"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.
"A-abila!." Jawabnya tergagap
"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.
Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."
"Good!."
Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila
Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.
Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila
Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
"Heh tukang tidur!."
Abila tidak sengaja ketiduran didalam perpustakaan, gadis itu terlalu lelah karena semalam dia sulit untuk tidur, pikirannya dipenuhi dengan ancaman Zerga.
Dan Zerga juga telah mengetahui keinginan Abila yang sudah lama terpendam untuk bernyanyi dan hal itu hanya membuat Abila merasa semakin gugup.
Bagaimana jika Zerga memberi tahu teman-temannya dan mereka kemudian mengolok-ngolok Abila?
Abila tersentak bangun dan mendapati Rafka sudah duduk disebelahnya. Lelaki itu terlihat sangat khawatir saat melihat Abila.
"Lo baik-baik aja kan?." Tanya Rafka. "Lo keliatan nya kurang baik?."
"Em? Ngga apa-apa kok. Aku baik-baik aja." Jawab Abila sembari menegakkan punggungnya dan merapikan rambutnya.
Rafka mencondongkan tubuhnya dan tangannya terangkat untuk menyentuh dahi Abila. "Lo ngga sakit." Gumamnya.
"Aku ngga bisa tidur karena ujian sejarah hari ini." Jawab Abila, sengaja berbohong. "Jadi semalem aku begadang karena belajar."
"Lo itu terlalu semangat belajar." Rafka mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Lo mau ngga dateng dan nonton pertandingan basket ntar sore."
Rafka akan memainkan pertandingan pertamanya malam ini setelah bergabung dengan tim basket Sma Mahardhika. Dan hal itu cukup membuatnya merasa sangat bangga, karena ini adalah pertama kalinya dia ditunjuk secara resmi oleh coach Eko.
Rafka belum pernah bermain secara profesional sebelumnya, tetapi pelatih sangat memujinya.
Pak Eko memilih Rafka untuk pertandingan malam ini dan keputusan ternyata membuat Zerga sangat marah, tetapi meskipun Rafka mengetahui hal itu dia sama sekali tidak perduli.
"Oke siap, aku pasti nonton!." Seru Abila tersenyum lebar "Dan ngga mungkin ketinggalan. Gimana menurut kamu?."
"Point Guard." Jawab Rafka. "Posisi gue sulit banget! Karena--" Rafka melanjutkan penjelasan tentang strategi yang akan dia gunakan dalam permainan dengan raut wajah semangat.
Sementara Abila memperhatikannya dengan bangga. Sejak mereka masih kecil, Rafka sangat dan hanya ingin menjadi pemain basket. Rafka sangat ingin bergabung dengan tim sekolahnya yang dulu, tetapi Zerga dan teman-temannya telah mendominasi tim dari smp. Mereka menargaetkannya dan mengolok-ngolok yang kemudian membuat marah dan sangat menyakiti Rafka sehingga Rafka tidak mencoba bergabung lagi meskipun pelatih berkali-kali membujuk Rafka untuk bergabung.
Sekarang akhirnya Rafka bisa meraih mimpinya, lelaki merasa sangat gembira.
"Bil, gue mau nanya." Kata Rafka. "Lo tau ngga kaos biru gue yang baru?."
Mendengar pertanyaan itu, Abila terdiam membeku. Ia masih belum mendapat kesempatan untuk mengembalikan kaos milik Zerga atau mengambil kembali kaos Rafka darinya. Melihat Zerga dan teman-temannya saja membuat Abila merasa takut sehingga dia selalu melarikan diri setiap kali melihat mereka.
"Gue mau pake kaos itu malam ini." Imbuh Rafka. "Gue yakin bakal menang, jadi gue minta Bunda janji supaya ngajak kita makan steak!. Kaos itu masih baru dan pengen aja pake."
"Aku ngga tau kalau kamu beli kaos baru." Kata Abila berbohong. "Atau mungkin... kaos itu ada dicucian?."
Rafka mengernyitkan dahinya, tetapi mencoba untuk tidak memikirkannya lagi.
Sementara Abila beranjak untuk meraih sebuah buku, lalu berpura-pura fokus membaca. 'Aku harus ambil kaos Rafka dari Zerga setelah dia selesai latihan.' Batin Abila
**
Ruang ganti penuh dengan pemain yang sedang berganti pakaian. Rafka menyapa beberapa pemain saat memasuki ruangan dan menuju lokernya. Beberapa detik kemudian, Zerga juga memasuki ruangan dan melirik kearah Rafka dengan tatapan sinisnya. Ia menyeringai dan dengan sengaja berjalan melewati Rafka.
"Zerga!." Seorang lelaki berteriak memanggil Zerga. "Mana kaos favorit lo?."
Rafka dengan waspada menatap kearah Zerga yang sedang berbicara dengan teman-temannya.
"Oh yang itu?." Kata Zerga, sengaja dengan suara yang keras. "Yang ada tandatangan gua? Kaos itu udah gua kasih ke cewe yang gua selamatin kemarin sore. Lo tau? Dia dengan pikirannya yang udah ngga waras itu, berani-beraninya nyebur kedanau. Gua liat sih dia kayaknya lagi putus asa gitu. Dan karena baju dia basah, gua kasih deh kaos itu."
"Apa?." Seru teman Zerga. "Lo kasih kaos favorit lo itu ke cewe?."
"Awalnya gua cuma mau minjemin, tapi ngga tau deh sampe sekarang ngga dikembaliin. Mungkin menurut dia, kaos itu istimewa banget." Zerga menyeringai.
Rafka memutar bola mata dengan malas, lalu menutup pintu lokernya. Dia sudah berganti pakaian dan siap bermain.
Beberapa saat kemudian, para pemain di panggil untuk segera masuk kedalam lapangan.
Begitu mereka masuk, seluruh penonton bersorak kegirangan, menyemangati mereka.
Zerga berlari kedepan dan memberikan kiss jauh. Membuat para gadis yang mengaguminya terpana dan sibuk memanggil namanya dengan histeris.
"Zerga!."
"Zerga!!."
"Zerga!!!."
Rafka melirik Zerga, merasa sedikit iri, tetapi menyimpan perasaan itu untuk dirinya sendiri.
Rutinitas para pemandu sorak baru saa selesai dan mereka sekarang berlari menuju samping lapangan. Lyoraa yang merupakan ketua cheerleader, mengedipkan mata genitnya saat menatap Zerga.
Zerga tidak balik menyapa Lyoraa, tetapi matanya tertuju pada sosok yang baru saja memasuki lapangan. Rafka masuk, dan pandangan matanya tertuju kearah Abila yang tersenyum manis sembari melambaikan tangannya.
Abila beranjak dari tempat duduknya saat melihat Rafka berjalan kearahnya. "Gimana perasaan kamu?."
"Gue gugup, tapi juga seneng!." Seru Rafka. "Gue yakin pasti bisa menang. Thank you ya lo mau dateng." Rafka memeluk Abila, dan Abila tersenyum hangat.
Zerga yang memperhatikan mereka dari jauh memasang raut wajah datarnya
"Kamu harus menang, Rafka!." Seru Abila.
"Ya, tapi gue harus dapet semangat dari lo." Rafka terkekeh kecil.
"Pasti." Mata Abila berbinar penuh kegembiraan. Ia hanya bisa bersikap seperti ini ketika berada didekat Rafka, karena merasa nyaman dengan hubungan mereka yang sudah lama terjalin.
Rafka dengan sayang menatap senyum hangat Abila, tetapi gadis itu hanya menganggapnya sebagai perhatian seorang kakak padanya.
Peluit pertama dibunyikan dan semua pemain dipanggil ke lapangan.
Abila kembali menyemangati Rafka dan duduk didekat bangku penonton.
Zerga mengalihkan pandangannya dari Abila dan berlari menuju ke tengah lapangan. Rafka mengambil posisi di belakang Zerga. Mereka tidak saling menyapa, tetapi ketegangan diantara mereka terlihat jelas.
Abila bisa mengamati ketegangan itu dari tempatnya, ia khawatir Zerga akan mengacaukan peluang Rafka untuk bersinar. Rafka menoleh kearah Abila dan mengacungkan jempolnya, lelaki itu mengangguk dan tersenyum sebelum akhirnya kembali memperhatikan permainan.
Kapten tim lawan berdiri didepan Zerga, dan mereka saling berhadapan dengan raut wajah yang serius.
"Gue denger tim lo gampang banget buat dikalahin?." Cibir Kapten tim lawan, tersenyum meremehkan saat menatap Zerga. "Jadi, apa lo dan tim lo yakin bisa ngalahin kita?."
Zerga menyeringai mendengarnya. "Seyakin itu lo bisa ngadepin gue?."
Peluit kedua berbunyi dan bola baru saja dilempar keudara. Zerga melompat lebih cepat dan memukul bola basket dengan keras sebelum pemain lain sempat melakukannya.
Pertandingan telah dimulai.