Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Keluarga Kandiswara yang tak tahu malu
Pagi itu, Lyra bangun dengan perasaan segar.
"masuk"
Seperti biasa, suara sistem Zen terdengar.
(Ding, selamat pagi Lyra. Hadiah hari ini: satu jam tangan mewah merk Patek Philippe Grandmaster Chime edisi terbatas, dan formula pemutih badan kelas premium.)
Lyra menatap jam tangan yang muncul di meja samping ranjangnya. Desainnya elegan, mewah, dan terlihat langka.
“Zen… ini jam tangan harganya pasti gila ya?” Lyra mengangkatnya sambil menatap detail ukirannya.
(Ding, jam tangan ini bernilai 3,2 miliar rupiah. Salah satu koleksi yang jarang dilepas ke pasaran.)
Lyra terkekeh. “Kalau gitu, aku simpan untuk acara-acara penting. Jangan sampai jadi bahan gosip karena pakai barang yang terlalu mencolok tiap hari.”
(Ding, keputusan yang bijak Lyra.)
Tak lama, Lyra menghubungi Roy lewat ponselnya.
“Roy, aku butuh beberapa mobil untuk dipakai sehari-hari. Jangan yang terlalu langka, tapi tetap elegan dan mahal. Aku transfer 5 miliar ke rekeningmu.”
(Baik Nona Lyra, saya akan segera membeli mobil yang sesuai. Dengan dana ini, saya rekomendasikan tiga mobil: satu Mercedes-Benz S-Class, satu Lexus LM350, dan satu Porsche Cayenne. Saya akan urus semua surat-suratnya.)
Lyra tersenyum puas. “Sip, urus aja semua. Kalau selesai kasih kabar ke aku.”
(Baik Nona.)
Sambil menunggu, Lyra bersantai di ruang tamu, memainkan jam tangan barunya. Zen pun kembali bersuara.
(Ding, Lyra… aku penasaran. Apa kau berencana mencoba formula pemutih badan hari ini?)
“Kayaknya nanti malam deh, Zen. Sekarang aku mau nikmati hari dengan santai dulu.”
Tiba-tiba ponsel Lyra berdering. Itu telepon dari salah satu satpam villa Starlight.
“Nona Lyra, ada yang ingin menemui Anda. Mereka mengaku dari keluarga Kandiswara.”
Mendengar itu, Lyra menghela napas pelan. “Baik, izinkan mereka masuk sampai depan villa. Aku akan menemui mereka.”
Tak lama kemudian, sebuah mobil mewah berhenti di depan villa. Turunlah seorang pria paruh baya berwibawa ,ayah kandung Lyra bersama istrinya, Lina, Dio, dan seorang pria lain yang merupakan kakak sulung Lyra yang sudah bekerja di perusahaan keluarga.
Mereka menatap megahnya villa Lyra dengan campuran terkejut dan serakah. Ayah Lyra mulai bicara dengan nada merendahkan, “Akhirnya… jadi benar kamu tinggal di sini, Lyra. Kami datang untuk memberitahumu sesuatu yang penting.”
Lyra berdiri tegak, wajahnya tanpa ekspresi. “Silakan bicara.”
Sang ibu mengeluarkan dokumen. “Ini hasil tes paternitas. Kau adalah anak kandung kami. Tapi… mulai sekarang kau hanya akan dianggap anak angkat keluarga Kandiswara. Anak kandung kami tetaplah Lina. Dan villa ini… sudah sepantasnya kau serahkan untuk keluarga.”
Lyra terkekeh pelan, tatapannya berubah dingin. “Lucu sekali. Kalian datang membawa tes paternitas, mengaku sebagai keluargaku, lalu seenaknya ingin merebut rumahku?”
Dio maju selangkah, menatap Lyra tajam. “Kau ini keterlaluan! Kami keluargamu! Villa ini harusnya jadi milik keluarga Kandiswara!”
Lyra menyilangkan tangan, nada suaranya dingin menusuk.
“Kalian tidak pernah membesarkanku, tidak pernah peduli padaku… lalu sekarang datang dengan muka tebal meminta hartaku? Maaf, tapi aku tidak mengakui kalian sebagai keluargaku. Villa ini milikku pribadi. Sekarang… silakan pergi.”
“Kau—!” Lina berusaha maju, matanya berkaca-kaca seolah ingin memainkan drama kesedihan. “Kak… kenapa kamu begitu jahat padaku? Aku kan adikmu yang sakit-sakitan…”
Lyra hanya mendengus. “Jangan berakting di hadapanku, Lina. Kalau kalian tidak pergi, jangan salahkan aku.”
Sang ayah mulai meninggi suaranya. “Lyra! Jangan kurang ajar! Kami datang baik-baik—”
Lyra langsung menekan nomor satpam. “Pak, tolong usir tamu ini dari villa saya. Mereka sudah kelewatan.”
Satpam segera datang dan dengan sopan namun tegas meminta mereka keluar. Wajah Dio memerah karena malu, namun ia tak berani melawan karena tahu villa ini punya keamanan ketat.
Sebelum masuk mobil, ayah Lyra berbisik penuh amarah, “Kau akan menyesal, Lyra.”
Setelah keluarga itu pergi, Lyra menghela napas panjang.
“Zen, sepertinya mereka akan bikin masalah besar nantinya.”
(Ding, tenang Lyra. Selama kau bersama sistem, mereka tak akan bisa menyentuhmu.)
Tak lama, ponsel Lyra berbunyi lagi. Itu Hera.
“Lyraaa! Aku baru dengar dari ayahku tentang keluarga Kandiswara yang bikin onar. Kamu nggak apa-apa?”
Lyra tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja. Mereka cuma datang buat merebut villa ini, bilang aku cuma pantas jadi anak angkat.”
“APA?!” suara Hera meninggi. “Kurang ajar banget! Tunggu, aku ke sana!”
Beberapa menit kemudian, Hera sampai di villa Lyra. Ia langsung memeluk Lyra erat.
“Mereka keterlaluan! Aku bakal bilang ke ayahku. Perusahaan keluarga mereka harus dikasih tekanan biar tahu rasa!”
“Jangan terlalu dipikirin, Ra. Aku cuma… muak dengan sikap mereka yang selalu merasa paling benar.”
Hera mengepalkan tangan. “Aku nggak bakal diem! Biar ayahku yang urus. Mereka harus tau, nggak semua orang bisa dipermainkan seenaknya.”
Tak lama, Hera benar-benar menelepon ayahnya, memberitahu kejadian itu. Ayah Hera, yang punya koneksi luas, langsung berjanji akan “memberi pelajaran” pada keluarga Kandiswara.
Di sisi lain, Adrian Martadinata mendapat laporan tentang konflik ini. Ia duduk di ruang kerjanya, memainkan pena di tangannya sambil tersenyum samar.
“Gadis itu… makin menarik.” gumamnya lirih.
Update Data Diri Lyra
(Ding, update data diri Lyra.
Nama: Lyra Kandiswara
Umur: 19 tahun
Tinggi Badan: 161+ cm
Penampilan: 76+ (cantik)
IQ: 116+ (normal )
Keterampilan: Mengemudi, membaca, berbahasa Inggris, memasak (dasar)
Aset: Villa di Starlight, Villa di Pinggir Pantai,Restoran Luminare, Jalanan kuliner, Formula wewangian non alkohol, Hotel Mewah ‘Imperial Grand’, Mall Mewah ‘Aurora Plaza’, Gedung Perkantoran ‘Imperial Tower’,Rumah sakit di jakarta, Formula pemutih badan
Kekayaan: Rp 13.485.502.200.000
Poin: 6
...----------------...
Malamnya, setelah Hera pulang, Lyra duduk di sofa bersama Roy.
“Roy, kalau keluarga Kandiswara makin cari gara-gara, aku nggak bakal tinggal diam. Kita akan lawan dengan cara yang elegan.”
Roy menunduk hormat. “Saya siap membantu, Nona Lyra.”
Zen ikut bersuara, (Ding, Lyra, hari ini kamu sudah menunjukkan siapa yang sebenarnya punya kuasa. Mereka akan segera merasakan akibatnya.)
Lyra tersenyum tipis. “Baguslah. Aku sudah terlalu lama diam. Sekarang saatnya mereka tahu, aku bukan gadis yang bisa diinjak-injak.”
Jangan lupa like, subscribe dan komen agar author semangat update. Terima kasih