Kania Ishaq telah mencintai suaminya Daniel Saliem selama 10 tahun sejak Ia masih Remaja.
Namun, meskipun telah menikah dengan Daniel selama 7 tahun, bahkan Mereka telah memiliki seorang putri yang cantik bernama Elisa Saliem, Tetap saja tidak membuat Daniel bisa mencintainya.
Bahkan selama 2 tahun terakhir, Daniel malah berhubungan dengan adik tirinya Serena Gunawan tanpa malu dihadapannya.
Yang lebih menyedihkan, Putrinya sendiri, Elisa lebih menyukai Serena dibandingkan dirinya.
Akhirnya, Kania menyadari bahwa Ia telah melakukan hal yang sia-sia. Ia meninggalkan karirnya yang cemerlang sebagai dokter spesialis muda genius yang begitu dibanggakan profesornya namun berakhir mengecewakannya hanya untuk mengejar cinta.
Kania mengambil keputusan. Ia lelah mencintai sendirian dan sakit sendirian. Ia memutuskan untuk bercerai dan memulai hidupnya kembali.
Ia tak mau menyia-nyiakan waktunya lagi.
Bagaimana kisah Kania dan Daniel?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Jalankan Kewajibanmu
Clara baru saja ingin menanyakan apakah Kania masih sendiri, tapi akal sehatnya langsung menghentikan niatnya.
Rasanya kurang pantas sekali, baru juga bertemu beberapa menit, langsung menanyakan hal pribadi seperti itu. Clara pun kemudian menanyakan hal lain.
"Kania, Kamu tinggal dimana? Biar Tante sama Blake yang anter"
"Mmm, tidak usah Tante. Saya bawa mobil sendiri kok"
"Tangan Kamu terluka begini. Biar Tante sama Blake yang anter, ya? Jangan menolak, Nanti Tante bakal kepikiran terus"
Kania tidak tahu harus menjawab apa, akhirnya Dia pun menyetujuinya.
Beberapa saat kemudian Blake sudah tiba dengan 1 kantung plastik putih berisi obat-obatan.
"Aturan minumnya ada di kemasan, dan Kamu juga harus mengganti perban serta mengoleskan obat ini agar lukanya cepat kering. Kata susternya setelah 7 hari, sudah bisa lepas jahitan"
"Terima kasih"
"Ayo Blake, Kita antar Kania pulang. Nanti mobil Kamu biar Sopir Tante aja yang bawa ke rumah Kamu ya"
"Ok Tante, Terimakasih"
"Tante lah yang seharusnya berterima kasih. Karena nolongin Tante, Kamu jadi terluka seperti ini, Ya kan Blake?"
Mendengar pertanyaan Mamanya, Blake mengangguk setuju. Sementara Kania tidak berkata apapun lagi.
Mereka bertiga pun meninggalkan rumah sakit dan menuju kediaman Keluarga Ishaq.
Di tengah perjalanan, Clara dengan penuh semangat terus mengajak Kania berbincang, Kania sedikit kaku karena Dia termasuk orang yang tidak terlalu pandai berkomunikasi dengan orang asing. Tapi, Melihat betapa ramahnya Ibunda Blake itu, Kania pun berusaha menanggapinya sebaik mungkin.
Ditengah perbincangan itu, ponsel Kania berbunyi, Kania pun mengambil ponsel itu dari dalam tasnya.
Begitu melihat layar, Nama Daniel terpampang disana. Kania sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk menjawab telepon Daniel. Ia pun menolak panggilan itu.
Beberapa detik kemudian, Daniel mengirimkan pesan.
[Besok Aku harus melakukan perjalanan ke Wakanda beberapa hari, bisakah Elisa Aku titipkan padamu?]
Tanpa menunggu lama, Kania langsung membalas.
[Tidak bisa. Aku sibuk.]
Setelah itu, Daniel tidak membalas pesannya lagi. Kania pun memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas.
Melihat wajah Kania yang tiba-tiba murung, Clara secara refleks bertanya,
"Nak... Apa ada masalah?"
Kania langsung menggeleng. Dan menjawab, "Tidak ada Tante, hanya masalah pekerjaan"
"Baiklah, ngomong-ngomong Kamu sudah lama bergabung dengan Guardian Group?"
"Secara resmi baru 2 bulan Tante, tapi sebenarnya Saya sudah menjadi bagian dari Guardian Group sejak pertama kali berdiri 9 tahun yang lalu"
Jawaban Kania membuat Blake terkejut,
'Kania sudah bergabung dengan Guardian Group 9 tahun yang lalu?' Blake membatin.
"Benarkah? Lalu... Selama ini Kamu bekerja dimana?"
"Saya tidak bekerja Tante, Saya memutuskan untuk menikah?"
"Ap-apa?"
Clara sangat Shock begitu mendengar pernyataan Kania. Sementara Kania hanya tersenyum dan mengangguk sopan. Ia tidak berkata jujur bahwa Ia sedang dalam proses perceraian. Tidak etis rasanya membicarakan hal seperti itu pada orang asing.
'Yah, Sayang sekali...' Clara membatin kecewa.
"Tapi, Jika sesekali Tante ingin bertemu Kamu atau ajak kamu makan bersama, masih bisa kan?"
"Tentu saja Tante"
Kania menyetujui. Clara terlihat baik dan tidak menyimpan niat buruk. Jadi Kania tidak merasa keberatan menjalin hubungan dengannya.
"Kalau begitu, Kania simpan nomor Tante ya?"
"Iya Tante"
Clara senang mendengarnya. Sementara Blake yang tengah mengemudi, diam-diam tersenyum. Ada perasaan senang dalam hatinya melihat keakraban diantara Ibunya dan Kania, entah apa alasannya, Blake sendiri tidak mengerti.
Sesampainya di rumah Keluarga Ishaq.
"Oh Jadi, Kamu tinggal disini..."
"Iya Tante, Ini rumah peninggalan Kakek dan Nenek. Tante mau mampir?Ada Bibi dan Paman Saya di dalam"
"Oh lain kali saja Sayang, Tante masih ada janji temu sama teman-teman Tante. Biasa... Arisan ibu-ibu komplek, fufufu"
Mendengar Ucapan Bianca, Kania pun ikut tertawa kecil.
"Ya sudah, Tante pulang dulu ya, Kalau luka Kamu sakit atau tambah parah, tolong hubungi Tante segera ya"
"Jangan khawatir Tante, ini cuma luka kecil kok, Kania yakin 3 hari lagi sudah kering"
Sahut Kania.
"Ya sudah. Pokoknya kalau Kania butuh apa-apa, Kania bisa hubungi Tante kapan saja, okay?"
"Baik Tante, terimakasih"
"Sama-sama Sayang. Ngomong-ngomong Tante boleh kan panggil Kania sayang? Tante pengen banget punya anak perempuan, tapi malah dikasihnya laki-laki, jomblo akut lagi!"
Ucap Clara dengan sengaja menyindir putra semata wayangnya, Blake.
"Mom!" protes Blake seraya memutar bola matanya keatas. Ia pun meminta maaf pada Kania atas tingkah ibunya yang membuatnya malu di depan Kania.
"Saya minta maaf Kania"
"Nggak apa-apa" Jawab Kania seraya tersenyum.
Setelah itu, Clara dan Blake pun pamit pulang. Kania melambaikan tangannya yang tidak terluka sampai mobil yang dikendarai oleh Mereka berdua menghilang dari sana.
Kania pun masuk ke dalam rumah.
Begitu melihat Kania yang pulang lebih awal, Bibinya sedikit terkejut, apalagi saat melihat tangan Kania diperban.
"Ya Tuhan, Kania? Kamu kenapa?"
Pekiknya.
"Ceritanya panjang Tante, Aku mandi dulu ya, Aku ceritakan nanti"
"Ok, Hati-hati mandinya jangan sampai lukanya kena air"
"Iya Bibiku sayang..."
Kania naik ke atas dan langsung menuju kamarnya.
Setelah selesai mandi, Ia menjenguk ibunya sebentar, lalu turun ke bawah untuk makan malam bersama Paman, Bibi, dan Sepupunya.
"Oh, jadi gitu... Kok bisa kebetulan ya, Kamu nolongin orang, eh ternyata Ibunya Blake"
Kania mengangguk, Ia sendiri juga tidak menyangka.
"Tapi, Beliau kelihatannya orang baik Paman"
"Syukurlah. Yang penting semuanya selamat, terutama Kamu. Untungnya luka Kamu tidak parah"
"Iya Paman"
Mereka pun melanjutkan makan malam dengan tenang dan sesekali di isi obrolan ringan. Sampai terdengar suara klakson dari luar rumah.
"Itu pasti mobil Aku yang dianterin sama sopir keluarga Shelton. Aku keluar dulu"
Kania pun beranjak dari kursinya dan keluar menuju halaman rumah.
Supir keluarga Shelton memang datang, tapi di belakangnya ada mobil lain.
"Daniel?"
Begitu Mobilnya terparkir tepat di halaman rumahnya. Pintu mobil Daniel juga terbuka. Elisa turun dari sana dengan membawa koper kecil serta tas sekolahnya di punggungnya.
Sementara itu, Orang lain turun dari kursi kemudi, tapi bukan Daniel, melainkan supirnya.
"Mama!!" Elisa berlari ke arahnya dan langsung memeluk kakinya begitu sampai di depannya. Kania hanya tersenyum tipis seraya mengelus rambut putrinya itu.
"Bu, Pak Daniel meminta Saya mengantar non kecil kemari. 2 hari lagi saya jemput"
Kania hanya mengangguk tanpa berkata apapun. Setelah itu supir Daniel pun pergi dari sana.
Kania juga tidak lupa mengucapkan terimakasih pada Supir keluarga Shelton yang sudah mengantarkan mobilnya sebelum masuk ke dalam rumah.
Melihat Kania yang tidak antusias sama sekali saat bertemu dengannya, Elisa merasa sedih. Kania membantu Elisa menyeret kopernya dengan tangan kiri seraya menggandeng tangan putrinya dengan tangan kanannya.
"Kamu sudah makan?"
"Sudah Ma"
"Kalau begitu, Mam bantu kamu mandi"
"Iya ma!" Seru Elisa dengan penuh semangat.
Begitu masuk kedalam Elisa disambut dengan gembira oleh Paman, Bibi, serta sepupu Kania.
Namun tidak berlangsung lama karena Kania langsung membawa Elisa ke kamarnya untuk mandi.
Saat Elisa tengah asyik bermain busa di bathtub, Kania mengirimkan pesan pada Daniel.
[Lain kali, jangan sembarangan membawa Dia ke rumahku tanpa sepengetahuanku. Kamu meminta hak asuhnya, jadi jalankan kewajiban mu!]
Kania melemparkan ponselnya ke atas ranjang, kemudian membantu Elisa untuk menyelesaikan ritual mandinya.
Bersambung....
wah keren ,,KK iparku jg kerja di Hongkong