NovelToon NovelToon
Wanita Milik Bos Mafia

Wanita Milik Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Mafia / Nikah Kontrak / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Muhamad Julianto

Rika, mahasiswi sederhana, terpaksa menikahi Rayga, pewaris mafia, untuk menyelamatkan keluarganya dari utang dan biaya operasi kakeknya. Pernikahan kontrak mereka memiliki syarat: jika Rika bisa bertahan 30 hari tanpa jatuh cinta, kontrak akan batal dan keluarganya bebas. Rayga yang dingin dan misterius memberlakukan aturan ketat, tetapi kedekatan mereka memicu kejadian tak terduga. Perlahan, Rika mempertanyakan apakah cinta bisa dihindari—atau justru berkembang diam-diam di antara batas aturan mereka. Konflik batin dan ketegangan romantis pun tak terelakkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Julianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Pov Rayga

Aku terbangun dengan tubuhku yang cukup nyeri. Tapi aku berusaha mengabaikan nya. "Shhh.. dasar ayah bajingan!! " Umpat ku sambil meringis di bagian wajah ku.

Aku berusaha bangun untuk ke dapur, untuk membasahkan tenggorokan kan ku yang mulai mengering.

Tepat saat aku berada di ambang pintu dapur, aku terkejut dengan adanya seseorang dihadapkan yang sibuk membuat sesuatu. Tapi sepertinya ia akan membuat susu.

Tapi ada yang membuat tidak berhenti menatap nya dari belakang. Aku berkedip cepat, seperti orang yang baru saja disadarkan dari lamunan.

Tubuh semampai, siluet ramping, dan gerakan yang anggun, kulit yang putih dan rambutnya begitu indah—itulah yang kulihat saat aku tiba di dapur untuk mengambil segelas air.

Tak kusangka gadis berwajah lembut itu menyimpan pesona yang tersembunyi di balik busana formal yang ia kenakan sejak tadi pagi. Aku berdehem pelan, mencoba membuat kehadiranku diketahui oleh nya. Ia menoleh cepat dan tanpa sengaja menjatuhkan gelas susunya. Suara pecahan terdengar jelas, dan susu tumpah ke lantai. Ia refleks menutupi wajahnya dan hendak berlari pergi.

"Maaf, saya benar-benar minta maaf! Biar saya bersihkan!" katanya buru-buru, lalu membungkuk hendak memungut pecahan kaca. Tapi aku segera menghentikannya.

"Jangan!" Bentak ku. Bahkan aku sendiri sedikit terkejut dengan nada suaraku. "Biar salah satu pelayan saja yang urus itu," lanjut ku, mencoba meredam ketegangan. Aku hanya tidak ingin dia melukai dirinya sendiri.Tapi aku juga sadar, nada suaraku yang tegas malah membuatnya kebingungan. Ia berdiri sambil memainkan jari-jarinya, tak tahu harus berbuat apa. Saat ku tatap wajahnya, dia menunduk cepat. Aku berusaha bisa menahan tawa kecil.

"Tuan Muda?"

Aku menoleh dan melihat Bibi Ranti berdiri di belakang ku.

"Ouh Bibi. Tolong bantu dia bersihkan tumpahan susu itu, ya," kataku sambil sedikit bergeser agar dia bisa melihat situasinya. Bibi Ranti menatapku lalu melihat ke arah gadis itu yang tampak kebingungan. Aku belum ingat namanya—yang kutahu hanya nama depannya diawali huruf R.

"Baik tuan Rayga. Apa tuan tidak apa-apa? Tuan jika berkenan jangan memanggilku bibi. Panggil saja dengan namaku saja tuan" tanyanya sopan.

"Ya, saya baik, Bibi, dan bibi jangan seperti baru mengenalku. Saya tidak akan mengubah panggilan untuk bibi" jawabku sambil tersenyum kecil, lalu meninggalkan ruangan.

Bibi Ranti dulunya pengasuh pertamaku, sebelum akhirnya jadi kepala pengurus rumah tangga. Ayah yang mempromosikan dia, tapi aku yang minta agar gajinya naik dan anak-anaknya mendapat beasiswa dari perusahaan. Dia salah satu dari sedikit orang yang benar-benar peduli padaku sejak aku kecil.

Setelah menjawab pertanyaan Bibi. Aku kembali ke ruang kerja dengan membawa sebotol air. Tumpukan dokumen di meja menanti ku. Tapi tubuhku terasa berat. Aku mengusap wajah dan meringis saat jariku menyentuh bibir—masih terasa perih karena luka dari pukulan ayah tadi siang.

Mengingat insiden di Altar Mansion tadi membuat emosiku kembali memanas. Aku sendiri bingung harus marah ke siapa—ayahku yang memaksaku, atau Rita, pacarku, yang tak datang di hari kami seharusnya kabur bersama. Para anak buah ayah berhasil menangkap ku dan menyeret ku ke Altar.

Dan sekarang, aku malah harus menikah dengan gadis yang bahkan belum kukenal namanya.

Aku mencoba fokus ke berkas-berkas pekerjaan, tapi pikiranku terus kembali pada sosok gadis itu. Ada sesuatu dari caranya berjalan, dari tatapan gugupnya, dari sorot matanya—yang entah kenapa sulit aku abaikan. Dia memang bukan gadis biasa. Dalam diam aku mengakui itu.

Aku menggelengkan kepala, mencoba menjernihkan pikiran. Aku butuh distraksi. Kuambil kembali berkas kerja, tapi tetap tak bisa berkonsentrasi.

Tiba-tiba aku teringat dengan Rita. Aku ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Kupikir, mungkin aku akan menelponnya—dan kalau bisa, biar ayah tahu juga. Aku hubungi dia. Dia langsung mengangkat.

"Hai, sayang..." ucapku pelan. Tapi aku langsung tahu dari suaranya—dia habis menangis. Aku mencoba menghiburnya, tapi makin lama usahaku terasa sia-sia.

"Rayga... aku ingin mengakhiri hidupku," katanya dengan yang terdengar sesenggukan dari seberang sana.

"Jangan pernah berpikir seperti itu! Jangan melakukan tindakan bodoh, Rita! Sebenarnya ada apa dengan mu?" seruku penuh panik.

Setelah sekitar satu jam mencoba memberikan solusi atas masalah yang ia hadapi, walau sedikit terjadi perdebatan, pada akhirnya dia sedikit tenang.

Setelah adegan drama sejenak, Aku pun kembali menatap tumpukan kerjaan yang belum ku sentuh sejak tadi. Aku menghela nafas panjang ' entah kenapa rasa malas ku muncul mendadak '

*******

Pov Rika

Didapur, aku berkutat dengan teko yang berisi air panas lalu ku campurkan dengan susu. Kebetulan aku menemukan susu didalam kulkas yang masih segar.

Setelah menurutku susu nya sudah tercampur. Aku berbalik sambil membawa gelas berisi susu ini.

Tepat setelah ku berbalik badan, aku dikejutkan dengan seorang yang tinggi berada didepan ku. Aku reflek menjatuhkan gelas yang ku pegang.

Seketika rasa panik melanda pikiran ku, aku berupaya meminta maaf kepada laki-laki yang ada didepan ku. Aku tau persis siapa yang didepan ku ini.

Dia adalah orang yang dijodohkan oleh ayahnya sendiri kepada ku.

Dan benar saja, saat aku berupaya memungut pecahan kaca dilantai. Ia mengeluarkan suara bentakan yang membuat ku ciut seketika. Aku berusaha berdiri dengan wajah ku yang sedikit melihat ke depan.

Melihat tatapan matanya yang makin tajam membuat ku semakin menunduk dan memainkan jemari ku.

Tiba-tiba muncul suara dari arah luar dapur, yang memanggil 'Tuan muda'. Mendengar itu aku pikir yang akan datang pembantu yang disuruh Rayga ini.

Ia menyuruhnya untuk membantu membersihkan pecahan gelas. "Aku juga cukup terkejut ketika tau bahwa pelayan yang didepan ku ini adalah wanita pengasuh pak Rayga?!, seperti aku harus bersikap lebih sopan pada nya.

Setelah berbicara sebentar, Rayga meninggalkan dapur. Kini tersisa aku dan kepala pelayan didapur.

Perempuan yang cukup tua itu menatapku, dan entah kenapa aku bisa menangkap sorot iba di matanya.

"Aku sungguh minta maaf karena memecahkan gelasnya. Aku Hanya ingin minum susu karena tidak bisa tidur," aku ngomel sendiri sambil panik. Dia tersenyum dan langsung mengambil vacuum cleaner.

"Oh tenang saja Nona, nona tidak perlu minta maaf. Semua orang pasti pernah memecahkan gelas. Saya sendiri terakhir memecahkan gelas kemarin," katanya, dan aku langsung tertawa. Kalau itu caranya mau menyemangati ku, sepertinya berhasil.

"Ouh iya Nona, saya ingin tau nama nona siapa?" tanyanya setelah kami tertawa.

"Rika, tapi jangan panggil aku nona, Bibi. Agar tidak terlalu kaku saja" jawabku.

"Wah, nama yang cantik, tenang saja saya akan tetap memanggil nona tapi saya tidak akan terlalu formal." Ucap Bibi Ranti sambil tersenyum. Dia lalu memperkenalkan dirinya padaku.

Setelah kami tertawa dan bicara ringan, aku tiba-tiba ingat... nama belakangku sebentar lagi akan berubah dari Rika Swift menjadi Rika D'Amato. Hatiku mendadak berat. Aku bahkan belum pernah membayangkan soal menikah, tapi sekarang... aku akan jadi istri seseorang.

Bibi Ranti membantuku keluar dari dapur dan memastikan aku tidak mengambil susu lagi sebelum tidur. Aku mengucapkan terima kasih dan kembali ke kamar. Dia memang wanita yang baik.

Saat hendak menutup pintu, aku melirik ke arah kamar di seberang yang masih setengah terbuka dan melihat Rayga sedang bekerja. Seolah tahu aku sedang mengintip, dia langsung menoleh. Aku buru-buru menutup pintu.

Jantungku berdebar kencang. Aku harap dia tidak benar-benar melihatku, tapi... siapa yang aku bohongi? Dia pasti melihatku. Seperti yang terjadi di dapur. Aku mulai bertanya-tanya, apakah dia memang sedang memperhatikanku? Atau dia cuma kebetulan lewat lalu mengajak ku bicara?

Sebelum tidur, pikiranku kembali ke kakek. Aku harap dia cepat sembuh... dan aku masih harap, pernikahan ini tidak jadi terlaksana.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!