"A-apa ini?" lirih An Yue menatap sendu sosok pria di depannya.
Demi membuat kekasihnya menjadi seorang Kaisar An Yue, Ratu lblis di Dunia bawah dengan suka rela turun dari tahtanya lalu memberikannya pada kekasihnya.
Namun, apa yang dia dapatkan setelah
melakukan banyaknya pengorbanan untuk pria itu?Hanya sebuah pengkhianatan yang tak pernah An Yue duga dan tak akan pernah An Yue lupa.
Di hari pernikahannya bukannya mendapatkan sebuah kehidupan yang indah An Yue harus merenggang nyawa di tangan calon suaminya sendiri.
"Di kehidupan ini aku kalah tapi di kehidupan
selanjutnya aku akan menjadi Dewi Kehancuran untuk kalian semua!"
************
"Aku kembali, tunggu akan kedatanganku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Rencana Penyerangan?
" Bagaimana? Apa Kamu Mendapatkan Sesuatu?" tanya sosok gadis kecil yang tengah duduk di jendela kamarnya menatap bulan yang bersinar terang.
" Mohon Maaf Yang Mulia, Pangeran Kedua Di Serang Oleh Kelompok Tengkorak Hitam, Hamba Sudah Mencari Tahu Semuanya Dan Semuanya Ada Disini," sosok dengan pakaian yang serba hitam itu langsung berdiri dari posisi berlututnya lalu memberikan sesuatu pada gadis kecil itu yang tak lain dan tak bukan adalah An Yue.
An Yue dengan segera menerima akan apa yang di sodorkan oleh sosok itu.
sedangkan sosok itu langsung mundur dan kembali berlutut dengan posisi satu kaki di tekuk hingga posisinya ia berlutut dengan satu kaki.
An Yue hanya diam saja dengan membaca akan laporan yang di bawa anak buahnya itu, matanya melotot dengan tangan yang mengepal membaca setiap informasi yang
ada di tangannya.
matanya memerah karena menahan amarah.
" Brengsek! Beraninya Mereka Menyerang Gege Hui Ku," An Yue tak akan pernah membiarkan orang lain untuk menyakiti orang yang dia sayang terutama Pangeran Kedua.
" Jingmi Apa Semua Ini Benar Adanya?" tanya An Yue dengan datar dan dingin.
" Be-Benar Nona, Kelompok Tengkorak Hitam Adalah Sebuah Kelompok Pembunuh Bayaran
Dan Memang Yang Memesan Akan Jasa Mereka Adalah Para Pejabat Tinggi, Menurut
Informasi Kelompok Itu Memiliki Markas Yang Berada Di Dalam Hutan Yang Tak Terlalu
Jauh Dari Sini Nona," terang Jingmi dengan tenang.
" Bukan Itu Maksudku Jingmi!" bentak An Yue.
Jingmi yang baru pertama kali melihat akan sang Nona marah langsung bergetar karenanya, ia sangat tidak menyangka jika sang Nona akan bisa seperti ini.
" Mo-mohon Maaf No-nona," ucap Jingmi terbata-bata saking takutnya.
" Apa Benar Jika Dalangnya Adalah Mereka?" tanya An Yue dengan datar.
ia tak peduli jika Jingmi ketakutan atau tidak
yang jelas dia sangat marah saat ini juga.
" Ha-hamba Yakin Nona Karena Hamba Sudah Mencari Tahu Terlebih Dahulu Selain Itu,
Mereka Juga Melakukan Beberapa Hal Kotor Seperti Menaikan Pajak Pada Rakyat Tanpa Sepengetahuan Yang Mulia Kaisar," terang Jingmi dengan tenang.
mendengar akan hal itu amarah An Yue bukannya mereda justru semakin membara, ia tak suka di usik dan lebih tak suka lagi jika ada orang yang mengusik akan ketenangan dari orang yang dia sayang karena itu untuknya pantangan.
dengan wajah yang masih terlihat dingin tangan kecil gadis itu kembali membuka
semua berkas yang ada di tangannya.
ternyata kertas-kertas di tangannya tak hanya
berisikan tentang surat perintah terhadap penyerangan Pangeran Kedua tapi ada juga beberapa masalah lainnya.
masalah lainnya tak lain adalah tetap korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh orang itu untuk membangun sebuah jembatan namun ternyata bahan yang harusnya dia beli dengan kualitas tinggi dia ganti menjadi bahan kualitas rendah.
" Sialan, Manusia Ini Benar-benar Kejam Aku Benar-benar Harus Menyingkirkannya Untuk
Selamanya," kata An Yue yang sudah di kuasai akan api kemarahan.
" No-Nona Aku Rasa Bukan Saat Yang Tepat Untuk Kita Menyerangnya Sekarang Ini," kata Jingmi yang membuat kepala An Yue menoleh ke arahnya dengan patah-patah.
Glekkkk..
Jingmi yang melihat akan tatapan tajam dan dingin dari sang Nona hanya bisa menelan
salivanya dengan susah payah.
punggungnya sudah berkeringat dingin dengan kaki dan lututnya ikut gemetar hanya
karena tatapan tajam dari seorang An Yue yang anehnya adalag seorang anak kecil.
akan tetapi, bagi Jingmi ada aura lain yang membuat ia sangat segan kepada An Yue walau anak itu masih seorang anak kecil.
" Apa Maksudmu Dengan Mengatakan Jika Rencanaku Bukan Waktu Yang Tepat? Kau
Tahu, Aku Tak Suka Orang-orangku Di Usik Apalagi Sampai Membuat Mereka Terluka
Karena Jika Itu Terjadi Maka Aku Akan Meminta Nyawa Mereka Sebagai Bayarannya," An Yue tidak main-main pada ucapannya.
tak ada yang mengetahui bagaimana dirinya
di kehidupan masa lalu, bahkan nyawa orang sama halnya seperti serangga yang dia bunuh
kapan saja dia mau tanpa peduli besar atau kecilnya kesalahan orang itu.
darah manusia bahkan sudah layaknya air
untuk An Yue sang Ratu Iblis menjadikannya minuman atau bermandikan darah, tak ada
yang menyadari bagaimana dia jika sudah berada di hadapan musuhnya.
kerajaan Iblis tidak akan mungkin di takuti bahkan sampai Dewa Dewi tidak berani
mengusik istananya, karena apa? jelas saja mereka tahu bagaimana kabar tentang bagaimana kejamnya Ratu Iblis yang menjadi Jendral Perang di medang perang untuk
kerajaannya dan tahta ia serahkan pada kekasihnya.
jika tak ada An Yue sang Ratu Iblis tidak mungkin kerajaan Iblis akan bisa sekuat itu hingga orang-orang yang berada di dunia atas tidak berani mengusik kerajaannya.
" Kenapa Kau Bilang Waktunya Tidak Tepat?" tanya An Yue lagi dengan dingin dan penuh penekanan pada kata-katanya.
" No-Nona Sepertinya Nona Tidak Membaca Semua Laporan Yang Hamba Bawa, Disana Ada Salah Satu Surat Yang Berisi Tentang Laporan Dari Pihak Kelompok Tengkorak Hitam Jika Mereka Gagal Membunuh Pangeran Kedua Sebagai Gantinya Orang Itu
Memerintahkan Pihak Tengkorak Hitam Untuk
Menyelinap Dan Menyerang Di Saat Malam Ulang Tahun Pangeran Kedua Dan Putra
Mahkota Yang Itu Artinya Adalah besok Malam, " ucap Jingmi dengan mencoba tenang.
sedangkan An Yue yang mendengar akan hal itu dengan segera memperhatikan kembali
kertas-kertas di tangannya akhirnya ia menemukan jika memang disana ada perintah untuk penyerangan di acara ulang tahun Pangeran Kedua dan Putra Mahkota justru target mereka kali ini adalah Pangeran
Kedua dan Putra Mahkota.
" Sialan! Berani Sekali Mereka, Andaikan Jika Itu Target Mereka Adalah Putra Mahkota
Atau Kaisar Zhu Aku Akan Diam Saja Tapi Ini... Aku Tidak Akan Pernah Membiarkan Kalian Semua Melukai Gege Hui, Jika Itu Terjadi Kalian Akan Tahu Bagaimana Jika Aku Mengamuk," geram An Yue yang meletakkan
kasar laporan itu di tas mejanya.
" Apa Pak Tua Itu Tidak Mengetahui Akan Masalah Ini?" tanya An Yue yang membuat
Jingm meringis mendengar akan panggilan An Yue pada Kaisar Zhu adalah Pak Tua bukan Kaisar Zhu apalagi Ayahanda.
" Nona Ini Benar-benar.." Jingmi hanya bisa
menggelengkan kepala saja tanpa berani akan mengungkapkan apa yang ada di pikirannya saat ini.
" Yang Mulia Kaisar Ataupun Putra Mahkota Dan Pangeran Kedua Tak Ada Yang Mengetahui Akan Hal Ini Nona, Bahkan
Mereka Juga Belum Tahu Siapa Dalang Dari Penyerangan Pangeran Kedua," jawab Jingmi.
" Cih, Dasar Lambat." An Yue tersenyum mengejek akan kerja Kaisar Zhu dan Putra
Mahkota yang sangat lambat.
" Masalah Seperti Ini Saja Tidak Bisa Mereka Atasi, Lalu Apa Gunanya Menjadi Penguasa?"
nada sinis jelas saja terdengar di telinga Jingmi namun wanita dewasa itu hanya diam saja.
" Pergilah, Persiapkan Dirimu Kita Akan Keluar Malam ini." ucap An Yue dengan datar dan dingin.
" Baik Nona," Jingmi langsung berdiri lalu
membungkukkan badannya kepada An Yue sebelum ia berbalik pergi.
akan tetapi, baru saja ia melangkah beberapa langkah suara An Yue kecil menghentikan langkahnya.
" Ambil Pedang Yang Ada Di Dalam Lemariku, Aku Sengaja Membelikannya Untukmu, Jangan Lupa Teteskan Darahmu Pada Pedang Itu Agar Ia Mengenalimu Sebagai Tuannya," kata An yue dengan suara hangatnya Jauh berbeda dengan
yang tadi.
Jingmi langsung berbelok dan membuka lemari kayu milik An Yue hingga ia melihat
sebuah pedang dengan ukiran bunga mawar di ganggangnya membuatnya terlihat sangat
indah dan juga misterius.
tanpa banyak kata Jingmi langsung segera menggigit jarinya hingga berdarah dan darahnya ia teteskan pada pedang itu.
" Terima Kasih Nona," Jingmi berbalik ke arah An Yue lalu segera menundukkan kepalanya.
" Hm, Pergilah!" Jingmi hanya tersenyum kecil lalu berbalik keluar dari ruangan itu meninggalkan An Yue yang masih di posisi yang sama.
" Aku Benar-benar Tak Memikirkan Apa Yang Akan Terjadi Pada Mereka Karena Sudah Memancing Amarah Dari Nona, Mereka Tidak Tahu Saja Kalau Pangeran Kedua Adalah
Sesuatu Yang Tak Boleh Mereka Usik, Jika Yang Mereka Usik Adalah Yang Mulia Kaisar Zhu Atau Putra Mahkota Mungkin Bisa Saja An Yue Diam Karena Nona Memang Tidak Menyukai Keduanya Namun, Pangeran Kedua Itu Benar-benar Kesalahan Yang Fatal," lirih
Jingmi dengan tersenyum miris akan memikirkan nasib mereka yang sudah
merencanakan penyerangan terhadap Pangeran Kedua.
di antara mereka yang mengabdikan diri pada An Yue hanya Jingmi yang mengetahui bagaimana tabiat dari Nona kecilnya itu.
bahkan Tang San yang katanya adalah orang yang selalu ada di dekat An Yue tidak menyadari jika An Yue bukanlah gadis kecil biasa.
An Yue adalah gadis kejam yang tak pandang
bulu jika ada orang yang mengusik ketenangannya.
ingatan Jingmi kembali pada 2 tahun lalu kala itu usia An Yue masih 5 tahun, waktu itu Nona kecilnya yaitu An Yue sangat ingin memakan kue bulan karena pada saat itu sang Nona sedang tidak enak badan.
namun, sayang di dapur mereka tidak ada bahan apapun untuk memasak karena waktu itu mereka belum tahu menanam di halaman kediaman.
Jingmi yang merasa tak tega melihat An Yue kecil kelaparan melakukan hal nekat dengan menyelinap masuk ke dapur istana utama
dan mencuri bebberapa cemilan kering untuk sana Nona.
sayangnya Jingmi ketahuan hingga akhirnya ia di pukuli oleh kepala pelayan dan juga beberapa pelayan lainnya karena sudah mencuri di dapur istana.
walau begitu Jingmi berhasil membawa beberapa potong kue kering untuk An Yue
sayangnya dalam keadaan yang terluka dan babak belur.
Flashback on 5 tahun lalu
" Bibi Chan, Apa Tidak Ada Makanan? Aku Lapar," cicit An Yue dengan memegang perut kecilnya.
mendengar hal itu Bibi Chan yang sedang mengompres An Yue menghentikan gerakannya sembari menatap gadis kecil itu.
" Apa Yang Harus Aku Lakukan? Kami Sudah Tidak Memiliki Koin Sama Sekali, Yang San Juga Belum Kembali Dari Misi, Koin Pemberian Pangeran Kedua Bahkan Sudah Habis Karna Aku Membelikan Pakaian Baru Dan Perhiasan Untuk Nona, Apa Yang Harus Aku Lakukan?," Bibi Chan menatap sendu An Yue kecil yang sepertinya benar-benar lapar.
" Nona Tunggu Disini Ya, Hamba Akan Menghadap Kaisar Terlebih Dahulu, Jingmi Kamu Jaga Nona Aku Akan Menghadap
Yang Mulia Kaisar," kata Bibi Chan dengan cepat berdiri lalu berlari keluar.
di tengah hujan yang lebat, Bibi Chan berlari menerobos hujan tanpa adanya pelindung
berlari ke arah istana utama dan menuju akan kediaman naga yang merupakan kediaman
Kaisar Zhu.
namun, sayang dengan tidak berperasaannya
Kaisar Zhu menolaknya mentah-mentah.
" DENGAR, AKU TIDAK PEDULI DENGAN ANAK SIALAN ITU, MAU SAKIT ATAU MATI SEKALI PUN AKU TIDAK PEDULI, SEKARANG PERGI DARI KEDIAMANKU!" bentak Kaisar Zhu yang mengusir Bibi Chan.
Bibi Chan kembali ke kediaman tulip dengan langkah pelan dan juga putus asa.
" Nona, Apa Yang Harus Hamba Lakukan?" lirih Bibi Chan.
Ceklek..
Bibi Chan membuka pintu hingga akhirnya Jingmi yang masih terus terjaga segera
berdiri dan mendekati Bibi Chan.
" Bagaimana Bibi Chan, Apa Yang Mulia Kaisar Mau Memberikan Kita Koin?" tanya
Jingmi dengan penuh harap.
Bibi Chan mendengar akan pertanyaan itu hanya tersenyum pahit sebelum menggelengkan kepalanya.
" Tidak, Yang Mulia Kaisar Zhu Sama Sekali Tidak Memberikan Apapun Bahkan Mengusir Bibi." Bibi Chan tertunduk lesu.
padahal harapannya adalah Kaisar Zhu
tapi justru tak peduli.
Jingmi yang mendengar akan hal itu mengepalkan tangannya dengan kuat, ia tak
habis pikir kenapa Kaisar Zhu sangat kejam pada Nonanya yang masih kecil seperti itu.
" Kenapa Yang Mulia Kaisar Zhu Sangat Tega? Padahal Nona Sedang Sakit," lirih Jingmi.
" Bibi Chan Istirahatlah, Masalah Nona Biar Aku Yang Pikirkan." Jingmi membawa Bibi
Chan di kamar samping An Yue menyuruh wanita yang sudah tak muda lagi itu untuk istirahat sedangkan dirinya kembali ke kamar An Yue.
sampai disana Jingmi melihat keadaan An Yue yang terus merintih kesakitan dengan
memegang perutnya.
" Nona Pasti Kelaparan," gumam Jingmi yang menatap sendu anak kecil yang ada di atas pembaringan itu.
" Aku Harus Melakukan Sesuatu," Jingmi langsung berbalik pergi.
dengan langkah pasti dan tegasnya Jingmi pergi dari kediaman tulip ternyata tujuannya adalah dapur istana utama.
sampai disana Jingmi langsung menoleh ke kanan dan ke kiri lalu masuk ke dapur penyimpanan.
" Aku Harus Cepat," Jingmi dengan cepat mengeluarkan sapu tangan miliknya lalu
membungkus beberapa kue kering terutama kue bulan karena itu kesukaan An Yue.
setelah penuh dia menyimpan sapu tangan itu di bagian perutnya lalu ikut mengambil
keranjang kecil dan mengisinya, akan tetapi, saat keluar dia ketahuan oleh kepala pelayan
yang sedang berjaga di dapur.
" HEI APA YANG KAU LAKUKAN? KAU MENCURI?" teriak kepala pelayan yang
muncul di depan Jingmi.
" A-Aku Tidak ..."
"Alahh Kamu Pasti Berbohong!" bentak kepala
pelayan itu yang langsung menampar Jingmi.
Plaaakkk...
Jingmi menahan sakit dan perih di pipinya karena tamparan kepala pelayan itu yang sialnya adalah seorang wanita tua.
" Kalian Cepat Kemari!" teriak kepala pelayan saat melihat beberapa pelayan dan penjaga yang sedang lewat.
" Kami Kepala Pelayan?"
" Pukuli Wanita Ini Karena Sudah Berani Mencuri Di Dapur Utama," perintah kepala
pelayan.
sontak saja kedua pelayan dan penjaga yang
mendengarnya segera menunduk menatap orang yang akan mereka siksa itu.
" Oh Ini, Dia Kan Pelayan Putri Buangan Itu." ejek pelayan yang ternyata mengenal Jingmi.
" Tutup Mulutmu! Nona Ku Bukan Putri Buangan," hardik Jingmi.
Plaakkk...
pelayan itu langsung menampar Jingmi membuat Jingmi kembali merasakan pipinya sakit dan perih.
" Hajar Dia!" perintah kepala pelayan yang menarik keranjang di tangan Jingmi namun Jingmi langsung bergerak cepat dengan
mengambil beberapa kue itu dengan tangannya dan melindungi perutnya tempat kue kering itu ia letakan.
ia memberikan tubuh dan wajahnya di tampar dan di tendang oleh mereka.
Bugh..
Bugh...
Bugh...
Plakk..
" Dasar Pencuri,"
setelah puas menyiksa Jingmi mereka semua
meninggalkan gadis itu yang dengan susah payah.
ia merasakan seluruh badannya sakit seperti semua tulangnya remuk karena ulah pelayan dan penjaga, dengan langkah tertatih-tatih Jingmi berjalan sedikit cepat ke arah kediaman tulip.
" Aku Harus Cepat, Pasti Nona Sudah Sangat Kelaparan."Jingmi menahan segala sakitnya
memaksakan diri untuk berlari di tengah hujan itu dengan melindungi kue kering yang ada di balik hanfunya.
Kriiieeetttt...
pintu kamar An Yue di bukanya dengan pelan dan masuk ke dalam kamar An Yue, di lihatnya An Yue yang sedang merintih kesakitan membuat Jingmi semakin mempercepat langkah kakinya.
sampai di dekat ranjang An Yue langsung mengeluarkan kue yang ia selamatkan lalu di
taruhnya di atas meja samping ranjang kayu An Yue, ia segera membangunkan sang Nona
kecil.
" Nona Bangunlah, Lihat Aku Bawa Makanan." bisik Jingmi dengan nada yang riang.
An Yue yang memang mendengar suara itu dengan pelan membuka matanya hingga
pemandangan pertama yang dia lihat adalah Jingmi sang pelayan pribadinya.
namun tangannya mengepal sempurna kala
melihat wajah pelayannya itu babak belur.
" Ayo Bangun Nona, " Jingmi membantu An Yue bangun lalu memberikan kue kering yang dia bawah tadi.
" Maafkan Hamba Yang Hanya Bisa Memberikan Ini Kepada Anda, Bahkan Hasil Dari Curian," batin Jingmi merasa perih dan sedih melihat keadaan junjungannya.
" Nona Tunggu Disini Hamba Akan Mengambilkan Air Minum," Jingmi langsung pergi ke arah dapur dan kembali lagi sudah membawa teko yang berisi air minum.
" Jingmi Ayo Makan," An Yue memberikan satu kue kering pada Jingmi yang membuat
Jingmi terdiam.
ia lapar namun saat melihat jika kue kering itu hanya sisa tiga saja di piring membuat Jingmi menekan rasa laparnya.
" Tidak Perlu Nona, Hamba Sudah Kenyang." tolak Jingmi sembari tersenyum.
" Aku Bisa Bertahan Menunggu Tang San Datang Membawa Makanan Tapi Nona.. Aku Tidak Tahu Sampai Kapan Dia Akan Bertahan Dari Rasa Laparnya," batin Jingmi.
" Makanlah, Aku Sudah Kenyang." ucap An Yue dengan dingin.
mendengar akan hal itu Jingmi langsung saja
mengambilnya lalu memakannya lalu meminum air dengan banyak.
" Tidurlah," kata An Yue dengan dingin kembali merebahkan dirinya di ranjang
begitu juga Jingmi yang menuju kursi panjang tempat ia tidur.
" Tunggu Pembalasanku!" An Yue mengepalkan tangannya dengan kuat menutup matanya.
keduanya tertidur dengan lelap, akan tetapi beberapa saat kemudian An Yue membuka
matanya, tatapan yang tadinya hangat langsung berubah tajam, matanya yang tajam melirik ke arah Jingmi sebelum ia berdiri lalu keluar kamar.
An Yue berjalan menuju ke dapur istana karena dia tahu Jingmi pasti mengambil kue itu dari sana dan benar saja sampai disana terlihat dua orang pelayan dan satu orang wanita tengah tertawa karena berhasil
menyiksa Jingmi.
" Aku Benar-benar Puas Setelah Melampiaskan Semua Amarahku Pada Jalang Sialan Itu," ucap salah satu pelayan.
" Kau Benar, Andaikan Tadi Kepala Pelayan Tidak Melarangnya Aku Pasti Akan
Menghancurkan Wajah Sialannya Itu." sahut pelayan lainnya.
" Oh Jadi Anda Yang Sudah Membuat Pelayan Saya Babak Belur?"
muncul sosok gadis kecil di depan ketiga orang itu yang membuatnya kaget namun di detik berikutnya mereka tersenyum sinis karena mereka tahu jika gadis kecil ini adalah An Yue sang putri buangan.
" Kalau Iya Kamu Mau Apa?Kamu Itu Hanya.."
Wuuussshhhh...
ucapan pelayan itu langsung terhenti saat sebuah benda tajam yang memiliki ukuran
yang sangat kecil menancap sempurna di beberapa bagian tubuhnya membuat ia tak bisa bergerak begitu juga kedua lainnya.
" Kamu Mau Tanya Aku Mau Apa? Tentu Saja Membuat Kalian Menemui Raja Yama," sinis An Yue yang langsung menendang tulang kering mereka bertiga hingga ketiganya langsung jatuh.
" Aku Malas Bermain Dengan Kalian Jadi Mari Kita Selesaikan," An Yue mendekati kedua pelayan itu.
" A-Apa Yang ..."
" Diamlah, Kau Akan Tahu Nanti." kesal An Yue yang menyeringai dingin.
Jleb...
Jleb...
tanpa rasa bersalah An Yue langsung menusuk jantung kedua pelayan itu dengan
sumpit yang entah dimana dia ambil.
Uhukkk... Uhukkk...
kedua pelayan itu langsung memuntahkan darah dan merenggang nyawa, melihat itu
An Yue mengangkat sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyum miring yang membuat kepala pelayan kaget dan takut.
" K-Kau... Kau Iblis!" seru kepala pelayan namun tidak di hiraukan oleh An Yue yang
sudah berjalan ke arahnya.
" Ma-Mau Apa Kau? Pe-Pergi Pergi!" kepala pelayan itu mencoba berteriak mengusir An
Yue sayangnya tidak di dengarkan oleh An Yue.
melihat jika An Yue semakin mendekatinya membuat kepala pelayan itu berusaha untuk
kabur akan tetapi, mau di apa seluruh tubuhnya bahkan tak bisa di gerakan.
sedangkan An Yue yang melihat mangsanya
tidak berdaya hanya tersenyum dingin, dia sudah cukup menahan dirinya selama 5 tahun terkahir ini untuk tidak membunuh.
sayangnya orang-orang ini membuat amarahnya meledak-ledak.
" Kau Sudah Pasrah Ya? Itu Lebih Baik Di Bandingkan Kamu Terus Berusaha Wanita Tua," sinis An Yue yang menyambar sebuah pisau daging di dapur.
Taakkk...
Aaaaaa....
wanita tua itu berteriak kesakitan tak kala gadis kecil itu dengan santainya menjatuhkan
tangannya hingga benda besar nan panjang itu langsung menacap sempurna di paha
wanita tua yang menjadi kepala pelayan itu.
" Maaf Bibi, Aku Tidak Sengaja Menjatuhkannya, Baiklah Mari Aku Bantu Cabut," An Yue menawarkan diri untuk
membantu yang di balas akan anggukan kepala oleh wanita tua itu.
wanita tua itu tidak tahu saja kalau menerima akan bantuan dari An Yue sama saja dengan menawarkan diri dengan suka rela untuk jadi bahan mainan gadis kecil itu.
An Yue dengan pelan mendekati wanita tua itu lalu berjongkok dan mulai menarik pelan benda yang besar dan tajam itu dari paha
wanita tua itu membuatnya sangat kesakitan.
" AAAAAARGH APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN!" bentak wanita tua itu di depan
wajah An Yue kecil.
" DIAMLAH," gertak An Yue yang langsung mencabut cepat pisau itu tapi tapi kembali
menancapkannya di bahu kanan wanita tua itu.
AAAAAA
" Aku Sangat Membenci Bila Di Bentak Jadi Terima Saja Hukumanmu," sinis An Yue yang kembali mengayunkan benda tajam itu ke arah bahu sebelah kiri wanita tua itu lagi.
" Sepertinya Seperti Kurang Nyaman Bukan? Baiklah Kita Ganti Posisi," kata An Yue yang
menyeringai dingin.
kepala pelayan yang melihat akan senyum itu entah kenapa merasakan sebuah perasaan aneh hingga berusaha untuk menggelengkan kepalanya tapi tidak berhasil.
Bruuukkk..
dengan sekali dorongan darinya wanita tua itu langsung jatuh di lantai dengan posisi
terlentang.
" Nah Begini Baru Enak," An Yue dengan santainya naik di atas tubuh wanita tua itu lalu memulai aksinya dalam memotong satu persatu jari tangan wanita tua itu langsung
kaki, tangan, lengan, bahkan memotong kaki wanita tua itu sampai lutut saja.
" Kau Tahu, Aku Sedang Sakit Dan Pelayanku Hanya Datang Mengambil Sedikit Kue Itu Tapi
Kalian Memperlakukannya Seperti Hewan, Apa Kalian Pikir Aku Akan Diam Saja!" sentak An Yue yang menancapkan benda di tangannya itu di tengah-tengah kening kepala pelayan itu.
An Yue tidak menyadari jika sejak tadi ada yang mengikutinya dan juga melihat semua apa yang dilakukan oleh gadis kecil itu.
namun saat mendengar akan alasan kemarah sang gadis kecil membuat sosok yang sejak tadi bersembunyi langsung muncul
" No-Nona?"
D-Deggg..
An Yue yang sedang tersenyum senang karena menyiksa mangsanya langsung terhenti dengan tangan yang gemetar, ia sangat mengenali akan suara ini tanpa menoleh ke arah asal suara.
bagaimana nantinya kalau pemilik suara ini
menghindarinya atau menganggapnya monster.
" Ji-Jingmi," An Yue menatap sendu ke arah Jingmi yang tengah menatapnya dengan
tatapan sendu dan tubuh gemetar.
ia tahu pasti pelayannya itu tengah ketakutan
karena melihat sisi jahatnya.
dengan langkah cepat Jingmi langsung menghampiri sang Nona yang masih duduk di atas perut kepala pelayan itu yang ternyata belum mati.
" To-Tolong" wanita itu mencoba meminta pertolongan pada Jingmi tapi Jingmi tidak
memperdulikannya sama sekali.
" Kenapa Nona??" tanya Jingmi mencoba tenang.
An Yue mendongak menatap pelayannya dengan tatapan sendu miliknya.
" Dia Melukaimu Jadi... Aku Membalas Dendam," jawab An Yue dengan suara lirih.
Jingmi yang mendengar akan hal itu langsung menutup mulutnya dengan tangannya yang gemetar sebelum ia menggendong An Yue membawanya pergi.
saat akan keluar dari dapur istana utama
Jingmi menghentikan langkahnya kembali berbalik menatap ke arah wanita tua yang belum mati juga.
" Tidak Bisa, Aku Harus Membunuhnya Jika Tidak Maka Nona Yang Akan Dalam Bahaya Besar, Wanita Itu Harus Mati," gumam Jingmi yang menurunkan An Yue di sampingnya lalu berjalan ke arah wanita itu.
" To-Tolong Aku," ucap wanita tua itu.
" Maaf Tapi Aku Tidak Bisa Menolongmu, Aku Tidak Akan Membiarkan Nonaku Mendapatkan Masalah," selesai berucap seperti itu Jingmi langsung menusuk jantung kepala pelayan itu dengan pisau lain.
tak lupa sebelum pergi dia memastikan jika ketiganya mati agar tidak menimbulkan bahaya untuk Nonanya di masa depan.
" Nona Ayo Kita Pergi," Jingmi menggendong An Yue lalu membawanya pergi dari tempat yang penuh dengah darah ketiga orang itu.
" Tak Apa Menjadi Pembunuh, Tak Apa Tanganku Berlumuran Darah, Tak Apa Menjadi Pendosa Asalkan Nona Tetap Menjadi Malaikat Sucinya Maka..Aku Tak Keberatan,"
Flashback Off.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...