Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Bayu sebenarnya masih merasa khawatir ketika melihat Yuni melamun.
"Yun, kamu baik-baik saja kan? Kalau kamu ingin menangis, kamu tidak usah menahannya. Menangis juga bagus untuk kesehatan mental kamu."
"Aku baik-baik saja Bay. Kamu tidak perlu khawatir."
"Apa kamu yakin?" tanya Bayu masih yang merasa ragu.
"Sangat yakin. Justru sekarang hati ku sudah merasa lebih baik setelah meluapkan semuanya. Aku rugi jika harus membuang-buang air mata demi lelaki sampah seperti Hendra, apalagi air mata ku sudah kering," ujar Yuni dengan tersenyum.
"Kamu memang perempuan hebat Yun. Hendra dan keluarganya pasti akan menyesal karena sudah menyakiti perempuan sebaik kamu," ucap Bayu.
"Aku tidak ingin terus-terusan menjadi perempuan lemah. Mulai sekarang aku harus kuat demi keluarga ku. Apalagi aku harus berjuang demi Denis dan Dira."
"Ini baru Yuni yang dulu," ucap Bayu dengan menepuk bahu Yuni.
Setelah kepergian Yuni dan Bayu, semua yang berada di sana terdengar membicarakan Lisa dan Hendra. Mereka mencemooh serta menatap jijik terhadap pasangan selingkuh tersebut.
"Sebaiknya mulai sekarang kita jangan dekat-dekat sama mereka. Nanti kita bisa terkena sial," ucap salah satu Teman Lisa.
"Kamu benar. Jangan sampai pacarku di embat sama si Pelakor," tambah Teman Lisa yang lainnya.
"Aku tidak menyangka ternyata selama ini kamu sudah berbuat dzolim terhadap Anak dan Istri kamu, Hendra." ucap Teman Hendra.
"Dasar lelaki tidak bersyukur. Seharusnya kamu mendahulukan kebahagiaan Anak dan Istri kamu sebelum orang lain, karena mereka adalah sumber rezeki kamu," tambah Teman Hendra lainnya.
Hendra semakin frustasi, begitu juga dengan Lisa yang rasanya sudah tidak memiliki muka lagi.
Setelah berada di dalam ruang kerjanya. Hendra mengajak Lisa berbicara.
"Lisa, sebaiknya kita akhiri saja semuanya."
Lisa tidak terima ketika Hendra mengatakan ingin mengakhiri hubungan mereka.
"Apa maksud kamu? Apa kamu sadar dengan yang kamu ucapkan, Mas?"
"Aku sangat sadar Lisa. Kita sudah melakukan kesalahan dan dosa yang besar. Sekarang rumah tanggaku hancur. Aku sudah menyakiti Anak dan Istriku. Jadi, sebaiknya kita akhiri saja semuanya." jawab Hendra.
Lisa tidak akan pernah rela melepaskan Hendra setelah perjuangannya selama ini. Jadi, dia akan melakukan segala cara supaya Hendra tidak meninggalkannya.
"Percuma kamu menyadarinya sekarang. Semuanya sudah terlambat, Yuni juga tidak akan sudi kembali kepadamu."
Hendra hanya diam. Yuni mungkin tidak akan bersedia kembali kepadanya, tapi dia juga tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan Lisa.
"Jangan pernah berpikir kamu bisa meninggalkan ku, karena aku tidak akan pernah rela. Apalagi setelah apa yang kita lakukan. Kamu tidak akan bisa begitu saja lepas dari tanggung jawab," ujar Lisa.
"Terserah kamu, tapi keputusan ku sudah bulat. Detik ini juga aku ingin mengakhiri hubungan kita," ujar Hendra.
Baru juga Hendra melangkahkan kakinya untuk ke luar, Lisa kembali angkat suara.
"Aku hamil."
......................
Rani merasa gelisah karena akhir-akhir ini dia sering memimpikan Irwan selingkuh bahkan menikah lagi.
"Kak Rani kenapa melamun? Tumben gak pergi jalan-jalan?" tanya Elsa ketika pulang kuliah.
Rani menghela napas panjang sebelum menceritakan semuanya kepada Elsa.
"Sebenarnya akhir akhir ini aku sering bermimpi Mas Irwan selingkuh, bahkan semalam aku memimpikan Mas Irwan menikah lagi," jawab Rani dengan menitikkan air mata.
Suami kamu memang sudah berselingkuh, dan perempuan selingkuhannya itu adalah aku. Bahkan kami sudah berencana akan menikah, meski pun hanya bisa menikah siri dulu, ucap Elsa dalam hati.
"Mimpi hanya bunga tidur, jadi Kakak tidak usah banyak pikiran," ucap Elsa berpura-pura menghibur Rani.
Elsa terbesit sebuah ide supaya dia bisa terus berada di dekat Irwan.
"Oh iya, bagaimana kalau Elsa tinggal di rumah Kak Rani saja? Dengan begitu Elsa bisa mengawasi Mas Irwan supaya tidak berbuat macam-macam."
Tanpa berpikir panjang, Rani langsung menyetujui usul Elsa tersebut.
"Ide bagus tuh. Kalau begitu mulai besok kamu pindah saja ke rumah Kakak, kebetulan rumah Kakak dekat dengan kampus kamu," ucap Rani.
Elsa tersenyum penuh kemenangan karena rencananya berhasil. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rani yang tidak ada rasa curiga sedikit pun terhadap kedekatan dirinya dan Irwan.
Dasar perempuan bodoh. Seharusnya kamu mengawasi serta lebih perhatian lagi terhadap Mas Irwan, tapi kamu sendiri yang sudah sukarela menyerahkan Mas Irwan kepada ku, ucap Elsa dalam hati.
Beberapa saat kemudian, Mama Meti menghampiri Rani dan Elsa. Mama Meti terus menggerutu setelah sebelumnya mendapatkan panggilan telpon dari Lisa.
"Mama kenapa sih dari tadi marah-marah terus?" tanya Rani.
"Semuanya gara-gara si Yuni perempuan kampung itu. Barusan Lisa bilang Hendra dan Lisa mendapatkan teguran dari pihak HRD gara-gara si Yuni membuat keributan," jawab Mama Meti.
Elsa dan Rani terkejut mendengar cerita Mama Meti.
"Jadi sekarang perselingkuhan Kak Hendra dan Kak Lisa sudah terbongkar?" tanya Elsa mencoba memastikan.
"Benar. Si Yuni katanya bersikeras meminta cerai, padahal Hendra sampai merendahkan harga dirinya di hadapan semua orang dengan memohon-mohon serta meminta maaf kepada Yuni," jawab Mama Meti.
"Dasar perempuan kurang ajar. Kita harus membuat perhitungan dengan perempuan kampung itu," sambung Mama Meti.
Elsa merasa tidak tenang mendengar perselingkuhan Hendra dan Lisa yang terbongkar, ada rasa takut dalam hatinya jika sampai perselingkuhannya dan Irwan terbongkar juga.
"Kak Hendra malu-maluin aja sih. Padahal kita sudah susah payah membantu Kak Lisa supaya bisa mendapatkan Kak Hendra," ujar Elsa.
Rani terlihat berpikir mendengar percakapan Mama Meti dan Elsa yang terus saja menyalahkan Yuni, apalagi sejak sering memimpikan tentang perselingkuhan Irwan, Rani selalu merasakan sesak dalam dadanya.
"Wajar saja apabila Yuni sampai meminta cerai. Perempuan mana yang tidak akan merasa sakit hati jika Suaminya sudah bermain gila dengan perempuan lain. Jika Rani berada di posisi Yuni, Rani juga akan melakukan hal yang sama, karena tidak akan ada satu pun perempuan di Dunia ini yang rela berbagi, apalagi sampai di poligami," tutur Rani.
Elsa terlihat salah tingkah, sedangkan Mama Meti menatap tidak percaya kepada Putri kesayangannya tersebut, apalagi selama ini Rani sudah ikut mendukung Hendra supaya berselingkuh dengan Lisa.
"Rani, kamu tidak sedang sakit kan? Bukannya selama ini kamu juga ikut mendukung Hendra berselingkuh dengan Lisa?" tanya Mama Meti.
"Itu dulu Ma, tapi sekarang pikiran Rani sudah berubah. Sesama perempuan, Rani kasihan dengan nasib Yuni."
"Elsa, sepertinya Kakak kamu salah minum obat," ucap Mama Meti dengan memegang dahi Rani.
"Tapi kepala Rani tidak panas kok," sambung Mama Meti.
"Rani baik-baik saja Ma, hanya saja setelah Rani sering memimpikan Mas Irwan berselingkuh, hati Rani selalu merasa sakit. Padahal semua itu hanya mimpi. Rani tidak tau akan seperti apa jadinya jika semua itu sampai menimpa rumah tangga Rani."
*
*
Bersambung