NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 7

Kalau tidak sedang pentas, Tenggara hanyalah mas-mas tongkrongan biasa. Ia bisa duduk berjam-jam di angkringan bersama teman-teman cowoknya, membahas banyak hal, ditemani kopi dan rokok yang dibeli sebungkus untuk bersama.

Seperti halnya malam ini. Ia datang bersama dua teman—dua laki-laki sama tampannya, yang terpaut usia tiga tahun lebih tua darinya. Keduanya adalah seniornya semasa kuliah. Mereka mulai berteman sejak sama-sama aktif dalam sebuah komunitas pecinta alam.

Selain sama-sama peduli pada kesehatan bumi, ketiganya juga menggemari musik. Alhasil, tali pertemanan mereka pun semakin erat. Obrolannya selalu nyambung dan tak pernah kehabisan topik.

Boleh dibilang, dua teman ini adalah yang paling dekat dengan Tenggara.

"Fancam kalian lagi rame tuh di X. Banyak banget yang bikin narasi romantis," Salah seorang teman bersuara setelah menandaskan kopi ke-duanya.

"Udah biasa begitu," sahut Tenggara. Rokok di sela-sela bibir merahnya kembali diisap kuat-kuat, asapnya dibuang ke samping agar tak mengenai dua temannya yang duduk di depannya.

"Tapi serius deh, fans kalian kayaknya pengin banget lihat kalian pacaran. Nggak mau direalisasiin aja?" tanya sang teman lagi.

Mendengar itu, Tenggara terkekeh pelan. Asap rokok yang belum waktunya diembuskan, lolos begitu saja, menerpa wajah si penanya. "Konyol, ah," ucapnya. Sekali hisap lagi, rokoknya habis. Tenggara meletakkan puntung di atas asbak, beralih menyeruput kopi hitamnya yang sisa setengah.

"Bagian mananya yang konyol?" Satu temannya yang lain, bertanya. Lelaki tampan dengan lesung pipi di kedua sisi pipinya itu sedari tadi lebih banyak diam dan menjadi pendengar.

Tenggara beralih menatapnya. Cukup lama netra hujannya terpaku pada wajah tampan bak dewa tersebut, sebelum akhirnya menarik napas panjang. "Gue sama Esha pacaran? Itu kedengaran konyol buat gue. Kayak ... nggak masuk akal aja," jawabnya.

Yang diajak berbicara, Jeremy, menarik sudut bibirnya cukup tinggi. Membentuk senyuman yang terlampau sulit untuk diterjemahkan. Lelaki itu kemudian kembali khidmat dengan rokoknya, seakan-akan obrolan mereka tidak pernah ada sejak awal.

"Kalian udah kenal selama sembilan tahun, kan? Masa iya nggak ada getar-getar apa gitu di dada lo setiap kali lagi sama Ganesha?" Teman yang pertama, kembali bertanya. Ah, sampai lupa, namanya Mathias. Mathias Lee.

"Nggak ada." Tenggara menjawab dengan yakin." Gue anggap Ganesha nggak lebih dari teman," susulnya sebagai penekanan.

"Keren juga bisa nggak baper." Mathias terkekeh. Rokok di atas meja disambarnya, dinyalakan tanpa basa-basi.

"Nggak akan baper kalau dari awal udah atur batas yang jelas, Bang. Apalagi sekarang kami ada hubungan profesional, otomatis batasnya makin jelas."

Sejak dulu Tenggara memang begitu. Dia percaya setiap batas yang ada tidak boleh diterobos, apa pun alasannya. Tak ada celah untuk membiarkan dirinya mencampur urusan pribadi dan profesional, sebab dampaknya tidak akan baik.

"Iya deh, iya," Mathias setengah mencibir. Matanya melirik Jeremy sekilas, memeriksa perubahan ekspresinya yang samar.

Tenggara hanya tersenyum, dan begitulah obrolan soal Ganesha berakhir. Malam masih terlalu muda, masih banyak obrolan lain untuk dibawa daripada sekadar masalah percintaan ala-ala remaja.

......................

Sepi dan kesepian adalah dua hal yang berbeda, Ganesha tahu itu. Namun, saat kedua hal tersebut datang kepadanya di saat yang bersamaan, ia hampir tidak tahu bagaimana caranya untuk bertahan.

Menemukan dirinya terbangun sendirian ketika kondisi tubuhnya belum membaik tiba-tiba saja membuat Ganesha ingin menangis. Rasanya, terlalu banyak hal menyakitkan yang muncul satu demi satu, menekan dadanya begitu kuat hingga terasa sesak tak tertahankan.

Perlahan, Ganesha mendudukkan dirinya di ranjang. Kompres demam yang masih menempel di keningnya dilepas pelan-pelan, dipandangi cukup lama sebelum berakhir digenggam begitu erat. Segala perhatian yang Kafka miliki untuk dirinya seakan tercurah di sana, membuatnya tak rela membuang kompres bekas itu ke tong sampah.

Untuk beberapa lama, yang Ganesha lakukan di atas ranjang hanyalah diam. Sedangkan pikirannya mulai berkelana tak tentu arah. Namun, ada satu hal yang pasti. Apa pun keadaan yang sedang dia hadapi, selalu ada Tenggara di dalamnya. Entah itu ingatan baik atau buruk.

Ganesha menarik napas dalam-dalam, terlalu dalam hingga rasanya enggan untuk mengembuskannya kembali. Memilih membiarkan oksigen terjebak cukup lama di dalam rongga dadanya, menunggu proses sirkulasi dengan karbondioksida selesai dengan baik.

Lalu, ketika dia akhirnya membuang napas secara perlahan, sesak di dadanya mulai terasa berkurang.

Setelahnya, dia bergerak merogoh laci nakas, mengambil ponsel biru muda kesayangannya. Layar diketuk dua kali hingga memunculkan siluet seorang laki-laki. Tak sulit untuk menebak bahwa itu adalah siluet Tenggara. Sebab hampir semua hal dalam hidupnya, selalu terkait dengan lelaki itu. Kecuali fakta bahwa ponsel biru muda itu adalah ulang tahun dari ayahnya, sebulan sebelum kedua orang tuanya bercerai.

Banyaknya kenangan yang ada di ponsel itu membuat Ganesha enggan menggantinya meski modelnya sudah ketinggalan zaman. Ketika uang di rekeningnya sudah menumpuk dan dia bisa membeli beberapa unit ponsel keluaran terbaru, ia lebih memilih memakai uang-uang itu untuk hal lain.

Beberapa lama, Ganesha sibuk menimbang. Apakah dia harus menelepon abangnya atau tidak. Karena sejujurnya, tidak ada obat yang lebih manjur untuk kesepian yang menggerogoti dirinya selain berbincang dengan lelaki itu. Abangnya selalu menjadi tempat pertama yang dia tuju, meski setelahnya dia akan kembali menjadi bodoh dan meletakkan Tenggara di urutan nomor satu.

Setelah cukup lama mempertimbangkan, Ganesha akhirnya mendial nomor sang abang. Selagi menunggu telepon diangkat, rungunya disapa oleh nada tunggu yang tak pernah berubah sejak bertahun-tahun lalu.

Halo, this is Echa speaking. You want to talk to Abang? Okay, wait a second, I'll guide you there...

Suaranya. Suara cempreng miliknya ketika berusia 15 tahun. Abangnya memintanya untuk merekam kalimat tersebut, dan entah bagaimana menjadikannya nada tunggu. Sebesar itu rasa sayang abangnya. Sebuah fakta yang membuat Ganesha kadang-kadang mereka berdosa karena telah menghabiskan masa mudanya untuk mengejar laki-laki yang tak pernah menatap ke arahnya.

"Halo, Echa. This is Abang speaking. What do you need, My Baby Girl?"

Dan, itu adalah sapaan yang juga tidak pernah berubah. Kalimatnya, nada suaranya, juga kerinduan yang terselip di dalamnya.

Sudut bibir Ganesha tertarik cukup tinggi, tersenyum lembut membayangkan sosok abangnya tengah menatap teduh ke arahnya, seolah ia adalah pusat dunia lelaki itu.

"Abang," sapanya.

"Yes, Baby?" sahut sang abang, "oh, wait, kenapa suara kamu begitu? Kamu habis nangis? Atau lagi sakit? Kamu flu, ya?"

"Echa nggak apa-apa, Abang," dustanya.

Dua puluh dua tahun bukanlah usia yang pantas untuk dirinya masih bersikap manja. Dua puluh dua tahun adalah usia di mana dia harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri, dan seminimal mungkin membuat abangnya khawatir.

"You sure? Nggak lagi bohong, kan?"

"Iyaaa, Abang." Kepalanya naik-turun.

"Kalau bohong harus dihukum loh."

Ganesha tergelak. "Enggak bohong, Abang."

Di seberang, abangnya mendengus. Namun tak lama kemudian, suara lembutnya kembali terdengar. "Weekend nanti Abang pulang, ya, mau jengukin kamu."

Senyum Ganesha terkembang, lebih lepas dan lebar. "Iya, pulang aja. Echa juga kangen sama Abang, pengin ditemenin tidur. Pengin dipeluk sambil dengerin Abang nyanyi."

"Anything for you, My Baby Girl. Bahkan kalau kamu minta Abang buat pindahin Gunung Fuji ke halaman belakang rumah kita sekalipun, Abang akan usahain."

"Nggak masuk akal, tapi Echa hargain tekad Abang." Ganesha tergelak, begitu juga dengan abangnya.

Dengan begini saja, kesepian yang dia rasakan sudah berkurang. Dadanya mulai terasa lega. Napasnya berangsur membaik, meski hidungnya masih tersumbat.

"Abang," panggilnya. Abangnya hanya berdeham. "Echa--"

Bip... Bip... Bip...

Bersambung....

1
Dewi Payang
Para memang kesalnya si Kafka ke Tenggara😂
Dewi Payang
Ga senggol donk si Kafka, apa dia masih punya tenaga buat marahi lo😅
Dewi Payang
Biarin lecet, tar beli lagi ya Ga, yang pening bisa ikut nginap😂
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅
Dewi Payang
Ampun dijay😂
Dewi Payang
Ini maah Kafka cari ribut😅
Dewi Payang
Kafka dilawan😅
Zenun
mamam tuh Tengg. Puas banget dibalikin begitu
Zenun
ngapa emang? suka-suka dia atuh😁
Zenun
Nanti kalo lo balik lagi ke tengg, tu laki bakal ngulur lagi. Caya dah
nowitsrain: Yee khan
total 1 replies
Zenun
dengerin tuh baik-baik ya
nowitsrain: Au deh kupingnya kebuka apa enggak tu
total 1 replies
Zenun
kenapa kafka gak ditengah aja
nowitsrain: Mabok dia kalau di tengah
total 1 replies
Dewi Payang
Gwe suke gaya lo Kaf😅
Dewi Payang: Ya ampyun, tapi kali ini lo memang keren👍🏻👍🏻
nowitsrain: Kafka: Harus suka, lah, kan gue keren 😎
total 2 replies
Dewi Payang
Wih... kaya bapaknya Nesha aja🤭
Dewi Payang: Kaya begitu😅😅
nowitsrain: Iya ya, bapak kandungnya aja au deh tuh ke mana wkwk mungkin Tuhan kirim Kafka emang biar jadi sosok yang menggantikan peran bapaknya
total 2 replies
Dewi Payang
Lasaiiiinnnn......
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂
nowitsrain: Kasian kasian kasiann
total 2 replies
Dewi Payang
Cakiiiiiit ya Ga.....
nowitsrain: Biar tau rasaaaaa. Itu mah belum seberapa
total 1 replies
Dewi Payang
Tak lama, fans gak lagi segalanya....
nowitsrain: Betulllll
total 1 replies
Dewi Payang
Wkwk😄
Dewi Payang
Bagus lo nyadar
Dewi Payang: Rasanya pengen hajar si Tenggara klo kumat² lagi🤭
nowitsrain: Kalau lagi sadar ya sadar, kalau kumat ya bikin orang lain naik darah
total 2 replies
Dewi Payang
Luar biasa carenya Kafka sama Selenna👍🏻
nowitsrain: Rill sahabat sejati
total 1 replies
Dewi Payang
Entah kenapa, aku berharap Ganesha jual mahal kali ini🙈
Dewi Payang: Harus ya Nes😔
nowitsrain: Ihhh harusnya yaaa.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!