Vira Sita, seorang gadis yatim piatu yang sederhana, dijodohkan dengan Vito Hartawan — pewaris kaya raya — sebagai amanat terakhir sang kakek. Tapi di balik pernikahan itu, tersimpan niat jahat: Vito hanya menginginkan warisan. Ia membenci Vira dan berpura-pura mencintainya. Saat Vira hamil, rencana keji dijalankan — pemerkosaan, pengkhianatan, hingga kematian. Tapi jiwa Vira tidak pergi selamanya. Ia bangkit dalam tubuh seorang gadis muda bernama Raisa, pewaris keluarga Molan yang kaya raya, setelah koma selama satu tahun. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Vira kini hidup kembali. Dengan wajah baru, kekuatan baru, dan keberanian yang tak tergoyahkan, ia bersumpah akan membalas dendam… satu per satu… tanpa ada yang tahu siapa dirinya sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Satu tahun berlalu dari kembalinya Raisa ke tanah air, tanpa terasa Studio Akar sudah berdiri.
Malam itu langit Jakarta tampak lebih bersahabat. Tak ada hujan, tak ada awan mendung. Hanya taburan bintang yang samar-samar terlihat dari rooftop galeri tua di Kemang yang telah disulap Raisa dan tim menjadi venue fashion show pertama Studio Akar.
Galery tua itu kini sudah di ubah menjadi tempat yang luar biasa mewah, bahkan bendera kecil dengan logo akar pohon yang melambangkan kekuatan dari bawah. Berkibar lembut di sudut-sudut ruangan. Lantai runway sederhana dibangun dari papan kayu, dihiasi tanaman rambat dan lampu-lampu gantung yang hangat.
Para model amatir semuanya adalah siswa Studio Akar sendiri berjalan dengan percaya diri. Ada yang pemalu, ada yang gugup, ada juga yang begitu menggebu. Tapi semuanya tampil dengan satu benang merah: semangat untuk membuktikan bahwa mimpi bisa tumbuh dari mana saja.
---
Di balik panggung, Raisa berjalan mondar-mandir sambil mengecek busana para peserta.
“Dea, lipstik kamu mana? Nih, kak Raisa bantuin,” katanya sambil menyodorkan lipstik ke seorang gadis berkacamata yang baru duduk di kelas 11.
“Kak Raisa! Jahitan baju Batikku robek!” seru Tio dari pojok.
Rey, sang kakak, langsung turun tangan membantu memperbaiki dengan alat kecil yang ia bawa. Gavin datang membawa vitamin dan air putih untuk para model. Reno berjaga di pintu masuk bersama tim keamanan, memastikan semua aman. Jordan bahkan sibuk menyapa para tamu undangan dari dunia bisnis dan media.
Keluarga Molan berdiri sebagai fondasi kuat malam itu seperti akar yang menopang batang pohon Raisa dan semua mimpinya.
Tidak lama acaranya pun akan di mulai, lampu meredup. Musik tradisional yang dikombinasi dengan beat modern mengalun lembut. Seorang model laki-laki berjalan dengan celana tenun modern rancangan sendiri. Lalu disusul oleh Aida, remaja perempuan bertubuh besar yang tampil percaya diri mengenakan dress pastel bergaya Korea, hasil kolaborasi dua siswa Studio Akar.
Tepuk tangan mulai terdengar. Lalu sorak-sorai. Emosi meluap di udara.
“Ini bukan hanya fashion show. Ini bukti bahwa kreativitas bisa menyelamatkan hidup,” kata Raisa dalam hati.
Acara berlangsung sangat meriah, banyak pujian yang terdengar disana, tapi saat acara hampir selesai, Reno mendekati Raisa dengan ekspresi waspada.
“Ada tamu tak diundang. Tapi dia sopan. Mau kamu temui?”
Raisa mengernyit. “Siapa?”
“Reinald.” jawab Reno
Jantung Raisa berhenti sejenak. Tapi ia menarik napas panjang dan berkata, “Boleh masuk. Tapi aku nggak janji mau bicara banyak.”
Reinald muncul dari balik tirai, mengenakan setelan abu muda. Rambutnya masih sama, senyumnya masih menenangkan. Tapi Raisa sudah bukan Raisa yang dulu.
“Aku tak bisa melewatkan acara sebesar ini. Kamu luar biasa, Raisa,” katanya pelan.
“Terima kasih. Tapi aku rasa kamu datang terlambat… bukan ke acaranya, tapi ke hidupku,” jawab Raisa sambil menatap panggung.Tak ada amarah. Tak ada air mata. Hanya penerimaan.
Acara selesai. Para siswa dan tamu bersorak bahagia. Studio Akar mendapat liputan media. Banyak yang tertarik untuk bermitra, bahkan ingin menyumbang mesin jahit dan beasiswa.
Raisa duduk sendiri di ujung panggung sambil membuka sepatu haknya, kakinya pegal tapi hatinya ringan. Rey duduk di sebelahnya sambil menyodorkan es teh manis.
“Bangga banget, Sa. Kamu bikin kita semua ingat: mimpi itu bisa dibagi.” ujar Rey sang kakak
Raisa tersenyum. “Iya… dan sekarang aku mau bantu orang lain menjemput mimpinya, bukan cuma mengejar milikku sendiri.”
Malam itu, Studio Akar tak hanya melahirkan karya, tapi juga harapan.
Dan Raisa tahu, meski dulu patah, ia kini tumbuh lebih kuat—dari akar yang dalam dan keluarga yang mencintainya tanpa syarat.
...----------------...
Sudah satu Minggu berlalu dari acara itu, kini banyak yang datang ke studio Akar, ada yang mendaftar ada juga yang ingin bekerja sama... Mere sangat antusias dengan hasil disain dari studio Akar.
Banyak yang mendaftar karena, di sini semua bisa berkarya dan menunjukkan karya mereka tanpa harus takut. Disini adalah tempat bagi mereka yang memiliki mimpi tapi tidak tau harus bagaimana menunjukkan mimpi itu.
Hari ini Raisa ingin bersantai dan jalan jalan, Raisa juga sudah membuat janji dengan Rani untuk bertemu, " Dek mau kakak antar?" tanya Jordan
"Tidak usah kak, Raisa akan bawa motor saja boleh ya, perginya juga gak jauh kok cuma taman yang tidak jauh dari sini" jawab Raisa
"Oh baiklah jika begitu, hati hati dan jangan pulang malam" ujar Jordan
"Siap kapten, oh iya kak, mama dan papa kapan pulang?" tanya Raisa
"Malam ini mereka pulang, karena itu jangan pulang malam ya" jawab Jordan
"Baiklah kak, Raisa pergi dulu... Dada kakak ku yang tampan tapi dingin, hehehe" ujar Raisa lalu pergi dengan cepat sebelum Jordan kesal
"Eh dasar anak itu... Dingin apanya, aku ini hot men" kesal Jordan, sedangkan Raisa sudah pergi menggunakan motor barunya yang di belikan Rey karena Raisa yang minta.
Sepanjang jalan menuju taman Raisa tersenyum bahagia, karena baru kali ini ia bisa merasakan hidup yang bebas serta tenang.
Sesampainya di taman Raisa memarkirkan motornya, dan akan mencari tempat duduk tapi baru saja melangkah pergi terdengar suara panggilan namanya oleh seseorang. Saat Raisa menoleh ternyata itu adalah Rani.
"Raisa....aku kangen kamu, kamu pergi terlalu lama waktu itu dan sekarang baru bisa bertemu lagi" Ujar Rani memeluk Raisa
"Aku juga kangen kamu, maaf aku pergi terlalu lama tapi sekarang aku tau di mana tempat yang tepat, bagaimana dengan kamu atau kamu mau bergabung dengan ku " ujar Raisa
"Mau.... Mau... Mau..., aku dari dulu ingin bekerja dengan mu, kapan aku boleh bergabung ?" tanya Rani antusias
"Baiklah jika kamu mau, kamu bisa datang besok ke studio Akar, aku akan menunggu mu" jawab Raisa
Mendengar itu Rani sangat senang dan mereka akan bekerja sama mulai besok. Lalu mereka mencari tempat untuk duduk dan mengobrol. Obrolan mereka serta tawa mereka mengundang banyak perhatian, salah satunya pria tinggi berwajah tampan dan juga memiliki wajah tegas.
Sorot mata yang tajam memandang Raisa tanpa berkedip, melihat tawa Raisa membuat jantungnya berdegup kencang.hingga tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Bersambung
krain raisa bkln jdoh sm reinald,scra ky ccok gt....tp trnyta ga....mngkn kli ni bnrn jdohnya raisa,scra kluarganya udh tau spa dia....
spa tu????clon pawangnya raisa kah????
wlau bgaimna pun,dia pst lbh ska tnggal d negri sndri....dkt dgn kluarga,dn bs mmbntu orng lain....kl mslh jdoh mh,srahkn sm yg d ats aja y.....
Smbgtttt.....
Hufftt....
jadi, berjuanglah walaupun dunia tidak memihakmu, macam thor, klw ada yg ingin menjatuhkan mu maka perlihatkan dengan karya mu yg lebih baik, semangaaaat thor/Determined//Determined/
ttp smngt...😘😘😘
aku udh mmpir lg,smpe ngebut bcanya....he....he....
smngttt.....😘😘😘