NovelToon NovelToon
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

Status: tamat
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:684
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XVI WARINGIN JAJAR

    Pedukuhan Cikeusik yang semakin hari semakin banyak penduduknya , pada saat dipimpin oleh Ki Sura atau Mahdi , jumlah warga telah mencapai 2.034 jiwa dan terbagi menjadi 6 pecantilan . Dengan semakin banyaknya warga yang kala itu bertambah dan terus bertambah , sehingga jumlah pecantilan pun bartambah , yang membuat bertambah pula petugas beukeul. Setelah pembentukan beberapa pecantilan , maka inisiatif dari Ki Sura seyogyanya harus dibagi menjadi 2 Kemantren.

     Dengan dibentuknya kemantren itu , dipilihlah Pandanala sebagai kepala kemantren barat dengan nama daerah Ciaseman , sedangkan kemantren timur dijuluki nama Waringin Jajar yanh dikepalai oleh Bulhun. Tiap kemantren membawai 3 pecantilan.

    Roda pemerintahanpun berjalan sesuai program. Dalam beberapa bulan berjalan , banyak perahu-perahu yang berlabuh di sungai Cangkring. Mereka kebanyakan dari daerah luar. Salah satu kapal yang berlabuh tampak turun orang-orang bermata sipit. Mereka berjumlah sekitar 35 orang terdiri dari 23 laki-laki dan 12 perempuan. Salah satu pemimpin mereka dipanggil dengan sebutan Ahong.

    Sebagai pendatang tentu saja diwajibkan lapor ataupun menghadap ke pedukuhan. Akhirnya mereka pun berjalan menuju pedukuhan Cikeusik. Dengan dikawal para beukeul , orang-orang bermata sipit itu akhirnya sampai juga di bangsal pedukuhan. Semua di data sesuai nama atau julukan.

     Terdapat nama Sam Ling Kwan Lee , Sin Nyo , A hong , Kim wi dan yang lainnya. Tampak para pendatang itu merupakan orang-orang kaya yang sengaja ingin hidup di negeri rantau. Walau masih susah untuk bicara bahasa orang pribumi, tapi pendatang itu berusaha agar bisa berbahasa pribumi.

     Dalam beberapa bulan saja , orang-orang sipit itu mampu beradaptasi dengan cara berbaur. Banyak beberapa anak mereka bermain bersama , ada juga yang mau belajar bersama. Sehingga kehadiran orang-orang itu membuat kehidupan yang makin bahagia.

        Suatu hari , sejak dibaginya pedukuhan menjadi dua kemantren , beberapa perangkat atau pegawai pedukuhan mengalami sakit bahkan beberapa diantaranya meninggal dunia. Begitupun dengan Ki Sura. Beliau beberapa hari tidak tampak di bangsal yang biasanya ramai kini sedikit sepi. Hanya terlihat Soma dan Bulhun dan pembantu pedukuhan.

     " Bagaimana kondisi kesehatannya sekarang Ki ," kata Soma bertanya kepada Bulhun saat keluar dari kamar Ki Sura.

      " Makin memburuk , entah apa penyebabnya , seperti ada yang tidak beres soal pembagian wilayah ini ," jawab Bulhun sambil memandang alun-alun yang saat itu ada gerimis.

     " Lantas , kalau memang demikian , apa yang akan kita lakukan Ki , para sesepuh sakit tinggal Ki Bulhun sendiri yang masih sehat. Beberapa hari yang lalu Ki Mardi meninggal ," kata Soma.

      " Ada yang tidak beres dengan kejadian ini , nanti kamu undang semua para kerani juga beukeul untuk datang ke bangsal ," perintah Bulhun pada Soma dan pembantu pedukuhan.

     Akhirnya yang disuruh tadi berangkat untuk memanggil para kerani dan para beukeul. Tiba-tiba dari depan sana datang seseorang bermata sipit.

     "Permisi tuan , bolehkah saya melihat kondisi Ki Sura ," kata orang itu sambil memperkenalkan dirinya A cing.

      Bulhun memandang orang itu , lalu keduanya masuk kamar Ki Sura.

Beberapa saat kemudian tampak keluar lagi.

     " Itu penyakit yang tidak wajar tuan , seperti kena guna-guna atau santet begitu , sebab , dari pandangan saya ciri-ciri penyakit biasa itu tidak ada ," kata A Cing.

     " Bisa jadi begitu ki sanak," jawab Bulhun sambil mengusap wajahnya menandakan sedang bingung.

     " Kalau tuan mau , saya nanti bikin ramuan supaya tuan bisa melihat hasilnya", kata A Cing sambil menawarkan diri untuk membantu.

      " Terima kasih ki sanak , semoga semuanya bisa diatasi," jawab Bulhun.

      Setelah terjadi perbincangan di antara kedua orang itu , A Cing meninggalkan bangsal pedukuhan dan di jalan berpapasan dengan beberapa orang menuju bangsal.

     Para kerani dan beukeul sudah hadir di bangsal pedukuhan , mereka tampak kaget dan tertegun setelah melihat kondisi Ki Sura. Tampak Pandanala dan beberapa kerani yang sedikit memiliki indra ke-enam berpendapat bahwa itu penyakit kiriman , bukan penyakit yang sebenarnya.

      " Menurut saya sebaiknya kita adakan ritual bersama Ki ," kata Pandanala kepada Bulhun.

     " Di samping itu segera kita pilih ketua adat pedukuhan dan alangkah lebih baik kalau tidak ada pembagian dalam bentuk Kemantren," sambung Soma sambil meletakkan kawung di asbak.

      " Ya sudah nanti malam kita akan adakan ritual di Swantipura , lalu di sini harus ada yang jaga kalau ada hal-hal yang terjadi ", kata Bulhun.

     " Belum lama Bulhun berbicara , dari balik kamar Ki Sura terdengar tangisan seorang wanita , sambil menyebut nama Ki Sura.

    " Ki.....Ki Sura.....bangun Ki....bangun.....jangan tinggalkan aku , Ki......", kata suara wanita sambil meratap.

     Mendengar suara itu Bulhun dan beberapa temannya berlari menuju ke kamar Ki Sura. Tampak istri Ki Sura sedang mendekap tubuh yang hanya diam. Bulhun segera menenangkan wanita itu , kemudian beberapa orang mengangkat tubuh Ki Sura dibawa ke bangsal. A cing hanya berdiri tertegun sambil membawa bungkusan yang baru dibuatnya.

     Suasana duka di bangsal pedukuhan itu tampak terasa sepi setelah acara pemakaman Ki Sura. Malam itu banyak orang berjaga di kuburan Ki Sura dan banyak pula yang hanya duduk-duduk di bangsal.

     Tujuh malam berlalu , setelah meninggalnya Ki Sura , atas kesepakatan masyarakat Cikeusik waktu itu , Bulhun menjadi ketua pedukuhan dengan sebutan Ki Buyut. Dan menyatukan kembali tidak ada pembentukan Kemantren.

     Suatu hari , saat itu Ki Buyut dan beberapa kerani sedang berkeliling ke rumah warga , di salah satu rumah mendapatkan keanehan. Rumahnya sedikit besar penuh tanaman hias yang sedang berbunga , namun penghuninya jarang keluar rumah dan tiap malam Jum'at tercium bau aroma mistik tutur orang biasanya lewat dan mengamati.

*" Rumah siapa itu ", tanya Ki Buyut.*

*" Itu rumah ki Bawon , dijuluki sebagai seorang dukun tenung yang biasanya banyak menerima tamu dari daerah sebrang ," tutur Mbah Kiman , seorang kakek dari tanah Sunda.*

*Mendengar penjelasan itu Ki Buyut langsung mendatangi bertamu ke rumah tersebut. Kedatangan Ki Buyut disambut baik oleh si pemilik rumah yang bernama Mbah Denan.*

*" Suatu kehormatan yang begitu besar atas kedatangan Panjenengan Ki Buyut , angin apa yang membawamu hingga berkunjung ke gubuk reyot ini ," kata mbah Denan dengan ramah.*

*" Ah bisa saja mbah , ini....kebetulan aku lewat bersama kerani , biasa anjang sono melihat hasil pembangunan di pedukuhan kita ", jawab Ki Buyut.*

*" Apa yang membuat Panjenengan merasa penasaran dengan rumah ini Ki," kata mbah Denan.*

*" Begini mbah , menurut beberapa orang , banyak yang membicarakan tentang kegiatan di rumah ini, dan kabarnya banyak yang bertamu ke sini untuk meminta sesuatu demi kekayaan dan memperkaya diri , juga sering mencium aroma mistis, betul begitu ", tanya Ki Buyut.*

*" Ooooooh....soal itu , begini Ki , saya itu hanya membantu , adapun yang memberkati kan Hyang Maha Kuasa , apa salah itu Ki", jawab Mbah Denan.*

*" Boleh-boleh saja mbah asal tidak menyalahi aturan , misalnya dengan tumbal atau beberapa syarat yang mengarah ke hal-hal keingkaran , juga tidak ada yang dikorbankan , tetapi apabila sampai ke situ kan bahaya mbah," kata Ki Buyut.*

*" Kita cuma minta bantuan dari yang kita pelihara Ki , kebetulan saya diwarisi sebuah boneka berwujud manusia , dan apabila ditetesi darah manusia , boneka itu bergetar terus memilih barang sesaji yang sudah dipersiapkan ," jawab mbah Denan.*

*" Boneka apa ? Jangan-jangan boneka untuk dunia pesugihan , itu bahaya mbah ," kata Ki Buyut.*

*" Ah....mustahil Ki , masa ada orang kaya mendadak hanya karena boneka ," jawab mbah Denan.*

*" Boleh aku lihat bonekanya? " kata Ki Buyut.*

*Mbah Denan melangkah ke sebuah kamar , beberapa saat kemudian keluar sambil membawa bungkusan kain putih. Setelah dibuka isi bungkusan itu ternyata " Betara Karang ".*

*" Sambil mulutnya ternganga, ki Buyut berkata " Hah......Betara Karang , itu Betara Karang mbah", kata ki Buyut sambil berusaha merebut boneka itu.*

*" Apa masalahnya Ki , ada apa dengan boneka ini , jelaskan ," kata mbah Denan.*

*Dengan bahasa yang penuh wibawa , Ki Buyut bercerita.*

Nantikan episodenya.........

1
ArtisaPic
Sebagai generasi muda perlu untuk mengenal sejarah, baik sejarah lokal maupun sejarah negara atau benua atau sejarah alam semesta. Dengan sejarah kita akan mengenal diri kita dengan norma-norma yang ada, tidak gegabah dan tidak rakus akan dunia. Hanya kedunguan yang menjadikan diri kita sebagai budaknya. Manusia bukan BUDAK DUNIA.
Jihan Hwang
salam kenal thor... yuk saling dukung
ArtisaPic
Gegesik kota asyik , Desa wisata , Gudangnya seni dan budaya.
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat
Kaylin
Bikin baper, deh!
ArtisaPic
ok , makasih , semoga sukses sll
Aiko
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!