. Dari tadi ditelpon ke mana saja sih? "
"Tidur."
"What..? Tidur saja apa sambil lain-lain?"
"Huh... kepo. Ada apa, Friska? "
"Masa kerjamu kan, tinggal satu minggu. Kita mau adain acara perpisahan kecil-kecilan buat kamu."
"Nggak usah, Friska."
"Tidak bisa, ini sudah dapat acc dari miss Alena."
"Kapan acaranya?"
"Tiga hari lagi."
"Baiklah. Aku ikut saja. Di mana?"
"Di hotel RG."
"Okey, terima kasih ya."
"Sama-sama. Ehem.. by the way, gimana sukses?"
"Apanya?"
"Bikin suamimu klepek-klepek."
"Apaan sih. Udah ah, aku mau cuci piring dulu nih. Bye... "
Setelah menutup telpon Erina kembali ke dapur untuk mencuci piring. Namun ternyata, suaminya sudah melakukannya.
"Makasih, mas."
"Adalah imbalannya." Rasyad mengedipkan sebelah matanya.
Erin a menghela nafas panjang.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selamat Bumil dn Arsyad