Luna Aurora Abraham rela meninggalkan nama belakang dan keluarganya demi menikah dengan lelaki yang dicintainya yaitu Bima Pratama. Seorang pria dari kalangan biasa yang dianggap Luna sebagai dewa penyelamat saat dirinya hampir saja diperkosa preman.
Dianggap gila oleh suami dan Ibu mertuanya setelah mengalami keguguran. Dengan tega, Bima memasukkannya ke Rumah Sakit jiwa setelah menguasai seluruh harta kekayaan yang dimilikinya.
Tidak cukup sampai di situ, Bima juga membayar orang-orang di RSJ untuk memberikan obat pelumpuh syaraf. Luna harus hidup dengan para orang gila yang tidak jarang sengaja ingin membunuhnya.
Hingga suatu hari, Bima datang berkunjung dengan menggandeng wanita hamil yang ternyata adalah kekasih barunya.
"Aku akan menikah dengan Maya karena dia sedang mengandung anakku."
Bagaimana kelanjutan kisah Luna setelah Tuhan memberinya kesempatan kedua kembali pada waktu satu hari sebelum acara pernikahan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Pembalasan
Nasib Maya, tidak berbeda dengan Luna saat waktu belum terulang. Harus kehilangan bayi karena Bima dan keluarganya. Melihat Maya bersimbah darah di halaman rumahnya, Bima hanya menatap jengah tanpa berniat menolongnya. Wanita yang diangggap Bima sebagai pembawa sial dalam hidupnya.
"Bima... perutku sakit sekali, tolong bawa aku ke Rumah Sakit."
"Pergi saja sendiri, karena mulut busukmu kesempatanku menjadi seorang CEO harus lenyap. Sekarang aku harus kembali berusah payah mengejar kepercayaan Luna. Andai kamu sebagai wanita simpanan bisa tahu diri, pasti kamu juga akan merasakan kesuksesanku. Sekarang pergilah dari sini, sekali pun anak itu mati aku sama sekali tidak peduli." Sarkasnya.
"Kamu kejam Bima, aku bersumpah hidupmu tidak akan bahagia. Dan setelah kematian anakku, selamanya kamu tidak akan bisa punya anak." Sumpah serapah Maya ucapkan sebelum akhirnya dia jatuh pingsan membuat Bima tertegun sebentar, tapi setelah itu pria itu masuk rumah dan menutup pintu dengan kasar. Beruntung ada yang melihat Maya.
Tetangga Ibu Ratna itu, membawa Maya ke Rumah Sakit terdekat. Maya masih bisa tertolong, meskipun sempat kehilangan banyak darah dan memerlukan transfusi. Sedangkan bayi dalam kandungannya seketika tiada karena benturan keras itu menyebabkan plasentanya terlepas.
Kilatan penuh dendam, Maya tunjukkan pada Luna. Andai saja Luna tidak hadir menjadi orang ketiga.
Hari terus berganti, meskipun status Luna sudah menikah tapi suaminya tidak pernah datang kepadanya sudah hampir 7 hari setelah Atlas meninggalkannya di malam pernikahan mereka.
Tentu saja kabar itu terdengar hingga ke telinga Papa Bram, yang tidak pernah membiarkan putrinya hidup sendiri tanpa pengawasan. Papa Bram meminta orang memantau Luna.
Dengan amarah memuncak, Papa Bram didampingi oleh Ervan mendatangi kediaman besannya ingin meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi pada Atlas.
"Apa yang terjadi, kenapa Atlas hingga saat ini tidak menemui putriku. Bahkan dia meninggalkan malam pertamanya setelah menerima panggilan telepon dari seseorang. Yang menurut Luna, itu telepon dari sahabat Atlas."
"Apa selama ini aku telah salah menilai putramu pak Wira? Dia tidak sebaik yang aku pikirkan. Dan aku telah menjerumuskan putriku sendiri pada lelaki yang tak layak untuk menjadi suaminya?" Ucap Papa Bram penuh emosi.
Papa Wira dan Mama Widya hanya menunduk malu, mau membela seperti apa, nyatanya Atlas salah.
"Maafkan kami yang gagal mendidik Atlas, benar malam itu dia meninggalkan istrinya demi panggilan dari sahabat wanitanya. Yang sebenarnya sudah menjebaknya. Menurut wanita bernama Melani Oktavia yang tidak lain adalah sahabat Atlas semenjak kuliah. Mereka telah menghabiskan malam itu bersama. Tapi, Atlas merasa dirinya telah dijebak. Dan saat itu juga..."
Menghela nafas panjang, Papa Wira merasakan sesak akibat perbuatan Atlas.
"Saya telah mengusir Atlas dari rumah ini, dan mencabut semua fasilitas. Biarkan saja dia hidup sengsara karena tidak pernah mendengar nasehat orang tuanya. Sejak dulu, saya melarang Atlas dekat dengan Melani. Karena tidak ada persahabatan tulus antara pria dan wanita."
"Tapi Atlas yang memang hanya menganggap Melani tidak lebih dari sahabat, selalu marah jika kami menasehatinya. Katanya kasihan Melani hanya sebatang kara, karena dia berasal dari panti asuhan yang selama ini sering kami beri bantuan."
"Tapi apakah hanya sebagai sahabat lalu memprioritaskannya sedemikian rupa sampai meninggalkan istri di malam pertama?"
"Aku rasa tidak demikian, itu artinya Atlas telah sengaja mempermainkan Luna. Terutama aku yang telah mempercayainya hingga menjodohkan Luna. Sekarang, aku sendiri yang akan memisahkan mereka. Aku akan mengajukan pembatalan pernikahan pada pengadilan agama. Toh putriku Luna masih belum tersentuh. Justru Atlas yang telah menyentuh wanita lain." Ucap Papa Bram.
"Aku pasrah pak Bram, terserah apapun yang ingin kamu lakukan." Ucap Papa Wira penuh penyesalan.
Setelah pembicaraan berat itu, saai ini Papa Bram telah berada di depan rumah kontrakan Luna.
"Ervan, kenapa sejak tadi kamu hanya diam. Apa yang sedang kamu pikirkan, apa tentang Luna?" Tanya Papa Bram pada putranya.
"Iya, aku sekarang baru menyadari alasan sikap Luna yang terkesan membenci Atlas. Apa Papa tidak selama ini tidak tahu, jika Atlas adalah kakak kelas Luna sejak SMA yang terus mengejarnya. Tapi saat kuliah, perhatian Atlas berpindah pada Melani yang dianggap sahabat. Mungkinkah sebenarnya Luna sejak dulu sudah menaruh rasa cinta."
"Tapi, kecewa karena berfikir Atlas tidak serius memperjuangkannya?" Tanya Ervan.
"Papa ingat, saat makan siang pertama dengan Atlas setelah pernikahan?"
'Aku tidak menaruh dendam, hanya hilang respect pada laki-laki yang mengatakan cinta pada satu perempuan tapi di belakangnya bercumbu mesra dengan perempuan lain. Plin plan dan bukan pria setia.'
"Harusnya kita peka Pa, dan sekarang aku menyesal telah memberikan Luna pada lelaki seperti Atlas. Dulu kita menentang dia dengan Bima, dan memaksa kehendak menjodohkan Luna dengan Atlas. Yang ternyata sama saja, jika dulu Luna sudah terselamatkan karena pernikahannya dengan Bima gagal. Tapi sekarang pernikahan dengan Atlas harus hancur juga."
"Kita bicarakan dulu dengan adekmu, apa yang dia kehendaki. Setelah ini jangan lagi memaksa Luna untuk mengikuti kemauan kita yang belum tentu membuat hidupnya bahagia. Beri Luna kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya." Ucap Papa Bram.
Tok
Tok
Tok
"Luna, apa kamu di dalam Nak?" Suara Papa Bram bergetar menahan tangis.
"Loh Papa, kak Ervan kenapa ada di sini. Ayo masuk jangan sampai Bima dan keluarganya tahu tentang kedatangan kalian. Tolong tetap jaga rahasia. Sampai misi berhasil." Ucap Luna lalu mengajak keluarganya masuk ke rumah kontrakannya.
"Kamu betah, tinggal di rumah kecil seperti ini?" Tanya Ervan.
"Ya, dibetah betahin saja. Kenapa?"
"Maafkan Papa Luna, Papa bersalah. Jika kamu memang ingin mengakhiri pernikahan dengan Atlas. Biar Papa yang akan urus pembatalan pernikahan kalian." Ucap Papa Bram sendu.
"Kenapa Papa tiba-tiba berkata seperti itu? Apa yang sudah kalian ketahui tentang Atlas? Dia mengecewakan kalian? Dan baru pertama kalinya lantas kalian langsung kecewa?"
"Bukankah kata Papa dan Kak Ervan, Atlas pria yang baik yang layak menjadi suamiku daripada Bima? Kenapa hanya seminggu pikiran kalian mudah berubah haluan?" Cecar Luna dengan wajah tanpa ekspresi.
"Maaf, ternyata Atlas tidak sesuai harapan kami. Untuk itu ijinkan kami memperbaiki keadaan." Ucap Ervan.
"Dengan apa? Menjadikanku seorang janda?"
"Maaf, kali ini aku tidak akan menuruti kemauan kalian lagi. Pernikahan bukan mainan Papa, Kakak. Dan aku sudah berjanji untuk menikah hanya sekali seumur hidup. Biar saja statusku menggantung, toh aku tidak peduli. Aku sudah pernah sekali mati karena cinta. Jika kali ini harus mati lagi, aku tak mengapa." Ucapnya.
"Tidak ada cinta yang tulus yang aku dapatkan selama aku hidup. Jadi biarkan saja seperti ini. Tujuanku sekarang hanya ingin membalas dendam pada semua yang telah menyakiti hatiku." Lanjutnya dingin.
Papa Bram dan Ervan menatap pias, Luna terlihat berbeda dari biasanya. Auranya dendamnya kuat, sehingga membuat mereka menyerah untuk memaksa."
"Ya sudah, kalau memang seperti itu keinginanmu saat ini. Jika kamu lelah, kamu bisa pulang. Ada kami berdua yang akan menjadi pundak untuk bersandar." Ucap Ervan yang tidak ingin dijauhi.
"Boleh Papa bertanya?" Ucap Papa Bram menatap dalam putrinya itu.
"Tanya saja yang ingin Papa ketahui. Tentang apa." Ucap Luna.
"Apa Atlas cinta pertamamu, dan Bima hanya pelampiasan sesaat ketika kamu kecewa dengan Atlas? Tolong jujur, selama ini Papa terlalu sibuk bekerja hingga melupakan putri Papa yang sedang masa pertumbuhan. Maaf jika kamu merasa sendirian selama ini." Sesal Papa Bram, diangguki Ervan yang juga menyesal tidak pernah ada untuk adeknya.
"Apa perlu dijelaskan lagi, sedangkan semua sudah terjadi. Bukankah itu percuma saja?" Ucap datar Luna.
"Setidaknya, kami tidak menduga-duga." Ucap Ervan membela Papa Bram.
"Kalian tahu, Atlas sejak aku kelas 1 SMA sudah mengejarku. Mengatakan cinta setiap kali bertemu. Aku yang takut berpacaran selalu menolaknya. Tapi dia terus mengejar."
"Hingga aku masuk kuliah di tempat yang sama dengannya. Dia masih terus mengejar, lama-kelamaan hatiku luluh juga. Hari itu, aku ingin memberikan jawaban atas pernyataan cintanya yang tidak berkesudahan. Tapi ternyata aku melihatnya sedang berciuman dan memeluk erat Melani. Perempuan yang katanya hanya dia anggap sebagai seorang sahabat saja."
"Selalu ada Melani di antara kami. Dia menempel bagai lintah ke mana pun Atlas pergi. Bahkan tidak jarang bersikap manja, minta ini dan itu. Tiba-tiba menelpon lalu menyuruh Atlas datang padanya karena beralasan sakit butuh teman untuk pergi berobat. Coba bayangkan bagaimana perasaanku, Atlas mengaku mencintaiku tapi memprioritaskan Melani."
"Hari di mana aku hampir diperkosa itu, sebenarnya karena waktu itu Atlas mengajakku bertemu di taman jam 7 malam. Satu jam menunggu, ternyata Atlas mengirim pesan jika akan datang terlambat karena masih menemani Melani yang sedang sakit. Aku masih sabar, menunggu hingga pukul 11 malam dia sama sekali tidak datang."
"Lalu terjadilah kejadian itu, dan Bima datang menyelamatkanku. Aku yang sedang kecewa dengan Atlas tidak ingin menyiakan kehadiran Bima. Ternyata aku tetap saja kecewa, bahkan... Aku pernah mati karena Bima." Kalimat terakhir yang hanya Luna ucapkan dalam hati, dia tidak mungkin jujur jika telah diberi kesempatan Tuhan untuk mengulang waktu.
"Keesokan harinya, Atlas datang untuk menyampaikan kata maaf karena semalam Melani tidak mau ditinggal sendiri karena takut. Bahkan Atlas menemui aku juga masih bersama dengan Melani yang terus menggandeng lengannya dengan mesra. Apa Papa dan Kak Ervan pikir aku tidak sakit hati diperlakukan seperti itu? Makanya aku menerima pinangan Bima."
"Sekarang, biarkan saja statusku tetap menjadi istri Atlas. Karena setelah urusanku dengan Bima selesai, aku akan membalas semua perbuatan Atlas dan Melani. Balasan yang tidak akan mereka duga sebelumnya. Sekarang kalian pulanglah, sebelum Bima tahu..."
"Luna... Siapa pemilik mobil di depan rumahmu ini? Teriak Bima dan Ibu Ratna dari depan.
"Baru juga diomong, mereka nongol."
"Oh.... Bima, Bu Ratna, mereka ini investor yang akan menyuntikkan dana ke perusahaanku." Ucapan Luna langsung oleh dipotong Ibu Ratna.
"Wah bagus, berarti sebentar lagi kamu akan kembali kaya. Kalau begitu aku akan tetap menikahi kamu Luna." Ucap Bima pede.
"Tapi mereka juga melamarku."
"APA...?"
Weh bang ER tahan sekali Ampe seminggu lebih jebol gawang ga bisa 😂😂😂
yg jadi atlas matanya biru/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Suka awal yg menarik
jangan jangan cuma Rekasi sebentar dah mau masuk sarang letoy lagi wkwkwkkw
itu adik ma KK kandung kan Thor
keren bisa dalam itu curhat nya