Terbit setiap senin & jumaat.
Bima seorang detektif swasta yang macho dan keren. Yang dulunya adalah seorang polisi hebat. Dapat job untuk mencari dimana kepala mafia berada. Namun disatu sisi, dia pun harus melindungi seorang wanita. Yang merupakan tokoh kunci dalam sebuah kasus. Namun juga, dicurigai terlibat dalam kasus tersebut. Seharusnya dia profesional dalam menjalani pekerjaannya. Bukankah sudah hal biasa dia menghadapi wanita dengan segala macam bentuknya. Namun entah mengapa, kali ini beda. Diam-diam ternyata dia jatuh hati. Sekarang yang jadi bahan pertanyaan, beranikah dia mengakui perasaannya sedangkan dia lagi menjalani tugas penyamaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonelondo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditargetkan
Hotel yang berada di pinggir Jakarta. Tepatnya di dekat pintu tol dan stasiun MRT. Memang sangat tepat jika Saras ditinggal di situ. Karena berada di posisi strategis.
Sebenarnya Putra meninggalkan di situ biar dia gampang menemui. Karena dia nggak tahu ke depannya. Apakah suatu saat akan membutuhkan wanita itu. Sebab menurut insting profesionalnya, kasus Iwan dan adiknya ini cukup menarik. Cuman ya, itu dia bekerja kalau dibayar. Jadi tunggu saja apa nanti keputusan Komandan.
Kamar yang berada di tengah-tengah gedung. Dengan pemandangan menghadap ke jalan raya. Saat ini suasananya lagi tampak nggak nyaman. Apa lagi didukung penerangan di ruangan itu nggak maksimal. Sebab hordeng gak di buka, dan lampu di situ pun tidak dinyalakan semua.
Putra duduk di sofa ditemani suara wanita menangis. Sudah setengah jam dia di situ. Sebenarnya dia agak risih. Habis mau gimana lagi... Suara itu mengisi dalam kamar.
Jadi terpaksa pria itu tidak pergi. Karena ternyata kunci kamar itu disembunyikan oleh wanita itu. Sebenarnya dia bisa saja bersikap keras lagi. Tapi biarlah, paling tidak lama. Karena wanita itu habis menangis pasti bakal capek. Soalnya dari kemarin tenaganya banyak terkuras.
Saras terus menangis tersedu-sedu. Asli, perasaannya campur aduk. Semua itu membuat dadanya sesak serta tertekan. Gimana nggak? Dia sudah tidak punya orang tua. Sekarang ini... Kakak satu-satunya pun pergi meninggalkannya. Kalau begini, akankah keputusasaan akan datang menghampirinya?
Di antara rintikan air matanya, dia diam-diam mengamati pria yang duduk dengan sikap nan acuh itu.
Haruskah dia bergantung pada pria misterius ini? Tapi pria ini, apakah mau dibuatnya begitu? Atau, lebih baik dia bunuh diri saja? Toh, gak ada hal yang membuatnya bisa bertahan di dunia ini.
Lalu Saras mengelap air matanya. Kemudian bangkit dari ranjang, dan berjalan menghampiri.
"Bolehkah aku memintamu memelukku?"
"Mm?" Putra mendelik.
Karena orang di depannya selanjutnya bereaksi diam saja. Saras jadi mengambil tindakan sendiri dengan menempatkan pantatnya di atas pahanya. Jelas, Putra jadi terpana.
"Peluk lah aku. Saat ini aku lagi butuh di peluk." Saras berkata sambil menarik tangan di depannya, dan mengarahkan ke belakang badannya agar memeluknya.
Ini, sungguh ironi. Demi mendapatkan kehangatan wanita itu jadi begitu. Mungkin karena dia merasa Tuhan tidak sayang padanya. Memberinya kehidupan tapi dunia tidak berpihak padanya. Sekarang cobaannya juga bertambah lagi. Karena kini dia seorang diri. Atas itu, mampukah dia menjalani masa depan? Apa lagi geng itu belum tentu berhenti memburunya. Dan dikehidupan mendatang. Kecemasan, ketakutan, serta kesepian. Juga, sudah pasti jadi makin menghantuinya.
Atas tindakan Saras, rupanya Putra tetap diam saja. Bahkan berikutnya dia pun tidak mengeluarkan reaksi penolakan. Saat wanita itu kemudian menjatuhkan badannya ke dadanya.
"Ah, ini sangat nyaman. Ternyata tubuhmu wangi. Walau dari kemarin berkeringat dan belum mandi."
"....." Putra tetap membisu.
"Eh! Tapi apa tubuhku juga begitu? Aku tidak bau, 'kan?" Saras tersadar, segera mendongakkan kepala.
"....."
"Ya! Kamu pasti tidak peduli aku bicara apa."
Saras jadi menatap nanar. Karena ekspresi di depannya terus saja menatap kosong dirinya. Biar begitu, dia membelai lembut pipi pria itu.
"Tidak apa-apa. Aku sudah biasa kok, tidak dipedulikan orang," lanjutnya, dengan berusaha tersenyum.
"....."
"Mungkin saat ini kamu melihat. Aku seperti wanita tidak tahu malu. Tapi aku tidak masalah. Karena saat ini aku memang membutuhkan hal ini. Malah sebenarnya aku juga butuh dimanja. Tapi aku tahu, kamu gak mungkin mau melakukan itu. Ya, nggak apa-apa begini saja aku sudah senang. Setidaknya untuk ini, kamu tidak menolak." Saras kembali menjatuhkan kepalanya ke dada bidang di depannya, dan memeluk erat.
"Hm... Hangatnya," lanjutnya, senang.
"...."
"Terima kasih kamu berulang kali menyelamatkanku. Tapi maafkan aku, mungkin nanti akan jadi sia-sia. Karena kalau seminggu lagi kamu tidak ke sini. Aku akan mengakhiri semua ini."
Untuk ini, Putra jadi mengerutkan dahi karena perkataan itu mengusik otaknya.
Ini, kenapa wanita ini jadi mengancamnya? Kenapa juga, jadi membebaninya begini? Ah, tapi biarkanlah... Lebih baik dia tetap diam saja.
Tepat! Dugaan Putra tadi. Sehabis wanita itu berkata begitu dan kembali menangis. Rupanya selanjutnya dia tertidur pulas di dalam pelukan kakunya.
Lalu Putra mengangkat tubuh wanita itu, dan di rebahkannya ke ranjang. Kemudian dia mencari kunci kamar, dan pergi dari sana.
Sementara itu di lokasi lain. Kepala mafia itu dan Wandi sedang melakukan percakapan melalui sambungan telepon. Mereka membahas tentang kejadian sektor 5, dan hal lain.
"Damn it! How can the police come?!" kesal Mister James.
Artinya. Sialan! Bagaimana bisa polisi datang?!
"Biasalah, Boss. Pasti ada yang iri karena gak dapat jatah," balas Wandi.
"Yeah, yeah, yeah. Lantas, gimana tentang Saras?"
"She died. But we don't know exactly. Because the body hasn't been founded yet."
Artinya. Dia mati. Tapi kita tidak tahu persis. Karena mayatnya belum ditemukan.
"What do you mean?" Mister James mendelik.
Artinya. Apa maksudmu?
"Dia dan anak buah saya mati hangus terbakar di rumahnya," jelas Wandi.
"What?!!!" Mister James terperangah.
Artinya. Apa?!!!
"Ya! Ini memang mengejutkan. Dan menurut hemat saya, ada 2 kemungkinan orang yang melakukan itu. Pertama, Saras di bunuh. Kedua, atau diselamatkan. Dan semua itu semata-mata demi kasus kematian Kepala Area Jakarta Pusat tidak berkembang jauh. Menurut Boss, gimana? Apa, Boss mau saya menyelidikinya?"
"Ya! Pasti begitu. Ya! Segera selidiki."
"Oke, Boss!"
"And send our people to track whatever Putra goes. "
Artinya. Dan turuni anak buah kita untuk mengikuti kemana pun Putra pergi.
"May i know why?" Wandi yang sekarang mendelik.
Artinya. Boleh saya tahu kenapa?
"Putra itu asisten Iwan, 'kan?"
"Yap! Apa Anda meragukan keputusan Anda?"
"I need a proof of my choice is right."
Artinya. Saya perlu bukti pilihan saya benar.
"Oh! Jadi Anda berpikir ada drama di antara mereka? Tapi kan, gak mungkin Iwan menggadaikan nyawanya?"
"Entahlah... Makanya sebaiknya kamu selidiki saja."
"Oke then."
Artinya. Baik lah.
"Dan saya rasa, saya tidak ingin memberikan jabatan itu cuma-cuma ke Putra. Jadi saya ingin memberi tantangan ke Putra. So... I want to talk to him."
Artinya. Jadi... Saya mau bicara dengannya.
"Oke! I'll connect your call."
Artinya. Oke! Saya akan sambungkan telepon Anda.
"No! Not now. I want the day after tomorrow."
Artinya. Tidak! Jangan sekarang. Saya ingin lusa.
"Oh! Oke, Boss!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=@.@\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Yuk, beri dukungan ke Author dengan memberi like, komen & rating bintang 5. Biar Author terus semangat menulis dan menuntaskan novel ini. Dan jangan lupa bantu Author mempromosikan novel ini ya...