Drasha, si gadis desa yang cantik dan polos tiba-tiba diklaim sebagai keturunan keluarga Alveroz yang hilang 15 tahun silam.
Kecuali Nyonya besar Alveroz, tidak ada dari keluarga itu yang menerima Drasha. Bahkan dua orang yang katanya mama papa biologis Drasha lebih mengutamakan sang anak angkat.
Bagi mereka, Drasha adalah putri palsu yang hanya ingin memanfaatkan harta keluarga Alveroz. Sementara itu, sang anak angkat yang pandai mengambil hati keluarga, membuat posisi Drasha semakin terpojok.
Tapi, tanpa mereka semua tahu, Drasha bukan ingin memeras harta keluarga Alveroz melainkan dia membawa dendam dalam hatinya.
Siapa Drasha sebenarnya? Apakah dia memang putri palsu atau justru putri asli keluarga Alveroz? Dendam apa yang membuat Drasha memasuki keluarga Alveroz?
Yuk temukan jawabannya di cerita Drasha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Roos
"Iya, Drasha, R.O.O.S … Roos."
"Itu apa Rachelle?"
"Roos itu website rahasia tempat transaksi berbagai misi apapun. Dari yang level rendah sampai level tingkat atas. Kamu pasang postingan kalau kamu butuh bantuan, pasang level misi dan jumlah uang yang kamu tawarin, dalam beberapa saat anggota yang mau bantuin kamu bakalan keep misi itu dan kamu bisa jelasin ke dia kamu butuh bantuan apa. Setelah kamu transfer, dia bakalan bergerak." Rachelle menjelaskan dengan suara yang pelan, seperti berbisik.
"Kamu tahu website kayak gitu darimana, Rachelle."
"Daddy aku member di website itu, karena aku penasaran aku juga join deh pake link undangan dia. Aku jadi member diem-diem. Daddy aku nggak tahu."
"Woah," sahut Drasha.
Rachelle berkutat dengan hapenya sejenak.
Ting.
"Itu aku udah kirim link undangannya, Drasha."
Drasha cepat-cepat membuka link itu dan dia diarahkan masuk ke sebuah website dengan aura merah mencekam dan terdapat tombol berbentuk mawar merah di tengah-tengah.
"Pencet itu, Drasha."
Drasha menggerakkan ibu jarinya menekan tombol tersebut dan dia diarahkan menuju halaman pendaftaran.
Gadis itu menarap Rachelle sejenak sebelum mengetik.
"Ini bukan website berbahaya kan, Rachelle. Yang bisa ngehack hape atau semacamnya."
"Tenang, Drasha, websitenya aman kok. Membernya juga kebanyakan asyik-asyik. Mirip-mirip lah kalau kita main medsos."
"Aku nggak main medsos, Rachelle."
Rachelle termenung dengan bibir terbuka sedikit lalu tersenyum. "Nevermind, entar aku bantu bikin akun medsos juga, sekarang daftar jadi member Roos aja dulu."
"Oke." Drasha lanjut mengetik.
Rachelle yang mengintip ke layar hape gadis itu langsung menahan tangan Drasha. "Eitssss, tunggu…"
"Kenapa, Rachelle?"
"Jangan pake nama asli kamu, Drasha, ini bukan HouseLine."
"Terus pake nama apa yah."
"Nama samaran apa gitu."
"Emmm, Mawar08 aja kali yah."
"Ahhh, boleh tuh, websitenya memang identik sama mawar. Bisa aja kamu, Drasha pick namanya."
"Hehe, iya."
Drasha sudah selesai mendaftarkan diri ke website rahasia itu dan resmi jadi anggota.
"Jadi sekarang aku buat postingan nawarin misi nih."
Rachelle menganggukkan kepala antusias.
"Pasang 300 juta pasti langsung pada mau."
"Kemahalan, Rachelle, aku nggak punya uang sebanyak itu."
"Kan ada aku, Drasha, tenang aja."
Drasha menggeleng. "Aku coba pakai uang yang aku punya aja dulu."
"Oh, c'mon Drasha, ini misi mau ngehack CCTV sekolah, pasti bayarannya gede. Kita lagi gak beli kacang yah, Drasha."
"Iya, aku tahu, tapi aku coba aja dulu pasang harga sesuai kemampuan aku. Kamu juga tadi bilang kan membernya kebanyakan asyik-asyik. Kali aja ada yang berbaik hati mau nolongin aku dengan harga yang murah."
Rachelle menghela napas kecil. "Yaudah, coba dulu, kalau nggak ada yang mau ngambil kasih tahu aku aja, aku bantuin bayar."
Bibir Drasha tersungging membentuk senyum. "Makasih, yah, Rachelle."
"Anytime, yaudah yuk, kita balik."
"Ayo."
"Beneran nggak mau diantarin nih?"
"Iya, Rachelle, nggak usah, aku pakai taksi online aja."
"Okay, jangan lupa barang belanjaan kamu. Next time kita shopping bareng lagi, yah."
Drasha melengkungkan bibirnya. "Soal shopping aku nggak janji, tapi makasih lagi yah, Rachelle untuk hari ini."
"Iya deh … eh," Rachelle menyodorkan layar hapenya pada Drasha yang menampilkan sebuah QR Code.
"Add WA aku."
"Oh iya," Drasha cepat-cepat mengeluarkan hapenya lalu memindai QR Code tersebut. Profil kontak Rachelle muncul.
"Udah, Rachelle," kata Drasha.
***
Setibanya di mansion keluarga Alveroz, para pelayan menatap Drasha sambil berbisik-bisik. Dan, gadis itu sudah terbiasa. Sejak kedatangannya dia memang kerap kali jadi bahan gosip.
Dia memilih terus melangkah saja sambil membawa belanjaan yang terbilang banyak.
"Rachelle kalau jadi temen bisa seroyal ini yah, aku akan berusaha bantuin dia belajar supaya naik ke kelas platinum juga."
Dari lantai atas, Tamara menyesap wine dari gelas tinggi di tangannya. Arah pandangannya terus mengikuti Drasha.
"Anak itu… sepertinya dia memang hanya memanfaatkan nama Drashaku supaya dia bisa merasakan kekayaan," gumam Tamara. Dia lalu berbalik dengan lirikan dingin dan melangkah menuju kamarnya.
Sementara itu, Drasha berhenti melangkah ketika memasuki sebuah ruangan tengah yang mana terdapat foto keluarga besar Alveroz di dinding.
Gadis itu memandangi foto tersebut. Lama. Tatapannya tajam, tidak seperti Drasha yang biasanya.
Namun, ketika menyadari sebuah langkah mendekat, Drasha seketika itu juga melembutkan pandangannya.
"Gue kira lo bakalan nunjukin sifat asli lo dalam sebulan, ternyata cukup seminggu udah keliatan," cibir Cherryl. Berdiri di sebelah Drasha, di hadapan foto keluarga besar Alveroz.
Drasha lalu menoleh. "Maksud kamu apa, Cherryl."
"Hufttt, dasar sok polos." Cherryl lalu menurunkan tatapannya pada tas-tas belanja yang ditenteng Drasha. "Lo pasti pengen banget rasain gimana shopping tanpa liat harga ya. Well, keinginan lo sekarang terkabul karena diterima sama oma."
"Bukan aku yang beli, tapi Rachelle."
"Rachelle?" Cherryl mengangkat satu sudut bibirnya. "Pakai pelet apa lo sampai Rachelle mau belanjain sebanyak itu. Oh iyah … denger-denger pelet orang-orang di desa kuat, yah. Jangan-jangan lo pakein sama oma dan Rachelle."
"Aku nggak pakai hal kayak yang kamu sebutin, Cherryl."
"Gitu yah, terus pake apa dong, ahhhh gue tahu, pake muka sok polos lo itu yah."
"Bukannya kamu yang begitu, Cherryl. Kamu selalu nuduh aku yang enggak-enggak, padahal aku udah nurutin semua mau kamu."
"Nurutin mau gue? Lo aja berani sok-sok nyasar buat ketemu sama Kak Kayrell sepulang sekolah tadi. Apa karena lo tau gue suka sama dia, makanya lo mau rebut dia juga."
"Tapi, aku memang beneran tersesat, Cherryl. Aku juga nggak kenal sama Kayrell. Aku juga nggak ada niatan rebut dia atau apapun itu. Aku cuma mau belajar baik-baik di sekolah, bukan mau pacaran."
Cherryl mengendus kesal. "Udah deh, gue muak sama lo. Kenapa sih lo gak keluar aja dari sini, jauh-jauh dari keluarga gue, jauh-jauh dari semua milik gue." Gadis berambut kecoklatan itu lalu menunjuk foto dirinya yang ada di antara Tamara dan Riovandra. "Gue tahu ini tujuan lo. Lo mau gantiin posisi gue di sini dengan make nama Drasha. IYA KAN?"
"Apa yang kamu bilang sama sekali nggak benar, Cherryl."
Cherryl tertawa sumbang. "Oh ya? Lo pikir gue gak punya mata sampai gak bisa liat lo tadi singgah liatin foto keluarga ini!?"
"Memang salah kalau aku cuma liat-liat?"
Emosi Cherryl memuncak, dia ingin sekali mendaratkan tamparan di wajah Drasha. Tapi, dia tahan. Gadis yang memiliki rambut panjang bergelombang itu memilih melangkah melewati Drasha.
"Cherryl," panggil Drasha yang membuat Cherryl berhenti sejenak tanpa menoleh.
"Makasih udah minjemin seragam olahraga kamu, nanti kalau udah aku cuci, aku kembalikan."
"Nggak usah, buang aja, gue udah beli yang baru," kata Cherryl ketus, lalu lanjut melangkahkan kaki jenjangnya.
Drasha tediam, memandangi punggung Cherryl yang semakin menjauh.
cwo yg di toilet restoran itu jg gk sih
penasaran bangt sm siapa drasha
beneran drasha asli ato plsu