Series #1
•••Lanjutan dari novel TAWANAN PRIA PSIKOPAT (Season 1 & 2)•••
Universidad Autonoma de Madrid (UAM) menjadi tempat di mana kehidupan Maula seketika berubah drastis. Ia datang ke Spanyol untuk pendidikan namun takdir justru membawa dirinya pada hubungan rumit yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Rayden Salvatore, terus berjuang untuk menjaga gadis kecilnya itu dari semua yang membahayakan. Sayangnya dia selalu kecolongan sehingga Rayden tidak diizinkan oleh ayah Maula untuk mendekati anaknya lagi.
Maula bertahan dengan dirinya, sedangkan Rayden berjuang demi cintanya. Apa keduanya mampu untuk bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Menyerang
...•••Selamat Membaca•••...
Rayden mendekati Maula yang saat ini tengah menangis sendiri tanpa suara, Rayden memilih duduk di lantai dan menatap gadisnya dengan kepala sedikit mendongak karena Maula duduk di atas sofa.
“Mau nangis?” tanyanya lembut, Maula diam tak merespon.
“Aku kangen Mama sama Papa, kapan ya mereka ke sini?” Rayden menghela napas lalu menghapus air mata Maula yang berjatuhan dengan ibu jarinya.
“Nangis saja dulu, butuh bahu?” Maula menundukkan kepala dan bersandar di bahu Rayden, menangis sampai hatinya lega.
Rayden mengusap lembut rambut Maula yang panjang. Dia tadi lancang karena menguping pembicaraan Archer dan Maula.
Puas menangis, Maula menarik dan menghembuskan napas lega.
“Masih sedih?” Maula menggeleng mantap dan tersenyum.
“Aku lapar dan ingin masakan kamu,” pintanya dengan manja.
“Oke. Sana ganti mandi dan ganti baju, makanan akan segera siap.”
Maula sengaja mematikan ponselnya, dia tidak ingin diganggu siapa pun saat ini. Rayden memasak dengan lihai, mencicipi masakannya terlebih dahulu sebelum dimakan oleh Maula.
Maula dan Sofia siap untuk makan malam, selama Sofia tinggal di sana, Maula menjaga apa yang dia makan dan konsumsi, mengingat Sofia seorang muslimah.
“Kalian makanlah, aku ada urusan sebentar.” Rayden pamit untuk memeriksa kembali perkara penembakan Maula kemarin.
Rayden mengerahkan beberapa orang untuk mencari tahu siapa dalang di balik semua ini dan apa motifnya.
Hingga akhirnya dia dapat satu nama yaitu Gael Valverde.
“Pasti dia mengira Maula orang terdekat Archer,” gumam Rayden sambil menatap layar ponselnya.
Keesokan paginya, Maula berangkat ke kampus bersama dengan Sofia karena Rayden ada beberapa pekerjaan penting. Tujuan Rayden kali ini jelas untuk bertemu dengan Gael dan Archer, dua orang yang cukup mengganggu kenyamanan gadis kecilnya.
Archer meminta untuk bertemu di kediaman Gael karena dia ada bisnis penting. Rayden setuju dan ke sana sesuai dengan waktu yang mereka sepakati, yaitu sore hari.
Rayden menjawab panggilan dari Leo.
“Bagaimana kondisi Maula saat ini? Apa ada luka yang serius?” tanya Leo dengan suara panik.
“Dia baik Tuan, tidak ada luka yang serius. Sekarang dia sedang di kampus.”
“Kau ada di mana?”
“Aku di kantor sekarang, aku berjanji akan menjaga dia dengan baik.”
“Baiklah, kemungkinan kami ke sana dua minggu lagi. Bilang padanya ya.”
“Baik Tuan.”
...***...
Maula menghubungi Rayden, dari tadi Rayden sama sekali tidak membalas pesannya.
“Ini orang ke mana ya? Aku sudah mengirimkan spam chat tapi tak satupun dia baca,” gerutu Maula sambil menekan layar ponselnya dengan telunjuk.
Tak lama, Rayden menghubunginya. Maula yang sudah kepalang kesal langsung menekan panggilan video. Seketika wajah babak belur Rayden terpampang di layar.
“RAYDEEEENN, KAU KENAPA?” Rayden tersenyum melihat kekhawatiran di wajah Maula.
“Aku baik-baik saja, Piccola. Sudah pulang?”
“Kau bohong, kau bertengkar dengan siapa? Oke... jangan dijawab, sekarang katakan di mana posisimu.”
“Mau apa?”
“Mau ke sana.”
“Tidak usah, nanti aku hubungi lagi ya, ada perlu sebentar.” Belum dia menjawab, Rayden sudah memutuskan panggilan sepihak.
Maula melakukan track lokasi Rayden dan mendapatkan posisi pria itu. Tanpa pikir panjang, Maula melajukan mobilnya ke alamat yang barusan dia dapatkan.
Sekitar setengah jam perjalanan, Maula sampai di depan mansion besar milik Gael dan pengawal melarang dia untuk masuk, Maula bisa melihat motor Rayden terparkir di sana.
“Jadi aku tidak boleh masuk?” pengawal itu menggeleng, dengan santai Maula kembali ke mobilnya dan menargetkan gerbang yang tidak tertutup rapat itu.
Dengan mantap dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi dan menabrak kuat gerbang tersebut hingga rusak. Pengawal di sana kaget dan langsung mengejar mobil Maula yang menerobos masuk.
Archer, Gael, dan Rayden ikutan kaget mendengar dentuman kuat di luar. Mereka semua keluar dan melihat Maula berjalan penuh amarah.
Rayden mendekati Maula, dengan kekhawatiran mendalam, ia meraba wajah Rayden.
“Siapa yang memukulimu? Bilang padaku, ayo!” desak Maula.
“Aku, kenapa memangnya? Dia berani datang ke sini dan menentangku,” sahut Gael dengan tegas, wajah Archer dan Gael juga babak belur.
Tak ayal kalau mereka memang habis baku hantam, Maula berjalan mendekat dan melihat satu pedang di tangan pengawal. Dia menarik pedang itu lalu melompat sehingga kaki jenjangnya tepat menghantam wajah Gael.
Rayden dan Archer hanya bisa memejamkan mata, jika gadis itu dilarang, maka dia akan semakin menjadi.
Gael berdiri dan Maula kembali memukulkan bogemnya ke wajah Gael lalu dengan gerakan cepat, Maula menghunuskan pedang itu ke leher Gael.
“Berani kau menyentuh dia, pedang ini akan menancap di kepalamu dan akan aku persembahkan kepada dewi kematian,” ujar Maula dengan tegas.
Gael membulatkan matanya, Akselly yang melihat suaminya terancam langsung mendekat, tanpa dia duga, Maula justru bertumpu ke tubuh Gael dan menendang dada Akselly hingga dia terseret mundur dan jatuh.
Gael tidak bisa lagi berkata-kata kali ini, bukan karena dia takut. Melainkan salut dengan keberanian Maula, tanpa Maula tahu kalau Gael adalah orang yang berpengaruh di kota itu.
“Kau datang ke mansion-ku hanya untuk menyerangku hah?”
“Aku tidak akan menyerangmu kalau kau tidak menyentuh Rayden.”
“Kau berani juga, mau duel denganku?”
“Oke. Ayo!”
Saat Gael mengambil ancang-ancang, Rayden dan Archer juga siap untuk melindungi Maula.
Gael mendekat dan siap menyerang namun Maula menahan dengan gerakan tangannya. Gael berhenti.
“Kau tidak malu berkelahi dengan seorang gadis? Apa kau tidak memiliki kemampuan lain hah? Hanya waria yang menantang perempuan,” kata Maula dengan ekspresi meledek.
Archer menepuk jidatnya sendiri sementara Rayden menahan tawa sambil menutup mulutnya.
“Kau benar-benar gila ya, kau tadi menantangku.”
“Ya, kenapa kau terima? Berarti kau memang suka melawan yang lemah darimu, dasar banci.” Gael menganga, harga dirinya benar-benar jatuh dibuat oleh Maula.
“Ayo maju!” tantang Maula.
“Tidak. Nanti kau bilang kalau aku ini banci karena melawanmu.”
“Nah, itu kau sadar. Kalau tidak ada urusan lagi, aku mau pulang.” Maula berbalik dan mengibaskan rambutnya dengan badas. Langkahnya tegas ke arah Rayden tanpa menyapa Archer terlebih dahulu.
“Ayo antarkan aku pulang, nanti di rumah aku obati,” katanya tenang sambil memegang tangan Rayden.
Maula menoleh ke belakang dan berkata dengan lantang pada Gael. “Mobilku rusak karena pagarmu menghantamnya, besok aku jemput lagi ke sini dan aku harap kau sudah memperbaiki kerusakannya ya. Aku tidak mau melihat mobilku begitu, sekalian kau perbaiki sampai mulus. Bye.”
Rayden dan Maula pergi menggunakan sepeda motor, mobilnya benar-benar ditinggal di mansion Gael.
Gael mengusap kasar wajahnya, bingung harus apa karena harga dirinya baru saja dihantam habis-habisan oleh gadis kecil itu.
“Sudah kubilang bukan, jangan cari masalah dengan dia. Kau malah dengan berani menantangnya,” ujar Archer meledek lalu pergi dari mansion Gael.
Gael dan Akselly seketika saling pandang, tidak menyangka kalau diserang oleh seorang gadis.
“Ini kali pertama aku diperlakukan seperti ini. Oleh perempuan pula,” kata Gael dalam keterpanaannya.
“Gadis kecil yang hebat,” tambah Akselly yang juga ikutan terpana.
Di atas motor, Rayden tak hentinya tertawa dengan sikap Maula barusan.
“Apanya yang lucu, Ray?” tanya Maula heran.
“Kenapa kamu memukul Gael?”
“Ya karena dia menyakitimu.”
“Aku begini karena bertengkar dengan Archer, bukan dengan Gael.” Maula menganga dan memukul kepala Rayden yang terpasang helm.
“Kenapa kau tidak bilang dari tadi?” Rayden semakin tertawa.
“Kau juga kenapa langsung menyerang dia.”
“Dia bilang sendiri kalau dia memukulmu dan dia juga menantangku.” Maula menutup wajah dengan telapak tangannya.
“Malunya aku, Ray. Mana pagar mansion dia rusak, pengawalnya sempat kena serempet mobil dan aku menyuruh dia memperbaiki mobilku,” sesal Maula dengan nada memelas.
“Mau minta maaf?”
“Nanti saja kalau luka di tubuh dia sudah sembuh, aku bakalan datang lagi ketika pagar dan mobilku sudah diperbaiki.” Rayden tak tahan lagi dengan tawanya, dia bahkan sampai terpingkal dan menepikan motornya.
Maula hanya merungut karena merasa malu, “Wanita yang aku tendang tadi siapa?” tanya Maula dengan nada rendah dan tatapan mata manja.
“Akselly, dia istri Gael.” Maula mengerucutkan bibir dan mengerutkan hidungnya, sangat lucu.
“Double kill,” sahutnya pelan yang membuat Rayden tak henti tertawa.
...•••Bersambung•••...