NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Anak Kembar / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.

Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.

Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.

Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.

Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.

Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.

📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.

Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 . Luka yang Tak Terucap

Kayla masih berdiri terpaku di depan cermin besar berbingkai emas. Permukaan kacanya memantulkan wajah yang cantik dan tenang—alis rapi, bibir tipis, mata yang bulat—tapi hati di baliknya riuh tak karuan.

Tangannya terangkat, mengusap helai rambutnya pelan, seolah ingin merasakan apakah kulit kepala ini benar miliknya. Ia mencoba menyatu dengan bayangan itu—Keira, si menantu keluarga Hadiwijaya—nama yang terasa seperti pakaian mahal, indah tapi tidak pas di tubuhnya.

 “Jadi… ini hidup gue ya?” bisiknya lirih, bibir nyaris tak bergerak.

Bayangan di cermin menatap balik tanpa jawaban.

BRAK!

Suara pintu yang menggelegar memecahkan udara tenang seperti kaca pecah. Engselnya berderit kasar. Pintu kamar terbuka lebar hingga menghantam dinding.

Leo berdiri di ambang pintu. Tubuhnya mengisi seluruh bingkai, menghadang cahaya lorong di belakangnya. Mata tajamnya menusuk seperti pisau, napasnya berat, dada naik-turun cepat. Kemeja hitamnya tergulung sampai siku, menampakkan lengan yang tegang, urat-uratnya menonjol. Kedua tangannya mengepal seperti ingin meninju sesuatu—atau seseorang.

Kayla tersentak, bahunya naik, tubuhnya mundur satu langkah. Mata membulat, pupilnya sedikit membesar. Ada detik di mana dia lupa cara bernapas.

“Kau pikir bisa seenaknya mempermalukan aku di depan keluarga?!” suara Leo meledak, menghentakkan udara di seluruh kamar.

Kayla tersentak, tapi cepat memaksa tubuhnya tegak.

 “Gue cuma nahan tangan lo! Lo mau nyerang gue di depan nyokap lo!” balasnya, suaranya gemetar tapi matanya nggak lari.

Dia maju satu langkah, jarak di antara mereka berkurang. Ada sedikit getar di lututnya, tapi dia mengabaikannya.

 “Mungkin dulu gue emang penurut, lemah, dan selalu tunduk sama lo… tapi sekarang, dan setelah semua yang lo lakuin—Keira yang dulu udah nggak ada lagi!”

Leo melangkah masuk. Setiap langkahnya berat dan terukur, seperti derap kaki yang membawa badai. Lantai marmer di bawah sepatunya memantulkan suara yang memukul telinga.

 “Jangan sok jadi korban. Kau pikir aku lupa semua kelakuanmu sebelum ini? Kau hancurkan negosiasi, hilang tanpa jejak, lalu kembali dengan wajah polos? Aku muak dengan semua drama ini!”

Kayla merasakan udara di paru-parunya makin tipis. Dia mundur tanpa sadar, hingga punggungnya menabrak tepi meja rias. Botol parfum berguncang pelan, mengeluarkan bunyi kaca beradu.

 “Gue… gue nggak inget apa pun. Tapi gue bukan boneka yang bisa lo mainin sesuka hati, Leo.”

Leo mengeluarkan tawa pendek—dingin, pahit, tanpa humor.

“Lucu. Kau tiba-tiba sok kuat, sok jadi korban, sok tak berdosa. Tapi dulu… kau tahu persis cara menusuk dari belakang.”

Dia merendahkan suaranya, tapi justru terdengar lebih mengancam.

“Jangan pikir karena kau lupa ingatan, aku bisa memaklumi semua sikapmu. Aku tetap Leo yang sama—yang tidak segan menyiksamu dengan cara-cara yang tidak pernah bisa kau bayangkan.”

Jarak di antara mereka hilang. Nafas Leo terasa di wajahnya, hangat tapi menyesakkan. Matanya menyapu wajah Kayla, dari dahi, hidung, hingga dagu, seakan mencari celah untuk menembusnya. Ada kekacauan di sana—amarah, luka, dan mungkin… tanya yang ia sendiri enggan akui.

“Karena amnesia mu, kau seperti bukan Keira yang aku kenal,” katanya pelan, namun matanya tak melepaskannya. “Tapi sayangnya, aku tak punya pilihan selain tetap bersamamu.”

Tangannya terangkat, mencengkeram lengan Kayla keras.

"Mau aku ingatkan, bagaimana dulu kamu bersujud dan tunduk kepadaku? Bahkan tidak berani menatap mataku seperti yang kau lakukan sekarang?”

Kayla mencoba menepis, tapi cengkeramannya seperti borgol.

“Keberanianmu cukup membuatku kaget…aku sempat berpikir kalau adalah orang lain. Tapi kita lihat… apa setelah kau ingat semuanya, kau masih bisa menatapku seperti ini? Atau mempermalukan ku seperti tadi?!”

 “Lepasin gue, Leo! Lo bukan Tuhan atas hidup gue!” teriak Kayla, matanya membara.

Tapi Leo tak mengendur. Dia justru mendorongnya ke dinding. Benturan membuat suara denting dari bingkai foto. Tubuh mungil itu terjepit, napasnya terpaksa pendek-pendek.

“Di rumah ini aku adalah tuhanmu ?” suaranya tajam, seperti ujung belati yang menggores tipis."Lagi pula kalau bukan aku siapa yang akan menerimamu sebagai jaminan hutang. "

Kayla membalas tatapan itu, dingin dan tajam.

“Gue bukan pelacur, Leo! Dan kalau gue pernah jadi istri lo, itu bukan berarti lo punya hak buat nginjek harga diri gue!”

Sebuah tamparan mendarat. Cepat. Keras.

Kepala Kayla terpaksa miring, pipinya berdenyut panas. Matanya berkaca-kaca, tapi tak ada air mata yang jatuh. Dia menatap balik—beku, diam, tapi penuh benci.

“Lo bakal menyesal udah mukul gue,” katanya pelan, setiap kata seperti batu yang dilemparkan.

Leo mencibir, matanya menyipit.

“Kau tak akan bisa lari ke mana pun. Ini rumahmu. Nerakamu. Dan aku… adalah Tuhannya.”

Kayla memalingkan wajah, menelan napas yang tercekat, mencoba tidak menunjukkan goyahnya.

Di balik pintu yang tak tertutup rapat, seseorang berdiri diam. Bayangan tubuhnya samar di sela cahaya lorong. Matanya memandang ke dalam kamar dengan sorot kelam, bibirnya tertutup rapat, jemarinya mengepal begitu keras hingga buku jarinya memutih.

Revan.

Ia tak tahu sudah berapa lama berdiri di sana, tapi pandangannya terkunci pada sosok Kayla.

“Keberaniannya… boleh juga,” gumamnya nyaris tanpa suara. “Tapi apa mungkin amnesia bisa mengubah orang sejauh ini?”

Keningnya berkerut, tatapannya tak lepas dari wajah Kayla yang berhadapan dengan Leo.

“Harusnya naluri tubuhnya tetap sama walaupun ingatannya hilang…”

Di lorong yang sunyi itu, Revan merasakan sesuatu yang ganjil merayap di pikirannya.

 $$$$$

Beberapa jam kemudian—

kedatangan orang tua Keira mengubah segalanya.

Kayla sudah duduk di tepi ranjang sejak tadi, memeluk kedua lututnya. Matanya kosong menatap tirai yang bergoyang pelan tertiup angin AC. Begitu mendengar langkah kaki di lorong, tubuhnya refleks tegak. Langkah itu berat, berirama, disertai suara percakapan pelan.

Suara yang… seharusnya menenangkan.

Tapi kini, justru terasa asing.

Detak jantungnya naik. Ada sesuatu yang menyerupai harapan—kecil, rapuh, tapi tetap hidup. Mungkin kali ini… ada sekutu. Tempat pulang. Pelukan.

Pintu kamar terbuka perlahan.

Cahaya lorong merayap masuk, memotong bayangan di lantai.

Gunawan masuk lebih dulu. Jas abu-abunya rapi, tapi kerutan di wajahnya lebih dalam dari yang Kayla ingat. Diah mengikutinya, mengenakan kebaya pastel. Wajahnya cantik… tapi kaku seperti topeng porselen.

Kayla berdiri cepat.

“Pah… Mah…” suaranya serak, matanya memanas.

Dia melangkah, tangan terangkat—nyaris ingin meraih. Nyaris.

Tapi yang datang… hanya dingin.

Tidak ada pelukan. Tidak ada tangan yang meraih.

“Apa yang sudah kamu lakukan, Keira?” suara Diah terdengar lembut—tapi dingin menusuk.

Kayla terhenti di tengah langkah.

“Aku…”

“Kami baru saja bicara dengan Bu Tantri.”

Tatapan Diah seperti pisau, licin dan berbahaya. “Kamu mempermalukan Leo di depan keluarganya?”

Kayla menutup matanya perlahan lalu membukan nya kembali. “Aku nggak—”

“Bukannya kamu sudah cukup membuat malu saat kamu kabur dulu?” potong Gunawan. Nada suaranya berat, seperti batu yang menimpa dada. “Dan sekarang… baru kembali, kamu langsung menimbulkan masalah?”

Kayla merasakan lututnya goyah.

“Pah, Mah… aku cuma—”

“Sudah cukup!” nada Diah naik setengah oktaf. “Kalau kamu pikir kami datang ke sini untuk membela tingkahmu, kamu salah besar.”

Diah melangkah maju, tumit sepatunya mengetuk lantai marmer, terdengar jelas di telinga Kayla. “Jangan jadikan amnesia mu sebagai alasan untuk melawan suamimu sendiri.”

Suara itu membuat udara di kamar terasa makin berat.

Kayla menelan ludah. Dadanya sesak. Dia bahkan nggak tahu harus membela diri dengan cerita apa—karena dia sendiri nggak punya peta masa lalu yang bisa dia tunjukkan.

“Kamu tahu posisi kita sekarang?” Gunawan menatap tajam. “Perusahaan Papa masih dikejar utang. Kalau Leo atau keluarganya menarik kerja sama… kita benar-benar hancur, Keira.”

“Jadi tolong…” suaranya mulai terdengar seperti perintah yang dibungkus nada lembut.

Diah menyambung, lebih tajam, “Tunduk lah. Diam lah. Dan lakukan saja yang Leo minta.”

Kayla bergeming. Jemarinya mengepal di balik kain gaun tidur yang halus. Napasnya naik-turun, tidak teratur.

“Untuk keluarga ini, Keira. Untuk semua yang sudah kami perjuangkan. Kami nggak punya waktu menghadapi dramamu yang tiba-tiba sok kuat.”

Diah menatap matanya dalam-dalam, dingin.

“Kalau kamu menghancurkan hubungan ini… kamu juga menghancurkan kami semua.”

Tak ada sentuhan.

Tak ada kata yang memeluk.

Tak ada tanda bahwa dia anak mereka.

Gunawan berbalik, Diah mengikut. Pintu menutup dengan bunyi klik yang terasa seperti segel penjara.

Kayla berdiri di tengah kamar, membatu.

Sunyi datang lagi, menebal seperti kabut dingin.

Dia menoleh ke cermin.

Wajah itu—cantik, tenang, tapi asing.

Wajah seorang perempuan yang kehilangan alamat pulang.

Nggak diakui suami.

Nggak dipahami keluarga.

Nggak punya nama. Nggak punya sejarah.

Kayla berbisik pelan, hampir tak terdengar.

“Ternyata gue bener-bener sendiri di sini…”

Kata-kata Leo terngiang di kepalanya, pahitnya menusuk sampai tulang: nggak ada yang akan nampung lo selain gue.

Matanya beralih ke pintu yang baru saja tertutup rapat. Pandangannya keras, tapi ada kilau putus asa yang tak bisa ia sembunyikan.

“Dan dunia nerakanya ini…”

Kayla duduk perlahan di tepi ranjang, memeluk lutut lagi. Di luar, suara langkah menjauh. Di dalam, hanya dentum jantungnya sendiri yang terdengar.

.

.

.

Bersambung...

1
Dedet Pratama
luar biasa
Alyanceyoumee
mantap euy si Revan
Kutipan Halu: hahah abis di kasih tutor soalnya kak 😄😄
total 1 replies
Bulanbintang
Iri? bilang boss/Joyful/
Kutipan Halu: kasih paham kakak😄😄
total 1 replies
CumaHalu
Suami setan begini malah awet sih biasanya 😤
Kutipan Halu: awett benerrr malahan kak😄
total 1 replies
iqueena
Kasar bngt si Leo
iqueena: sharelok sharelok
Kutipan Halu: kasih tendangan maut ajaa kak, pukulin ajaa kayla ikhlas kok🤣
total 2 replies
Pandandut
kay kamu mantan anak marketing ya kok pinter banget negonga
Kutipan Halu: kaylanya sering belanja di pasar senin kak🤣
total 1 replies
Dewi Ink
laahh, pinter nego si Kayla 😅
Kutipan Halu: biasa kakk valon emak2 pinter nego cabe di pasar😄😄
total 1 replies
Alyanceyoumee
nah gini baru perempuan tangguh. 😠
Kutipan Halu: iyaa kak greget jugaa kalau lemah muluuu, org kek leo emng hrs di kasih paham😄😄
total 1 replies
Yoona
😫😫
CumaHalu
Kapok!!
Makanya jadi suami yang normal-normal aja😂
Kutipan Halu: diaa memilih abnormal kak☺☺
total 1 replies
Pandandut
mending ngaku aja sih
Kutipan Halu: emng bisaa ya kak, kan udh terlanjut bohong gituu org2 udah juga pada percaya, klu aku jadi keira sih juga pasti ngambil jln dia juga😭😭
total 1 replies
Pandandut
pinter juga si revan/Slight/
iqueena
pintar juga Revan
Dewi Ink
mending ngaku duluan si dari pada ketahuan
Yoona
leo juga harus ngerasain
Alyanceyoumee
mantap...👍
CumaHalu
Wah, hati-hati Kayla.😬
Kutipan Halu: waspada selalu kak☺
total 1 replies
CumaHalu
Astaga😂😂😂
Bulanbintang
dua kali lebih lama, 😩😒
Bulanbintang
kompak bener😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!